Lagi dan lagi. Cerita gadis miskin dan pria kaya kembali mendulang sukses lewat sinetron “Putri untuk Pangeran”. Saya termasuk salah satu penyuka sinetron tersebut. Padahal kalau dipikir-pikir, resep cerita seperti ini sudah didaur ulang berkali-kali.
Masyarakat seolah tak pernah lelah untuk menonton, apalagi perempuan. Nah, sebagai bagian dari ciwi-ciwi pencinta cerita seperti ini, kali ini saya akan coba menjelaskan kenapa, sih, alur seperti ini tak pernah membosankan.
Bikin perempuan nggak Insecure soal kekayaan
Kekayaan menjadi salah satu faktor penting saat kita mencari jodoh di alam nyata. Masalah harta memang sering menjadi penentu bisa tidaknya dua insan menikah.
Nah, sekarang bayangin kalau kamu ini rakyat jelata seperti saya. Berani tidak kamu mimpi untuk bisa menikah dengan crazy rich Suroboyo? Bang Raul Lemos? Atau konglomerat batu bara dari Kalimantan?
Meski perempuan (katanya) tidak dituntut dari segi finansial, tapi tetap saja, pria kaya secara umum menikah dengan perempuan yang juga kaya. Nah, sinetron ala “Putri untuk Pangeran” seolah mendobrak realita itu.
Secara tidak langsung, sinetron ini membuat perempuan bisa harap-harap cemas nikah sama anak pengusaha terkaya di negeri ini meski kondisi ekonominya mengenaskan. Wow, luar biasa kan? Apalagi dalam kisah-kisah itu, gadis miskin pemeran tokoh utama pasti digambarkan cantik. Ia disukai oleh setidaknya 2 cowok kaya yang sama-sama ganteng. Kurang apa lagi
Yang impossible bisa terjadi
Cerita sinetron ala “Putri untuk Pangeran” juga menggambarkan bahwa yang impossible bisa terjadi. Coba lihat di alam nyata. Mana ada cinta dua insan remaja bisa menang melawan konglomerat galak dengan bodyguard sejagat?
Mana ada kisah di mana seseorang yang sangat miskin diperebutkan oleh pria-pria paling populer? Mana ada cerita di mana seorang anak pembantu atau buruh kecil jadian sama anak pemimpin perusahaan?
Di alam nyata, kisah seperti itu sangat jarang. Lebih mudah menemukan kisah perempuan cantik dipinang pakai sandal jepit ketimbang yang seperti itu. Tapi justru di sinilah asyiknya cerita ala sinetron “Putri untuk Pangeran”. Otak kita tidak dibuat “stuck” dengan realita yang jauh dari ideal.
Cinta remaja yang bikin kita semua ketawa-ketawa sendiri
Kebanyakan cerita seperti ini mengambil setting SMA hingga kuliah. “Hanayori Dango”, “Boys over Flower”, dan lain sebagainya diceritakan saat tokohnya masih remaja. Sehingga bisa dibilang, target penonton utama mereka ialah ABG juga. Dan seperti yang kita tahu, di masa-masa ini, banyak remaja yang mulai mengenal cinta.
Makanya, mereka menjadi sangat getol dengan kisah seru ala sinetron “Putri dan Pangeran”. Mereka pasti senyum-senyum sendiri menonton sinetron tersebut sembari mengingat gebetannya di kelas.
Tidak mendobrak norma yang ada
Meski kisah-kisah ala F4 secara umum tidak realistis, tapi sebetulnya tidak melanggar norma. Maksudnya begini. Di masyarakat kita, seorang laki-laki kaya tidak akan dipandang buruk kalau menikahi perempuan miskin. Seorang laki-laki juga tidak akan dianggap buruk-buruk amat kalau ia nakal dan suka membully. Beda sekali bila perempuan yang membully.
Di kisah-kisah ala sinetron “Putri dan Pangeran”, resep yang dipakai bisa dibilang tidak melanggar norma-norma di masyarakat. Sekarang coba bayangkan bila ceritanya berkebalikan. Bayangkan ada pimpinan geng perempuan yang jahat dijadikan tokoh utama! Lalu ia jatuh hati dengan seorang pria miskin yang berjiwa mulia. Cerita seperti ini memang ada, tapi less successful dibanding cerita ala F4.
Wujud mimpi diselamatkan pangeran ganteng
Saya merasa, cerita sinetron ala “Putri dan Pangeran” relate sama keinginan banyak perempuan, yaitu “diselamatkan pangeran ganteng”. Dan ini wajar terjadi. Saat kecil, kebanyakan dari kita diceritain perempuan yang diselamatkan laki-laki. Ada kisah Cinderella, Aurora, Jasmine, dan masih banyak lagi.
Saat beranjak dewasa, kita masih sering terngiang-ngiang didatangi White Knight. Sebagai akibatnya, ketika sinetron dengan cerita ala “Putri dan Pangeran” ini tayang, kita menjadi sangat menyukainya. Apalagi perempuan sering insecure. Bayangan diselamatkan seorang pangeran berkuda putih pasti membuatnya tersenyum-senyum sendiri.
BACA JUGA Pentingnya Alokasi Pos Dana untuk Psikolog, Bukan Berarti Kamu Gila Kok! dan tulisan Nar Dewi lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.