5 Dosa Penikmat Pecel Lele yang Kerap Dilakukan

5 Dosa Penikmat Pecel Lele yang Kerap Dilakukan terminal mojok.co

Apa kuliner Indonesia yang kini tengah menjadi comfort food? Beberapa orang ada yang teriak nasi Padang, ada juga yang bilang bakso, atau mi ayam. Iya, semuanya benar. Namun, kalian melewatkan satu comfort food lagi? Yakni, pecel lele.

Pecel lele merupakan makanan khas Jawa Timur, khususnya Lamongan. Namanya sendiri pada awalnya bukan pakai “pecel”, lho, tapi pakai “pecek”. Lha, terus kenapa jadi pecel?

Dulu, pecek lele ini masuk ke Jakarta sekitar 1960-an. Di sana, masyarakat Jakarta sangat menggandrungi makanan ini. Tapi, di Jakarta juga ada makanan yang namanya “pecak”. Nah, dari situ lah kata “pecek” diganti “pecel” supaya warga sana nggak bingung membedakan mana pecak dan mana pecek.

Lantas, siapa yang nggak doyan dengan makanan ini? Sajian yang identik dengan lele goreng yang dipenyet dan dilumuri sambal ini menjadi makanan yang mashok di setiap kalangan. Ia digemari oleh orang tua, muda, bahkan anak-anak. Akan tetapi, sama seperti comfort food lainnya, ternyata para penikmatnya pun kerap melakukan dosa ketika menikmatinya. Lantas, apa saja dosa-dosa itu? Apakah dosanya bisa dimaafkan? Sini, simak uraiannya.

#1 Menanyakan eksistensi pecelnya

Sebagaimana yang sudah saya singgung tadi, istilah pecel lele dulunya adalah pecek lele. Perbedaan yang paling mencolok adalah sambelnya. Nggak sedikit orang yang bertanya, “Jarene pecel, kok nggak ada sambel kacangnya? Kok sayurnya dikit?” Fyi, pertanyaan tersebut menjadi dosa pertama ketika menikmati makanan khas Lamongan ini.

Saya pernah diajak anduk (makan di tempat) pecel lele oleh teman saya yang memang asli Lamongan. Katanya, pecel lele ini jangan disandingkan dengan pecel-pecel khas Jawa Timur lainnya, seperti pecel Madiun, Kediri, dan Ponorogo. Ia bilang kalau itu dosa, soalnya, ya, nggak akan bakal sama. “Pecel lele ini sambelnya tomat, bukan kacang. Kalau sayurnya dikit, ya, memang gitu, jangan protes, yang penting lelenya, kan, enak,” ucapnya sambil tertawa.

#2 Menganak tirikan mentimun

Pecel lele ini sayurnya beda. Kalau di pecel bumbu kacang, kalian akan menemukan sayur seperti kangkung, bayam, sintrong (junggul), genjer, kembang turi, kecambah, dan touge. Namun, kalau di pecel lele? Sayurnya nggak se-variatif pecel pada umumya. Biasanya, kalau nggak kol, kacang panjang, sawi, mentimun, atau yang paling keren adalah selada.

Akan tetapi, dari semua sayur di pecel lele, ada satu komplemen yang sering kali dianak tirikan, yaitu mentimun. Saat saya anduk pecel lele, pasti ada saja piring-piring yang menyisihkan mentimun. Entah mereka nggak suka atau apa, tapi menyisihkan mentimun ini suatu hal yang membuat dosa. Pasalnya, manfaat mentimun di makanan ini sangat banyak, lho. Ia bisa buat penyegar, buat penetral pedas sambal, dan penurun darah tinggi.

#3 Makannya pakai sendok

Terkadang, saya heran dengan orang yang makan makanan ini, tapi minta sendok ke penjualnya. Menurut saya, ini sangat aneh. Mungkin, ada yang merasa kalau memakai sendok bisa melindungi tangan agar nggak wedangen alias kepanasan akibat sambal. Tapi, tetap saja jadinya kurang mantap.

Makanan setingkat pecel lele ini paling nikmat jika dimakan pakai tangan langsung. Selain menambah rasa alami dari tangan, kita juga bisa dengan mudah menyuil lele dan sambalnya. Bayangkan kalau pakai sendok, gimana cara nyuil lelenya? Kan, repot. Wes tah, sudah benar kalau makanan ini dimakan pakai tangan langsung. Nggak usah atek sendok-sendokkan.

#4 Sambal yang nggak dihabiskan

Katanya, yang dinilai pertama kali dalam makanan ini bukan dari tingkat kematangan lelenya, tapi dari rasa sambalnya. Pecel lele yang enak, ditentukan dari sambalnya. Sebab, kalau dinilai dari lelenya, nggak akan beda jauh. Sampai hari kiamat pun rasa lele goreng akan seperti itu. Kalau sambal, beda ulekan dan racikannya, jelas beda rasanya.

Sama seperti krisis yang dialami mentimun tadi, nasib sambal juga mengalami hal yang demikian. Beberapa orang tampaknya lupa, kalau sambal adalah equipment utama dalam pecel lele. Terlepas itu enak atau nggak, yang namanya beli dan makan itu harus dihabiskan. Kalau memang nggak kuat pedes atau nggak suka sambal, mending request dulu dari awal biar nggak buang-buang makanan.

#5 Maido spanduknya

Poin terakhir ini mungkin jarang ditemui, tapi ada. Ada orang-orang yang cangkemnya lemes dan suka mengomentari banyak hal, tak terkecuali spanduk pecel lele. Kalau kita notice, spanduk warung ini memang seperti itu-itu saja. Warnanya hijau atau putih dengan lukisan ayam, bebek, dan lele. Para pemilik warung makanan ini di Indonesia tampaknya memang punya template sendiri untuk spanduknya.

Pernah sekali teman saya bilang, “Sebetulnya, spanduk pecel lele itu yang produksi sopo, sih? Lambangnya kok itu-ituuuu saja. Bosen aku. Mbok ya sekali-kali pakai banner printing-an gitu, biar agak keren.” Batin saya, “Tinggal mangan ae bacot, Cok! Nggatheli.”

Itulah kira-kira 5 dosa yang sering dilakukan para penikmat pecel lele. Kalau dari kalian nggak pernah melakukan itu, syukurlah. Sebagai imbalannya, kapan-kapan saya traktir makan pecel lele, yang lelenya dari sungai Amazon. Oke?

Sumber Gambar: Unsplash

Editor: Audian Laili

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version