4 Tipe Mahasiswa yang Sebaiknya Nggak Kuliah di UIN

4 Tipe Mahasiswa yang Sebaiknya Nggak Kuliah di UIN (uin-suka.ac.id)

4 Tipe Mahasiswa yang Sebaiknya Nggak Kuliah di UIN (uin-suka.ac.id)

UIN itu nggak buat semua mahasiswa. Ibarat buah durian, ada orang yang cocok dan cinta mati pada buah berduri tersebut. Ada pula yang dilahirkan bukan untuk mengganyang durian.

Sebagai lulusan UIN, tentu saya cukup paham jenis mahasiswa yang kurang cocok di kampus ini. Lha gimana, mantan mahasiswa si paling organisatoris UIN yang sering nginep di kampus ogg. Ditambah saya juga lulus di waktu yang tepat, alias nggak lulus tepat waktu hehe.

Di sini saya mau menjabarkan jenis mahasiswa yang kurang cocok masuk ke kampus ini. Biar adik-adik calon mahasiswa nggak ada yang “tersesat” di jalan yang benar (UIN).

#1 Nggak bisa Bahasa Arab

Buat kamu yang pengetahuan Bahasa Arab-nya nol besar, baiknya kubur keinginanmu untuk kuliah di UIN. Pasalnya, di sini ada mata kuliah wajib Bahasa Arab. Jangan sampai ketika kamu kuliah di sana nggak lulus-lulus mata kuliah tersebut. Jadi, nggak bisa meraih gelar sarjana, dong.

Bukan hanya itu saja. Di beberapa UIN mewajibkan lulus ujian TOAFL/IMKA sebelum diwisuda. FYI, TOAFL/IMKA itu semacam tes TOEFL-nya Bahasa Arab. Saya dan sebagian teman angkatan harus beberapa kali tes hanya untuk lulus TOAFL/IMKA. Padahal, saya sudah les TOAFL/IMKA selama 2 sampai 3 bulan.

Nggak terbayang nasib mahasiswa yang nggak bisa Bahasa Arab. Mesti amsyong banget kalau masuk UIN. Ketika mata kuliah Bahasa Arab, cuma bisa ngang ngong ngang ngong doang.

Baca halaman selanjutnya: Mahasiswa UIN wajib moderat. Kalau kamu nggak, jangan kuliah di sini.

#2 Mahasiswa UIN langsung dianggap ahli agama

Menurut saya, beban mahasiswa kampus pendidikan macam UNY, UNESA, dan UNNES itu nggak seberapa. Mereka hanya punya beban dianggap sebagai guru atau calon guru. Jelas jauh lebih berat beban mahasiswa UIN, yang selalu dianggap ahli agama.

“Emang apa beban dianggap ahli agama, Bang?”

Ya banyak toh. Ketika KKN, mahasiswa UIN seolah-olah wajib mengajar ngaji, menjadi pembicara di pengajian ibu-ibu atau bapak-bapak sampai mengimami salat di masjid. Kalau nggak melakukan berbagai hal tersebut mesti disindir masyarakat.

Memang segitu kentalnya citra ahli agama yang melekat pada mahasiswa UIN di masyarakat. Padahal, banyak lho mahasiswa atau lulusan yang bukan ahli agama. Salah satunya saya sendiri.

#3 Suka menggunakan pakaian yang ketat

Di beberapa fakultas di UIN, ada semacam peraturan yang melarang mahasiswi menggunakan pakaian ketat. Bahkan, di fakultas lain yang nggak menerapkan peraturan tersebut, ada dosennya yang melarang mahasiswinya berpakaian ketat di kelasnya.

Iya saya tahu setiap orang bebas mau berpakaian apa saja. Tak terkecuali para mahasiswi yang menggunakan pakaian ketat. Akan tetapi, peraturan tertulis maupun tidak tersebut merupakan bentuk UIN yang menjunjung norma kesopanan.

UIN hanya melarang mahasiswinya berpakaian ketat di lingkungan kampus saja. Kalau di luar kampus mah bebas. Terserah mau pakai pakaian apa saja. Toh, para mahasiswa sudah pada dewasa, sudah bisa bertanggung jawab pada diri sendiri.

#4 Mahasiswa UIN wajib moderat

Asal kalian tahu mahasiswa di kampus ini wajib moderat. “Bang, bukannya mahasiswa UIN semuanya Islam ya? Kenapa harus moderat?” Memang mayoritas mahasiswa itu muslim. Fakta tersebut tak terbantahkan.

Tapi, meski agamanya sama, aliran atau ormasnya macam-macam. Ada yang NU, ada Muhammadiyah. Makanya, dengan beragam latar belakang tersebut, mahasiswa UIN itu wajib moderat.

Jika berhasil moderat dengan sesama muslim, saya yakin betul bisa moderat juga dengan orang di luar agamanya. Jadi, buat mahasiswa yang intoleran dan terbelakang, silakan daftar di kampus lain aja. Jangan di UIN ya.

“Emang ada mahasiswa yang intoleran, Bang?” 

Ada dong, itu yang kemarin demo di depan pengungsi dari Rohingya. Buat seluruh mahasiswa dengan berbagai jenis yang sudah disebutkan tadi, saya sarankan tidak daftar di UIN. Tapi, kalau mau memaksa untuk daftar, boleh-boleh saja. Asal kuat dan menerima konsekuensinya.

Penulis: Ahmad Arief Widodo

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Bangga sih Bangga, tapi kalau Bilang UIN SUKA Lebih Unggul ketimbang UGM, Itu mah Bukan Bangga, tapi Halu!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version