Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Luar Negeri

5 Alasan Pakai Payung di Belanda Itu Unfaedah

Andy Aryawan oleh Andy Aryawan
21 September 2021
A A
5 Alasan Pakai Payung di Belanda Itu Unfaedah terminal mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Saya termasuk orang yang suka sekali menyiapkan hal-hal kecil sebelum bepergian jauh dan lama. Saya kurang nyaman jika saya tidak membawa barang yang saya perlukan meski mungkin banyak tersedia di tempat tujuan. Saat mempersiapkan keberangkatan untuk studi di Wageningen, Belanda, saya pun tak lupa untuk membawa satu benda yang kelihatannya sepele namun menurut saya penting, yaitu payung.

Kenapa payung? Karena saya tidak ingin apabila sewaktu baru sampai di sana langsung disambut hujan, padahal saya tidak membawanya. Ada, kan, peribahasanya? Sedia payung sebelum hujan. Jadi, apa salah saya jika membawanya sebelum kehujanan?

Namun, setelah beberapa saat di Belanda, saya malah menaruhnya ke dalam tempat penyimpanan di kamar. Bukan karena saya mulai tidak suka dengan peribahasa yang saya sampaikan di atas, namun setidaknya ada 5 alasan kenapa kita tidak perlu pakai payung di Belanda.

#1 Angin kencang

Belanda sangat terkenal sebagai Negeri Kincir Angin bukan tanpa alasan. Sepele saja sebenarnya, karena angin di sana kencang dan bertiup hampir tiap saat. Jadi, kalau angin saja bisa menggerakkan kincir dan menjadikannya sumber energi, apa kamu tetap mau nekat memakai payung?

Pengalaman saya pertama kali memakai payung di area kampus sangat kacau. Dalam hitungan detik, payung saya langsung terbalik lantaran diterjang angin selamat datang dari Belanda. Tentu saja pengalaman pertama itu menyadarkan saya bahwa cukup sudah drama payung terbalik karena terjangan angin. Akhirnya saya beralih jadi fans jaket tebal yang sekaligus berfungsi menahan terjangan hujan di Belanda. 

#2 Gowes mania

Jauh sebelum demam gowes atau bersepeda melanda masyarakat di Indonesia, moda transportasi pribadi itu sudah menjadi andalan masyarakat Belanda. Dikutip dari statista.com, jumlah sepeda di Belanda tahun 2020 mencapai sekitar 23 juta, dengan angka penjualan di tahun itu saja mencapai lebih dari 1 juta sepeda. Perlu kita ketahui bahwa jumlah penduduk di Belanda saja hanya mencapai 17 juta! 

Saya pun langsung membeli sepeda begitu ada semacam pasar murah di kampus. Tentu saja saya bukan tergolong pesepeda yang andal dengan satu tangan memegang stang sepeda dan tangan lainnya memegang payung. Inilah alasan kedua saya mempensiunkan dini benda yang jauh-jauh saya bawa dari Indonesia. 

#3 Cuaca mudah berubah

Meskipun aplikasi prediksi cuaca di Belanda sangat canggih, cuaca sering kali berubah tanpa notifikasi di email. Saat sedang santai karena cuaca sejuk, eh tiba-tiba saja turun hujan. Bayangan akan harus selalu sedia payung sebelum hujan tentu saja sangat tidak praktis. Jadi, alih-alih membawa payung, saya selalu sedia jaket tahan air yang setia menemani ke manapun saya pergi. 

Baca Juga:

Kodim 0734/Yogyakarta: Dulunya Sekolah para Guru, Kini Jadi Markas para Tentara

Pulau Nusa Barong, Tempat Bersejarah di Jember yang Keindahannya Tertutup Mitos dan Kisah Kelam

#4 Tidak ada peluang untuk ojek payung

Bila di Indonesia kita akan mudah menemukan ojek payung terutama di daerah perkantoran atau pusat perbelanjaan, jangan harap bisa menemukan yang serupa di Belanda. Awalnya saya pikir bakal lumayan iseng-iseng kerja sambilan jadi ojek payung setidaknya di lingkungan kampus. Yah, tapi karena memang tidak ada yang melakukannya dan malas dipandang aneh oleh mahasiswa lainnya, saya merelakan potensi pundi euro saya tersimpan rapi saja di kamar. 

#5 Kalau rusak sulit cari tempat servisnya

Alasan terakhir ini lebih dikarenakan saya pengin menghemat uang dengan mencari tempat servis payung apabila rusak. Namun, saya heran tidak menemukan tempat itu satupun di Belanda. Kalau di Indonesia, jangankan tukang servis payung keliling, tukang pasang tirai, sol sepatu, perbaiki baju dan celana semuanya kan lengkap. Nah, kalau di Belanda jangan harap kita bisa menemukan tukang keliling tadi. Semua beroperasi pada jam kerja dan hanya ada di pertokoan dengan harga di luar bujet mahasiswa. 

Nah, itulah 5 alasan betapa unfaedah-nya bawa payung di Belanda. Cukup bermodalkan jaket tebal yang tahan air jika hendak bepergian atau jalan-jalan. Itu saja sudah praktis dan fungsional, kok. 

Sumber Gambar: Dziana Hasanbekava via Pexels

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 21 September 2021 oleh

Tags: belandapayung
Andy Aryawan

Andy Aryawan

FB: Andy Aryawan. PNS yang mendapat kesempatan makan kari langsung di India.

ArtikelTerkait

Ilustrasi Bendungan Walahar Karawang Produk Penjajah, Rasanya Nikmat (Unsplash)

Bendungan Walahar Karawang: Penjajahan oleh Belanda Memang Menyakitkan, tapi Bangunan Tinggalan Mereka Memang Luar Biasa

23 Oktober 2023
pelet ilmu hitam indonesia santet mojok

Indonesia Bukannya Nggak Mau, Tapi Memang Nggak Bisa Pakai Santet untuk Melawan Belanda

29 Juli 2020
ereveld makam korban perang belanda jogja sulitnya cari makam kuburan mojok

Mengenal Ereveld, Area Pemakaman Orang Belanda yang Jadi Korban Perang di Indonesia

29 Mei 2021
Jejak Kebudayaan Eropa di Uniknya Kuliner Sumenep dan Madura (Unsplash.com)

Jejak Kebudayaan Eropa di Uniknya Kuliner Sumenep dan Madura

11 September 2022
Menguak Sekelumit Sejarah Soal Kesultanan Buton yang Nasibnya Jarang Dikenal terminal mojok.co

Menguak Sekelumit Sejarah Soal Kesultanan Buton yang Nasibnya Jarang Dikenal

8 Agustus 2021
Review All Quiet on the Western Front: Tiada yang Riang di Masa Perang terminal mojok.co

Almarhumah Nenek Saya dan Perang yang Tak Padam dalam Ingatan

31 Desember 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.