Kasus penipuan selalu menarik untuk diperbincangkan selain misteri pembunuhan yang tidak terselesaikan macam zodiac killer case. Bahkan mungkin kasus penipuan bisa lebih besar dari pembunuhan dalam hal skala, mulai dari penipuan karya seni hingga saham. Modusnya pun bermacam-macam, mulai dari pemalsuan data hingga pura-pura “sultan” di Tinder.
Beberapa orang mungkin menganggap film dokumenter pasti membosankan. Sebagian memang betul, tetapi dokumenter true-crime tidak akan membuatmu kecewa. Selain informatif, kamu juga diajak masuk seolah sedang berada di tengah penelusuran kriminal sebenarnya. Buat kamu yang tidak ingin tertipu atau ingin tahu lebih dalam soal penyelesaian kasus penipuan, kamu wajib nonton lima film dan serial dokumenter Netflix di bawah ini.
#1 The Puppet Master: Hunting The Ultimate Conman
The Puppet Master: Hunting The Ultimate Conman adalah sebuah docuseries yang menelusuri kejahatan Robert Hendy-Freegard, seorang conman (penipu) asal Inggris. Robert adalah seorang bartender dengan kemampuan berbohong yang luar biasa. Jelas, kemampuan bohong adalah modal utama seorang penipu, kan?
Robert berlagak sebagai seorang agen MI5, mata-mata Inggris, dan mengaku sedang menyelidiki sebuah kasus yang berkaitan dengan Irish Republican Army (IRA). Dia bertemu dengan para korbannya di acara-acara sosial atau di bar tempatnya bekerja, The Swan. Dia memanipulasi korban secara psikologis, mengatakan bahwa mereka akan dibunuh oleh IRA.
Menurut pengakuan beberapa korbannya, Robert memang mampu menempatkan korban dalam ketakutan. Setelah korban merasa tertekan, Robert memaksa mereka memenuhi perintahnya dengan menyerahkan uang dan menyuruh para korban menjauh dari keluarga mereka.
The Puppet Master: Hunting The Ultimate Conman menuturkan kejadian-kejadian secara non-linear sehingga mampu mengaduk-aduk perasaan penonton. Docuseries ini terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu They Vanished, Chasing a Ghost, dan Setting the Trap yang bisa kamu tonton langsung di Netflix!
#2 Dirty Money
Dirty Money merupakan docuseries tentang kasus-kasus kriminal yang berkaitan dengan keuangan, mulai dari korupsi hingga penipuan sekuritas. Salah satu kasus yang dibahas adalah skandal mantan Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, yang menyisakan kerugian besar untuk negara. Selain itu, kasus-kasus lain yang diangkat pun tidak kalah menarik untuk disimak.
Dirty Money diproduseri oleh produser peraih Oscar, Alex Gibney, yang dikenal berkat film dokumenter tentang Enron, Wikileaks, dan Scientology. Dirty Money terbagi ke dalam dua seasons dan tiap seasons terdiri dari 6 episode. Dokumenter ini sangat informatif dan mendapatkan pengakuan secara kritikal di berbagai situs kritik film. Kamu tidak usah khawatir, dokumenter ini memang terkesan berat, tapi sebetulnya mudah diikuti.
#3 Lord of Scam
Kalau dua dokumenter di atas adalah docuseries yang butuh banyak waktu untuk menyelesaikannya, Lord of Scam atau Les rois de l’arnaque adalah film dokumenter yang hanya berdurasi 105 menit dan bisa kamu tonton sekali duduk. Disutradarai Guillaume Nicloux, Lord of Scam menelusuri kejayaan dan kejatuhan para penipu yang mengakali sistem kuota karbon Uni Eropa dan sukses meraup jutaan euro. Dengan durasi cukup pendek untuk kasus yang besar, dokumenter ini lebih berfokus pada Mardoche Mouly yang belum lama bebas dari penjara.
Menonton Lord of Scam seperti mendengarkan dosen memberi ceramah di depan kelas. Agak pelan, tapi sangat informatif, terutama untuk kamu yang suka penasaran dengan kasus-kasus financial fraud. Seduh kopi instan, duduk di sofa yang nyaman, dan pantengin dokumenter ini di Netflix.
#4 The Tinder Swindler
Masih hangat-hangatnya, nih. The Tinder Swindler mungkin dokumenter paling populer di antara dokumenter lain yang ada di dalam daftar rekomendasi ini. Bagaimana tidak, dokumenter yang satu ini benar-benar memperlihatkan bagaimana seorang pathological liar (pembohong patologis) beraksi. Pura-pura kaya pun jadi modus.
Shimon Hayut mengaku sebagai anak Lev Leviev, seorang taipan berlian asal Israel, untuk memanipulasi para korbannya. Dia menggunakan dating app Tinder untuk menghubungi sasarannya sebagai Simon Leviev, dan membuat para korban meminjamkan sejumlah uang untuk memenuhi gaya hidupnya yang hedon.
Simon menggunakan pesonanya—dia memang ganteng, sih—untuk memikat korban juga dengan hadiah mewah dan mengajak mereka makan malam di jet pribadi menggunakan uang yang dia pinjam dari korban lain. Kerugian yang ditimbulkan akibat kelakuan Simon kalau dirupiahkan mencapai 143 miliar rupiah!
Bayangkan, uang segitu banyak ternyata didapatkan dari menipu orang di Tinder, lho. Kalau kamu tidak mau tertipu oleh orang manipulatif macam Simon ini, kamu wajib nonton dokumenter ini di Netflix. Kenali modus-modusnya. Apalagi sekarang kan banyak yang suka ngaku-ngaku crazy rich padahal nggak rich, alias crazy doang!
#5 Made You Look: A True Story About Fake Art
Pemalsuan karya seni memerlukan kemampuan khusus. Orang yang mampu melakukannya pasti orang cerdas, bukan cuma modal ngibul. Bahkan salah satu artikel Variety yang membahas dokumenter ini, pada kalimat pembukanya menyebutkan bahwa pemalsuan karya seni bukan hanya sebuah skandal, melainkan juga trik sulap paling luar biasa saking sulitnya. Dan faktanya memang kasus pemalsuan karya seni tidak banyak.
Made You Look: A True Story About Fake Art, disutradarai Barry Avrich, membahas penipuan seni terbesar dalam sejarah Amerika Serikat. Highlight utama dari dokumenter ini adalah bagaimana Knoedler Gallery, sebuah institusi terhormat berusia 165 tahun di New York, menjual lukisan palsu Jackson Pollock, Mark Rothko, dan Robert Motherwell mendekati angka 80 juta dollar Amerika Serikat. Dokumenter ini juga mempertanyakan secara implisit bagaimana orang-orang sesungguhnya mengapresiasi karya seni.
Bagi kamu yang suka nonton film tentang con-artist yang berusaha merampok karya seni atau simbol budaya, kamu pasti bakal menikmati sajian Made You Look: A True Story About Fake Art ini.
Itulah lima film dan serial dokumenter tentang penipuan yang bisa kamu tonton di Netflix. Sesekali, masukin dokumenter ke watchlist–mu, lah, biar menambah khazanah tontonanmu.
Penulis: Rizal Nurhadiansyah
Editor: Intan Ekapratiwi