Merantau untuk bekerja atau belajar di luar negeri memang menjadi tantangan tersendiri. Selain harus menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan musim yang mungkin berbeda dengan Indonesia, perbedaan budaya dan bahasa juga menjadi kendala. Namun, bukan orang Indonesia namanya kalau nggak bisa survive di negeri orang. Iya, nggak?
Sebelum pergi merantau, tentunya kita perlu mempersiapkan segala sesuatunya. Paspor, visa, dan kelengkapan lainnya tentu harus dipenuhi. Selain persiapan mental dan fisik, ternyata ada beberapa barang dari Indonesia yang sebaiknya dibawa pergi saat merantau ke luar negeri, lho. Meski di negara tersebut mungkin ada lantaran sekarang banyak toko Indonesia di luar negeri, harganya mungkin sangat mahal. Sebenarnya kita bisa juga jastip ke teman, tetapi kalau bisa kita antisipasi sebelum pergi, kenapa nggak kita bawa sendiri saja sekalian? Berikut beberapa barang Indonesia yang sebaiknya dibawa saat merantau ke luar negeri.
#1 Cobek beserta ulekannya
Bagi yang doyan sambal, cobek dan ulekannya ini wajib banget dibawa. Halah, kan bisa pakai blender? Nggak sama, Ferguso. Beda rasanya. Cobek kayu dan cobek batu saja sudah bikin sambal yang diulek berbeda rasanya, apalagi pakai blender. Membayangkan cabai, bawang merah, bawang putih, dan tomat yang beradu di atas batu cobek saja sudah membuat air liur mau menetes. Halah. Intinya, nggak cobek nggak mantap, deh.
Bukannya di luar negeri juga ada yang jual? Dulu waktu saya ke Jepang, ada sih toko Indonesia yang jual barang Indonesia, salah satunya cobek. Harganya sekitar 5.000 yen atau sekitar 600.000 rupiah. Mahal? Jelas! Kalau beli di Indonesia memang nggak sampai 100.000 rupiah. Kalau saran saya, sih, mending bawa cobek dan ulekannya ketimbang baju. Soalnya baju murah di perantauan banyak, kok.
#2 Alat ibadah
Alat ibadah tentunya disesuaikan dengan masing-masing agama, terutama soal kitab. Kalau saran saya, mending bawa yang berbahasa Indonesia atau buat yang muslim kalau mau bawa Al-Qur’an, bawa yang ada terjemahan bahasa Indonesianya. Halah, di ponsel kan juga bisa. Iya, sih, kalau kalian terbiasa membaca Al-Qur’an di ponsel ya silakan. Tapi percayalah, di saat penat memandangi layar laptop dan ponsel, membaca kita secara manual itu sangat cocok untuk healing. Hati juga jadi lebih tenang, lho.
Bagi yang muslim, jangan lupa bawa sajadah, sarung dan kopiah/peci, dan mukena. Saya yakin sih di luar negeri juga ada yang jual, tapi mungkin saja bentuknya berbeda dan harganya mahal. Lagi pula, banyak kok muslimah negara lain yang salat nggak bermukena. Tapi, kalau sudah terbiasa pakai, agak sulit ya kalau nggak pakai. Pokoknya sesuaikan dengan negaranya saja. Beribadah senyaman kita saja.
#3 Minyak gosok dan obat-obatan
Barang dari Indonesia lainnya yang nggak kalah penting untuk dibawa merantau ke luar negeri adalah minyak gosok. Ini termasuk minyak kayu putih, minyak telon, minyak tawon, dan minyak-minyakan lainnya, ya. Ketika saya merantau ke Jepang, di sana nggak ada apotek yang jual perminyakan ini, lho. Orang Jepang nggak terbiasa dengan “bau menyengat” dari minyak-minyak ini. Makanya saya kalau mau pakai ya terpaksa pas di rumah saja.
Untuk obat-obatan, sebenarnya di luar negeri juga banyak tersedia. Hanya mungkin dosisnya berbeda. Bisa jadi juga tubuh kita sudah terbiasa dengan obat Indonesia yang sudah lama dikonsumsi. Saya pernah punya pengalaman minum obat Jepang saat pusing, eh, tapi malah nggak sembuh. Begitu minum obat sakit kepala Indonesia, langsung hilang lho pusingnya. Ini berlaku juga buat obat flu dan masuk angin. Eh, tapi nggak berarti obat Jepang itu nggak bagus, ya. Mungkin hanya masalah kecocokan. Yang jelas, kalau mau bawa minyak dan obat-obatan ini harus lihat tanggal kedaluwarsanya juga.
#4 Cabai kering dan bumbu
Percaya atau nggak, saya dulu mengeringkan cabai 1 kilogram sebelum berangkat ke Jepang. Cara ini cukup efektif, lho. Kalau bikin mi rebus atau masak sayur, saya tinggal meremuk cabai keringnya dan ditaburkan. Bisa juga sih bawa cabai fresh, tapi harus segera dimasukkan freezer begitu tiba di negara tujuan. Takutnya cepat busuk.
Kalau di negara tujuan ada kesempatan bercocok tanam, mungkin biji dari cabai kering itu bisa dicoba ditanam, lho, Gaes. Siapa tahu kalau tumbuh cabainya bisa buat penyelamat bulan-bulan berikutnya saat ingin makan pedas.
Bumbu-bumbu lain seperti bumbu gulai, tongseng, rendang, soto, pecel, dll. juga boleh dibawa, kok. Bumbu jadi juga sudah banyak mereknya di pasaran. Tinggal pilih sesuai selera. Bahkan ada juga yang bawa bumbu dasar putih, kuning, dll. untuk masak. Jadi, kalau mau masak tinggal cemplung-cemplung dan improvisasi sesuai selera. Jangan lupa juga bawa micin dan penyedap rasa. Di negara lain mungkin micinnya nggak sama dengan kita.
#5 Tepung, keju, dan bahan makanan lain
Jujur saja, saat ingin bikin cilok di Jepang, saya kerepotan mencari tepung kanji dan sagu. Di Jepang adanya tepung dari beras, kentang, dan jagung. Ketika saya mau bikin martabak pun, margarin dan keju di Jepang berbeda. Bahkan meses yang ada di Jepang fungsinya hanya untuk hiasan tanpa rasa manis, jelas ini beda banget sama di Indonesia. Halah, rewel, ya? Hehehe.
Bahan makanan ini tentunya opsional dan disesuaikan saja sesuai kebutuhan. Saos tiram, saos pedas, dan kecap manis juga disesuaikan. Lagi pula kalau soal makanan, kalau mau tinggal lama di negara tersebut ya mau nggak mau harus menyesuaikan dengan kondisi di lapangan, kan? Jangan terlalu bergantung dengan bahan makanan Indonesia. Mahal di rantau, Bos.
Sebenarnya, sekarang sudah banyak kok toko bumbu Indonesia di luar negeri. Bahkan, makanan Indonesia juga ada yang dijual bebas di supermarket. Tentu saja harganya beda ya. Mi instan di sini biasa dibandrol 3.000 rupiah, di Jepang harganya bisa 4 kali lipat. Di Jepang sendiri juga jual tempe, lho, satu bijinya 50.000 rupiah. Hehehe. Jadi makanan mahal, ya.
Itulah lima barang dari Indonesia yang sebaiknya dibawa merantau ke luar negeri. Kalau baju atau kebutuhan lain sih pasti banyak di negara tujuan. Yah, sesuaikan saja dengan selera dan kenyamanan masing-masing. Kira-kira selain lima barang di atas, barang apa lagi yang perlu dibawa ke perantauan?