Momen tragis adalah ketika seseorang membeli motor baru, keluar dari dealer dengan wajah semringah. Beberapa bulan kemudian, dia sadar bahwa harga motor kesayangan itu jatuh sejatuh-jatuhnya. Dari sana, membeli motor bekas adalah keputusan terbaik untuk saat ini.
Saya pernah jadi korbannya. Waktu itu beli motor baru, pakai sebentar, lalu karena alasan ekonomi, saya harus menjualnya.
Harganya turun drastis. Padahal, kilometernya masih belum banyak. Sakit hati? Jelas. Dari situlah saya belajar bahwa membeli motor bekas adalah keputusan yang jauh lebih masuk akal.
Motor bekas bantu kita nggak perlu buang duit demi “bau baru”
Keuntungan pertama dari beli motor bekas jelas ada di harga. Motor baru, begitu keluar dari dealer, harganya bisa turun 10-20% dalam setahun. Motor Rp25 juta misalnya, tahun depan bisa jatuh ke Rp20-Rp22 juta.
Tapi, kalau kita beli motor umur 2 atau 3 tahun, depresiasi harganya nggak terlalu parah. Kita tinggal menikmati harga yang lebih realistis. Toh, kondisi motor umur segitu masih segar, bahkan sering masih ada garansi mesin. Jadi buat apa buang uang demi “bau baru” yang hanya bertahan beberapa minggu?
Pajak motor bekas lebih ramah dompet
Orang sering lupa kalau motor itu bukan cuma urusan harga beli, tapi juga ongkos tahunan. Pajak motor baru jelas lebih tinggi dibanding motor bekas yang umurnya sudah lewat beberapa tahun.
Kalau motor itu cuma dipakai untuk mobilitas harian, kenapa harus rela bayar pajak lebih mahal hanya demi tahun produksi yang lebih muda? Kalau membeli motor bekas, kita tidak hanya hemat di depan, tapi juga di belakang. Betul nggak?
Dapat motor lebih bagus dengan uang sama
Ini bagian favorit saya. Dengan budget yang sama, motor bekas bisa kasih kita kelas yang lebih tinggi.
Contoh gampang. Uang Rp20 juta, kalau untuk beli motor baru, paling dapat kelas entry-level, yang fiturnya pas-pasan. Tapi, kalau kita arahkan ke pasar motor bekas, uang itu bisa jadi tiket untuk naik kelas menengah. Sudah mendapat motor yang lebih nyaman, fitur lengkap, dan performa lebih enak.
Logikanya sederhana. Mending punya motor “second” yang mantap daripada motor “first” yang bikin pantat panas tiap kali dipakai jalan-jalan.
Motor bekas bebas gengsi, tenang di parkiran
Satu hal lagi yang jarang dibicarakan adalah soal psikologis. Motor baru jelas sering bikin pemiliknya was-was. Parkir di mall, hati deg-degan. Parkir di warung kopi, mata melirik-lirik takut ada yang baret.
Motor bekas? Lebih santai, lah. Kalau ada baret kecil, kita bisa nyengir sambil bilang, “Namanya juga bekas.” Beban mental itu berkurang banyak. Yang penting mesin sehat, bisa jalan, dan nggak bikin dompet bocor tiap bulan.
Nggak kemakan ilusi motor baru
Jujur saja, pabrikan motor sangat paham kelemahan kita, yaitu suka gengsi. Maka, tiap tahun, mereka meluncurkan “motor baru” dengan label all new design. Padahal seringnya yang baru cuma stiker, lampu agak miring, atau tambahan fitur yang kita sendiri bingung cara pakainya.
Tapi anehnya, orang rela antre, bahkan kredit panjang, hanya demi bisa jadi yang pertama keluar dealer dengan wajah semringah. Padahal, seminggu kemudian, di jalanan sudah ada seribu motor serupa. Jadi, sebenarnya yang kita beli itu motor atau sekadar rasa ilusi jadi “paling baru”?
Tips membeli motor bekas biar nggak ketipu
Nah, meski beli motor bekas menguntungkan, tetap ada jebakannya. Jangan sampai niat hemat malah jadi buntung. Berikut beberapa tips penting;
- Cek surat-surat. Pastikan STNK dan BPKB asli dan sesuai nomor mesin serta rangka. Jangan tergiur harga murah dengan alasan BPKB “masih di leasing”.
- Riwayat servis. Kalau bisa, cari motor dari pemilik pertama yang rajin servis di bengkel resmi.
- Cek fisik. Perhatikan rangka, mesin, dan kaki-kaki. Jangan cuma lihat bodi mengkilap aja.
- Test ride. Rasakan mesin dan gigi. Kalau getarnya kayak blender, lebih baik mundur dulu, cari motor bekas lain.
- Ajak mekanik. Lebih murah bayar kopi buat mekanik daripada ganti onderdil besar.
Motor bekas adalah pilihan waras
Pada akhirnya, beli motor bekas itu bukan soal pelit, tapi soal logika. Kenapa harus buang uang ekstra hanya demi aroma plastik baru, sementara fungsi motornya sama saja? Bisa dipakai kerja, bisa diajak jalan, bisa nganter pacar pulang.
Nggak terlalu pusing mikir depresiasi harga, kita cukup menikmati motor seken yang masih bagus, harga lebih bersahabat, pajak ringan, dan hati tenang di parkiran.
Motor bekas adalah pilihan orang-orang waras di tengah masyarakat yang terlalu sering silau sama kata “all new”. Itu.
Penulis: Budi
Editor: Yamadipati Seno
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
