Setiap kampus pasti punya tata tertib masing-masing. Peraturan tertulis paling standar, misalnya datang kuliah tepat waktu, disiplin bayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) kalau masih mau kuliah, dan cepat-cepat lulus sebelum di-drop-out (DO) paksa. Universitas Gadjah Mada (UGM) juga menerapkan peraturan-peraturan seperti itu.
Bahkan UGM pernah secara jelas memasang aturan nge-chat dosen yang dulu banner-nya diletakkan di setiap sudut departemen dan fakultas. Selain peraturan tertulis, UGM juga memiliki peraturan tidak tertulis. Kampus sebagai institusi pendidikan nggak mengakui aturan ini secara resmi. Hanya, aturan tidak tertulis ini sudah menjadi konsensus di kalangan mahasiswa secara turun temurun.
Kalau kita melanggar aturan tertulis, kita akan dapat sanksi berupa teguran, surat peringatan, atau bahkan DO. Melanggar aturan tak tertulis juga ada konsekuensinya, yaitu malu. Ini dia 5 aturan tidak tertulis di UGM yang harus kamu taati kalau nggak mau berakhir malu-maluin diri sendiri.
Daftar Isi
#1 Masuk lingkungan FKKMK harus menyesuaikan penampilan
Percayalah, kamu bisa menebak mahasiswa di UGM berasal dari fakultas apa hanya dari outfit-nya. Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Keperawatan, dan Kesehatan Masyarakat (FKKMK), misalnya, selalu berpakaian rapi dan formal. Tata cara berpakaian untuk mahasiswa FKKMK ini memang ada aturan tertulisnya. Kaos oblong, celana jeans, sandal, bawahan pendek, dan rambut berwarna-warni dilarang diperlihatkan di kawasan FKKMK.
Mahasiswa fakultas lain sebenarnya nggak wajib mengikuti aturan berpakaian FKKMK. Soalnya kebijakan tiap fakultas itu berbeda-beda. Contohnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) dan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) yang peraturannya jauh lebih bebas.
Tapi beneran deh, bakal aneh banget kalau kita datang ke FKKMK tapi nggak ngikutin dress code mereka. Kita bakal jadi pusat perhatian karena semua mata tertuju pada kita. Teman saya pernah datang ke area FKKMK pakai celana jeans. Dia sudah merasa kayak jadi terpidana karena dilihatin mahasiswa FKKMK.
#2 Panggilan dosen FISIPOL UGM itu cuma Mas/Mbak/Prof. Selain itu, salah!
Nomor satu tadi adalah kasus mahasiswa fakultas santuy melanggar aturan di fakultas strict. Ada juga nih kejadian sebaliknya, yaitu mahasiswa fakultas strict yang melanggar aturan di fakultas santuy.
Di FISIPOL UGM, hampir semua dosen dipanggil dengan sapaan akrab. Dosen yang masih muda dan/atau belum punya gelar profesor biasanya dipanggil Mas atau Mbak. Ada juga dosen-dosen dengan panggilan khusus dan unik, seperti salah satu dosen saya yang dipanggil Bung. Nah, kalau dosennya sudah punya gelar profesor dan jadi guru besar, panggilannya otomatis akan berubah jadi Prof.
Mahasiswa dari fakultas lain yang nggak terbiasa dengan kultur ini dan kebetulan lagi sit in atau ikut kuliah umum di FISIPOL rawan melanggar aturan tak tertulis ini. Kalau nggak sengaja melanggar pas bertanya atau menyapa, dampaknya nggak malu-maluin amat, sih. Palingan dosennya nanti cuma nyeletuk, “Emang saya setua itu ya sampai dipanggil Pak/Bu?”
Baca halaman selanjutnya: Nggak kena hukuman, sih, tapi bakal malu sampai berbulan-bulan.
#3 Ninggal laptop di Perpusat nggak usah takut hilang
Dilemanya mahasiswa yang pengin ngerjain tugas di tempat umum adalah khawatir barang berharganya, terutama laptop, hilang saat ditinggal ke toilet. Sementara itu, kalau harus bawa laptop ke toilet kan ribet, ya.
Tapi mahasiswa UGM nggak perlu takut laptop hilang kalau ngerjain tugas dari pagi sampai malam di Perpustakaan Pusat UGM (Perpusat). Sudah ada semacam aturan nggak tertulis yang membuat sesama mahasiswa saling menjaga barang bawaan satu sama lain saat ada yang pergi ke kamar mandi. Padahal posisinya kita nggak saling kenal, lho.
Saya pernah ninggal HP bersama laptop di Ruang Sirkulasi sebelum ke toilet. Pas saya kembali, semua barang-barang saya masih di posisi semula.
#4 Jangan parkir di Pujale kalau masih amatir
UGM punya beberapa kantong parkir yang tersebar di seluruh area kampus. Kantong parkir ini memfasilitasi fakultas-fakultas yang nggak punya parkiran pribadi, sekaligus memudahkan mahasiswa yang mau mampir ke gedung-gedung tertentu.
Dari semua kantong parkir yang ada, Pujale adalah lahan parkir yang paling bar-bar. Lahan parkir yang terletak di depan Fakultas Filsafat ini hanya untuk mahasiswa yang tangguh. Sekalinya kamu menunjukkan ketidakmampuanmu dalam memarkir motor dengan rapi, kesulitan ngeluarin motor, atau bahkan nyenggol motor sebelah sampai spionnya copot, wah berabe tuh. Minimal malu, maksimal dipermalukan di base X @UGM_FESS.
#5 Kalau terburu-buru, hindari jalan ini
Sebenarnya, nggak disarankan untuk buru-buru kalau kuliah di UGM. Mending berangkat lebih awal biar di jalan lebih santai dan leluasa. Soalnya UGM itu dikelilingi kepadatan, kemacetan, dan jalan yang “mematikan”.
Jalan yang saya maksud adalah Jalan Persatuan. Tahu kan, ya? Itu lho, jalan di sebelah barat Ghra Sabha Pramana dan Gedung Pusat yang tiap sore-malem dipakai jualan makanan. Jalan ini berlubang ditambah dengan polisi tidurnya banyak. Polisi tidurnya nggak tinggi-tinggi amat, sih. Tapi coba saja ngebut di jalan ini kalau berani. Yang ada kamu malu sendiri karena motormu ngeluarin suara keras banget, kayak semua onderdilnya mau protol.
Kelima aturan tidak tertulis di UGM tersebut memang nggak menyebabkan dampak yang fatal kalau dilanggar. Tapi saya sarankan mending patuhi kelima aturan tak tertulis tersebut. Nanti kalau melanggar, malunya bisa berbulan-bulan, lho. Apalagi kalau kamu tipikal orang yang suka keinget momen-momen memalukan di masa lalu tiap lagi melamun atau menjelang tidur.
Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA 3 Tipe Calon Mahasiswa yang Nggak Cocok Kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM)
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.