5 Alasan Hijab Buttonscarves Tetap Laris meski Harganya Mahal

5 Alasan Hijab Buttonscarves Tetap Laris meski Harganya Mahal Terminal Mojok

5 Alasan Hijab Buttonscarves Tetap Laris meski Harganya Mahal (Pixabay.com)

Berdiri sejak tahun 2015, Buttonscarves menjelma jadi brand hijab premium yang mampu membuat kaum hawa antre 5 meter untuk dapat memiliki selembar kerudung yang harganya jauh dari kata murah. Harga rata-rata produk hijab segiempat (motif) Buttonscarves dibanderol Rp395 ribu hingga Rp425 ribu. Sementara untuk hijab basic (polos) harganya sekitar Rp245 ribuan. Harga tersebut tergolong mahal untuk ukuran hijab berbahan voal atau satin silk.

Meski harganya tergolong mahal untuk ukuran selembar hijab, nyatanya Buttonscarves tetap digemari para perempuan berhijab di Indonesia. Saking larisnya, Buttonscarves yang dulunya hanya menjual produk mereka via online, kini sudah memiliki beberapa offline store. Brand asal Indonesia ini juga sudah merambah pasar luar negeri dengan membuka offline store di Malaysia. Nggak berhenti sampai di situ, Buttonscarves juga berhasil berkolaborasi dengan merek dagang dunia sekelas Disney.

Seperti yang kita tahu, persaingan bisnis hijab di Indonesia ngeri sekali. Ada banyak banget merek hijab yang menawarkan harga murah dengan kualitas wah. Di level premiumnya pun persaingan bisnis hijab cukup ketat. Setidaknya ada nama-nama besar yang sudah lebih dulu hadir untuk menemani hijaber kelas atas, sebut saja Jenahara, Ria Miranda, Sisesa, atau Dian Pelangi. Namun, Buttonscarves untuk saat ini lebih populer dibandingkan hijab level premium lainnya.

Lantas, sebenarnya apa yang membuat hijab satu ini selalu laku keras meski harganya mahal? Menurut saya, setidaknya ada lima alasan berikut ini.

#1 Desainnya nggak pasaran dan punya ciri khas

Hijab Buttonscarves dibuat limited, artinya desain hijab nggak pasaran. Selain itu, motifnya juga punya ciri khas tersendiri. Seseorang yang pernah membeli hijab Buttonscarves pasti paham dan mudah mengenalinya sekalipun mereknya ditutupi.

Selain logo B yang selalu menempel di hijab sebagai ciri khas mereknya, selalu ada titik tiga dalam cutting hijab Buttonscarves. Kedua ciri ini sulit diduplikat merek lain. Buttonscarves juga salah satu hiba premium yang paling banyak dibuat KW-nya. Namun, produk KW tersebut mudah dikenali sebagai barang palsu karena nggak bisa meniru cutting-an asli Buttonscarves.

Dari segi packaging, Buttonscarves juga cukup istimewa. Mereka selalu mengemas produksnya dalam kotak kardus cantik yang diberi pita dan kartu. Selain itu, di dalam box-nya masih ada paper pula. Pokoknya kesannya eksklusif banget, deh.

Tak heran jika banyak perempuan rela merogoh kocek lebih dalam untuk dapat membawa pulang hijab karya Linda Anggreaningsih ini. Bahkan, ada juga lho yang sampai mengoleksi setiap seri yang dikeluarkan Buttonscarves!

#2 Kualitasnya bagus dan mudah diatur

Ono rupo ono rego, hal tersebut juga berlaku pada produk hijab Buttonscarves. Harganya yang mahal memang sesuai dengan kualitas yang didapatkan.

Ada beberapa pilihan bahan pada produk Buttonscarves, mulai dari bahan voile sampai satin. Saat disentuh, bahannya lembut, ringan, dan terasa adem bahkan saat dikenakan seharian.

Keunggulan lainnya yang membuat banyak perempuan berhijab suka dengan Buttonscarves adalah hijabnya mudah diatur. Iya, meskipun bahannya lembut dan kesannya lemas, tapi ketika dipakai mudah tegak dan nggak letoy. Jika dibandingkan dengan hijab lain yang sama-sama premiumnya, Buttonscraves memang paling mudah diatur dan dibentuk.

#3 Branding yang sesuai market

Jika membuka halaman Instagram atau media sosial Buttonscarves, kita bakal langsung tahu kalau ini adalah brand mahal. Cara mereka menuliskan caption, menata foto, dan lokasi pengambilan fotonya terlihat mewah sekali. Buttonscarves tahu persis siapa target pasar mereka, yakni orang-orang berduit yang suka eksklusivitas. Makanya mereka juga selalu bikin produk eksklusif di tiap seri yang dikeluarkan. Bahkan jika kita kehabisan hijab seri tertentu, kita nggak akan bisa punya seri tersebut karena nggak dibuat ulang.

Inilah yang jadi salah satu alasan beberapa orang merasa Buttonscarves bisa dijadikan investasi. Lantaran mereka masih bisa menjual kembali hijab Buttonscarves dengan harga yang masih mahal meski barangnya secondhand.

#4 Menunjukkan strata sosial

Mau nggak mau harus kita akui kalau Buttonscarves lekat dengan image mahal dan berkelas. Brand satu ini seolah jadi hijab wajib ibu-ibu pejabat, mahmud (mamah muda) perkotaan, dan hijaber banyak uang yang selalu ingin tampil modis dalam segala suasana. Saking nempelnya kedua image tersebut, kalau kita memakai hijab Buttonscarves otomatis dianggap sebagai orang kaya dan mampu secara finansial

Status penggunanya sebagai orang kaya seolah divalidasi kebenarannya hanya dengan menggunakan selembar hijab Buttonscarves. Lha piye, orang miskin mana rela membeli hijab berbahan voal seharga Rp400 ribuan, sementara di pasaran ada produk berbahan sejenis yang dijual dengan harga Rp100 ribu saja.

Kalau saya amati, Buttonscarves juga hampir nggak pernah menurunkan harganya, apalagi membuat promo gila-gilaan layaknya merek hijab lain. Harga hijab Buttonscarves yang konsisten mahal justru membuat seseorang merasa telah memilih produk berkelas. Oleh karena itulah Buttonscarves dianggap mampu merepresentasikan status sosial seseorang.

#5 Pelayanannya ramah

Kita tentu tahu nggak semua brand yang menjual barang mahal punya pelayanan ramah. Tapi, Buttonscarves berbeda. Mereka punya tim yang sangat ramah saat melayani calon pembeli, seramah satpam BCA lah. Mereka akan menjawab semua pertanyaan kita dengan cukup informatif dan tak lupa menambahkan senyuman. Pokoknya bikin calon pembeli betah dan senang berbelanja di sana lah.

Itulah lima alasan yang bikin hijab Buttonscarves tetap laris manis meski harganya mahal. Gimana? Apakah di antara kalian ada yang tertarik untuk mengoleksi hijabnya juga?

Penulis: Tiara Uci
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Sulitnya Memilih Mode Jilbab yang Bebas Stigma.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version