Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

5 Alasan Banyak Mahasiswa Pertanian Ogah Jadi Petani

Khanif Irsyad Fahmi oleh Khanif Irsyad Fahmi
6 Agustus 2021
A A
mahasiswa pertanian vietnam bus sleeper mojok

vietnam bus sleeper mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai mahasiswa pertanian, saya kerap mendapat banyak pertanyaan. Salah satunya yang kerap dilontarkan, yaitu kenapa mahasiswa pertanian hanya sedikit yang mau jadi petani. Yah, memang tidak bisa dimungkiri, persentase mereka yang terjun ke dunia percangkulan sangat sedikit. Banyak yang lebih memilih banting setir ke pekerjaan lain, sebut saja menjadi pegawai bank, pekerja swasta, atau wartawan.

Saya mencoba mengulik sederet data dan fakta yang ada di lapangan, mengenai alasan mahasiswa pertanian hanya sedikit yang terjun ke dunia pertanian. Mereka tidak sepenuhnya salah, karena sejatinya fenomena antara tidak sinkronnya jurusan kuliah dan pekerjaan ini banyak terjadi. Hanya saja masalah regenerasi petani ini masih menjadi PR yang belum terselesaikan, sehingga mahasiswa pertanianlah yang kerap dikambinghitamkan.

Sebenarnya ada banyak faktor kenapa mahasiswa pertanian hanya sedikit yang terjun ke dunia pertanian, tapi karena alasannya sangat banyak yang kalau ditulis bisa jadi skripsi atau buku, saya tulis lima alasan saja yah, yuk simak baik-baik!

Pertama, tidak punya lahan

Lahan itu modal utama bagi petani. Bagaimana tidak, tumbuhan itu perlu dan wajib ‘ain memiliki tempat untuk berkembang biak, sama seperti manusia yang membutuhkan bumi untuk berpijak. Walaupun sekarang juga sedang banyak sistem hidroponik atau aquaponik, yaitu budidaya menanam dengan menggunakan media pengganti tanah. Tapi hemat saya, kalau tidak di tanah tentu akan kurang dalam mencukupi kebutuhan pangan. Sebab, tidak semua tanaman cocok dibudidayakan secara hidroponik atau aquaponik. Beda dengan lahan di sawah. Hampir semua komoditas bisa ditanam dalam jumlah yang banyak. Tapi eh tapi, sekalipun memiliki lahan, itu juga hasil warisan dari orang tuanya. Ndilalahnya juga jumlahnya rata-rata di bawah 1-2 hektar. Sungguh nasib.

Kedua, modal besar

Jadi, pertanian itu prosesnya panjang. Dari persiapan lahan, penanaman, pengairan, pemupukan, pengendalian hama, panen, hingga pasca-panen. Dan di setiap kegiatan tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja serta tetek bengeknya. Alhasil membutuhkan modal yang banyak. Belum lagi harga sarana dan prasarana pertanian yang semakin mahal. Ditambah risiko di sektor pertanian ini terbilang cukup tinggi yang bisa saja menjadi momok bagi petani.

Ketiga, kepastian

Hal ini merupakan salah satu hal yang memberikan pengaruh besar dalam pola pikir mahasiswa pertanian. Sebab kegiatan pertanian pada akhirnya akan menjadi sebuah jalan untuk mendapatkan penghasilan, maka kepastian akan harga dan pasar menjadi penyebab para sarjana pertanian dilema untuk terjun bertani. Terlebih, di saat masih baru sarjana tentunya banyak tekanan mental yang dialami, baik dari lingkungan sekitar maupun dari dalam diri sendiri. Hingga akhirnya, karena tidak adanya kepastian yang bisa didapatkan, serta tekanan masih menghantui mengakibatkan sarjana pertanian lebih memilih untuk bekerja di tempat lain yang sudah memiliki kepastian penghasilan yang didapatkan. Belum lagi banyak orang tua yang tidak menginginkan anaknya menjadi petani membuat tekanan segera mendapatkan pekerjaan semakin besar.

Keempat, gengsi

Petani digambarkan menjadi pekerjaan yang dekil, kotor, berpenghasilan rendah, orang miskin, dan hal-hal sinis lainnya. Sementara pemuda kebanyakan malah berkebalikan dengan kegiatan semacam itu. Ditambah saat ini mahasiswa pertanian tidak hanya orang desa, tetapi juga orang kota. Artinya memang kemungkinan kecil mereka akan menekuni pekerjaan ini, sawah aja nggak ada loh.

Kelima, nggak ada minat

Sebagian besar mahasiswa pertanian itu memang tidak menjadikan jurusan pertanian menjadi pilihan pertama bagi mereka. Termasuk saya ya hehehe. Jurusan ini biasanya jadi pelarian atau batu loncatan saja. Walaupun memang banyak juga yang menikmati dinamika menjadi mahasiswa pertanian. Tapi, kalau ditanya apakah mau jadi petani, mungkin yang benar-benar minat hanya segelintir saja. Itulah faktanya.

Baca Juga:

Sawah Hilang, Data Bertambah: Trik Sulap LP2B Ala Jember

Curahan Hati Mantri Tani, Dicari Saat Bantuan Tiba, Dicaci Tatkala Gagal Panen Melanda

Itulah sederet fakta mengenai penyebab mahasiswa pertanian ogah menjadi petani. Walaupun demikian, ada banyak juga yang terjun di pertanian. Bahkan menjadi petani yang sangat sukses. Sebut saja Sandi Octa Susila, petani milenial yang memiliki omzet 500-800 juta per bulan. Atau Sofyan Adi Cahyono dengan omzet 300-400 juta per bulan. Dan masih banyak lagi petani muda yang sukses menekuni bidang pangan ini.

Terakhir, kepada pemerintah Republik Indonesia, wabil khusus Pak Menteri Pertanian, untuk bisa lebih meningkatkan dan memperhatikan minat generasi muda di bidang pertanian. Terlebih memanfaatkan potensi mahasiswa pertanian yang tumpeh-tumpeh itu. Saya sudah nyumbang penyebabnya lewat tulisan ini, tinggal bapak yang mencari solusinya hehehe.

Indonesia, negara khatulistiwa dengan sumber daya alam yang melimpah, hampir semua tanaman bisa ditanam di sini, lantas kurang apalagi? Ya benar, orang-orang yang akan menjadi petani.

BACA JUGA Teruntuk Mahasiswa Pertanian, Berikut Jawaban yang Ampuh Jika Jurusanmu Diremehkan atau tulisan Khanif Irsyad Fahmi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 September 2021 oleh

Tags: harga pasarkomoditilahanmahasiswa pertanianpemerintahpendidikan terminalPetanisawah
Khanif Irsyad Fahmi

Khanif Irsyad Fahmi

Mahasiswa pertanian yang ingin menjadi petani dan menteri pertanian.

ArtikelTerkait

Deretan Nama Guru yang Selalu Ada di Sekolah-sekolah Indonesia terminal mojok

Deretan Nama Guru yang Selalu Ada di Sekolah-sekolah Indonesia

21 Juli 2021
Jika Saya Jadi Menteri Pertanian, Berikut Strategi Peningkatan Regenerasi Petani

Jika Saya Jadi Menteri Pertanian, Berikut Strategi Peningkatan Regenerasi Petani

29 September 2024
Belajar Nilai Kepemimpinan dari Zorbes, Tokoh dalam 'Kisah Seekor Camar dan Kucing yang Mengajarinya Terbang' oleh Luis Sepúlveda terminal mojok

Belajar Nilai Kepemimpinan dari Zorbes, Tokoh dalam ‘Kisah Seekor Camar dan Kucing yang Mengajarinya Terbang’ oleh Luis Sepúlveda

26 Mei 2021
pungli proyek pemerintah gaji PNS kerja 10 juta pejabat digaji besar tapi solusi minta rakyat mojok

Sebenarnya, Pejabat Itu Dibayar untuk Menyelesaikan Masalah atau Minta Solusi dari Rakyat?

12 Juli 2021
Dear Pelamar Kerja, Nggak Bisa Bahasa Inggris saat Wawancara Kerja Bukanlah Suatu Dosa terminal mojok

Dear Pelamar Kerja, Nggak Bisa Bahasa Inggris saat Wawancara Kerja Bukanlah Suatu Dosa

18 Juni 2021
Festival Tawuran Jaksel: Kenapa sih Pemerintah Berlomba Bikin Ide Konyol?

Festival Tawuran Jaksel: Kenapa sih Pemerintah Berlomba Bikin Ide Konyol?

13 Oktober 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025
Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

14 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.