4 Tempat yang Wajib Dikunjungi di Ternate Versi Wisatawan

4 Tempat yang Wajib Dikunjungi di Ternate Versi Wisatawan terminal mojok

Memiliki kesempatan berkunjung ke beberapa daerah di negeri ini memang harus disyukuri, apalagi jika tempatnya indah dan berkesan. Salah satu pengalaman yang cukup memorable di kepala saya adalah saat menginjakkan kaki di Ternate. Ternate mungkin nggak sepopuler Bali atau Sumba. Bahkan bisa jadi kita lebih familier dengan Vincent Rompies yang keturunan Ternate ketimbang Kota Ternate sendiri.

Berada di timur Indonesia, tepatnya di provinsi Maluku Utara, kita bisa datang ke Ternate melalui dua jalur, yaitu udara dan laut. Kalau dari Surabaya, naik pesawat dari Bandara Internasional Juanda langsung ke Bandara Sultan Babullah di Ternate butuh waktu 4 jam. Alternatif lainnya menggunakan kapal laut dengan estimasi waktu tempuh 4 hingga 5 hari. Silakan pilih mau yang mana.

Sebagai wisatawan yang baik hati, ramah, dan nggak sombong, berikut saya rangkum 4 tempat di Ternate yang wajib dikunjungi. Siapa tahu suatu hari nanti kalian berkesempatan mampir ke negeri para raja ini.

#1 Benteng Orange/Fort Oranje

Jika ditanya, tempat apa yang sebaiknya dikunjungi saat pertama kali menginjakkan kaki di kota yang baru kita kenal, saya akan langsung menjawab “tempat yang memiliki nilai historis”, sebuah tempat bersejarah yang mampu membawa kita melihat wajah kota di masa lalu. Dan di Ternate, kita bisa mendapatkan semua itu pada Benteng Orange.

Dibangun sejak zaman kolonial, tepatnya tahun 1607, oleh Cornelis Matchlief de Jonge. Bukan de Jonge pemain Barcelona loh ya, meskipun sama-sama orang Belanda. Bangunan Benteng Orange nampak kokoh, sekokoh pertahanan Bayern Munchen di Liga Champion.

Tembok Benteng Orange terbuat dari campuran batu bata, batu kali, batu karang, dan pecahan kaca. Di beberapa sudut tembok masih terlihat meriam asli yang dulu dipakai oleh Belanda untuk menyerang musuh. Saat pertama kali datang ke Benteng Orange, lantai bawah benteng, yang dulunya digunakan  sebagai penjara di zaman VOC masih terlihat, meskipun bentuknya sudah cukup memprihatinkan karena kurang terawat.

Namun, kali terakhir saya ke sana lagi, Benteng Orange sudah direvitalisasi oleh pemerintah setempat dan masuk dalam daftar cagar budaya nasional. Kini, Benteng Orange menjadi objek wisata yang menawarkan nuansa heritage dengan suasana yang nyaman. Ada kursi, kolam cantik, dan taman yang berada di sebelah benteng. Kita bisa menggunakan area taman untuk beristirahat setelah lelah mengelilingi benteng. Sambil bercengkrama bersama teman dan membicarakan  kejayaan masa lalu, pastilah syahdu.

Jika beruntung, kita bisa melihat pertunjukan seni di sini. Di dalam benteng juga ada bangunan yang dulunya adalah kantor Gubernur VOC, tapi sudah dialihfungsikan menjadi Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Ternate. Nggak jauh dari lokasi tersebut, terdapat ruko atau pertokoan yang bisa kita datangi untuk berbelanja.

#2 Danau Tolire

Danau Tolire di Ternate ada dua, namanya Tolire Kecil dan Tolire Besar. Yang membedakan keduanya hanya soal ukurannya. Jarak antara keduanya berdekatan, nggak sampai setengah kilometer.

Danau Tolire berada di Desa Takoma, Ternate Barat. Jika mau berkunjung, waktu yang tepat adalah sore hari saat matahari akan terbenam karena pemandangannya luar biasa indah. Warna airnya kebiruan dikelilingi hamparan pohon hijau, rasanya damai saat melihatnya, apalagi bagi saya yang terbiasa melihat gedung pencakar langit di Surabaya. Memandangi Danau Tolire seperti melihat fatamorgana di tengah gurun pasir.

Uniknya lagi, kita nggak bisa melemparkan batu ke dalam Danau Tolire. Agak seram sih, tapi saya pernah mencobanya sendiri saat melemparkan batu atau kerikil ke dalam danau. Batu tersebut raib entah ke mana. Nggak terdengar suara batu masuk ke dalam air atau terlempar ke dinding danau. Benar-benar hilang tanpa jejak.

Karena penasaran dengan dasar danaunya, saya nekat menuruninya, tentu saja dibantu profesional a.k.a juru kunci Danau Tolire. Sebelum turun, saya diminta berdoa sesuai kepercayaan, kemudian diberi daun yang harus saya kantongi saat proses menuruni danau.

Bentuk Danau Tolire ini seperti mangkuk bakso, atasnya lebar, makin ke bawah jadi kecil. Di sekitar danau ditumbuhi berbagai macam pohon dan rantingnya bergelantungan. Sampai di dasar danau, ada perahu kecil. Saya diajak juru kuncinya mengelilingi danau yang airnya bening sekali, pokoknya kalau ngaca di situ bakalan ketahuan wajah cantikmu, deh.

Di tengah danau ada batu besar, saya berhenti sejenak di batu tersebut, menikmati keindahan alam. Juru kunci danau meminta saya untuk cuci muka di sana, katanya agar nanti bisa kembali lagi ke Ternate. Kepercayaan seperti ini mirip tradisi di air mancur Trevi, Roma. Barangsiapa yang berhasil lempar koin ke air, dia akan datang lagi ke Roma.

Di sekitar Danau Tolire juga ada gazebo dan warung yang berjualan camilan. Kita bisa menikmati pemandangan sambil ngemil dan ngobrol bersama orang tersayang, menikmati keindahan alam yang nggak bisa kita dapatkan di kota-kota besar yang ada di pulau Jawa. Tanpa menuruni danau pun, tempat ini sangat worth it untuk dikunjungi.

#3 Pantai Sulamadaha

Urusan pantai, daerah di timur Indonesia memang juaranya. Kalau pantai di Jawa dijejerin sama pantai di timur Indonesia, kayaknya bakal langsung insecure. “Kok kamu cantiknya alami banget, sih?” kata pantai Jawa. Dijawab pantai Timur, “Kalian di Jawa kebanyakan reklamasi, sih.” Nah, lho!

Lokasi Sulamadaha Beach tak jauh dari pusat Kota Ternate, naik mobil sekitar 20 menit saja. Saat memasuki lokasi pantai, pengunjung akan disuguhi deretan kios yang menjual makanan dan minuman, lengkap dengan deretan kursi yang view-nya langsung ke pantai. Saat saya berkunjung, kursinya terbuat dari kayu ala kadarnya gitu. Tapi, sekarang sudah direnovasi lebih cantik. Di sana sudah ada gazebo dan tempat lesehannya juga biar lebih asyik saat menikmati makanan.

Jika berjalan lebih ke dalam lagi, kita akan menemukan laguna, warga setempat menamainya Soamadaha. Ini kayak teluk kecil dan warna air di sini subhanallah sekali, bening banget. Kita bisa melihat dasar pantainya dengan jelas, ada deretan karang dan ikan. Aduuuh, uapik banget pokoknya, Rek. Kayak melihat aquarium versi natural.

Oh iya, beberapa wisatawan juga bisa melakukan snorkeling di Pantai Sulamadaha. Karena saya nggak bisa berenang, yaaa cukup menikmati keindahan alam sambil makan gohu ikan dan pisang sambal. Definisi kenikmatan yang nggak saya dapatkan di Surabaya. Bagi yang punya anak, tak perlu khawatir, di sini disediakan kid zone juga, kok.

#4 Kopi Jarod

Jangan membayangkan kedai kopi dengan mesin espreso seperti di Starbucks atau deretan manual brew yang aesthetic layaknya kedai kopi di mal mewah. Jauh dari itu, Jarod adalah kedai kopi dengan interior sederhana namun istimewa soal suasana. Kalau di Jogja, tempat ini mirip Kopi Blandongan. Tekstur kopinya pekat dan rasa kopinya bold.

Yang membuat istimewa tuh kultur diskusinya. Di Jarod, saya melihat lebih banyak orang bicara politik dan diskusi berbagai macam tokoh filsafat, suasana akademis dan intelektualnya membuat saya cukup terkesan.

Bayangkan, di kota kecil yang membeli buku online lebih mahal ongkirnya daripada harga bukunya, semangat mereka belajar patut diacungi jempol. Pokoknya wajib ke kedai kopi Jarod saat di Ternate biar kembali ke Jawa membawa semangat berdiskusi yang menggebu-gebu.

Itulah 4 tempat yang sebaiknya dikunjungi saat ke Ternate. Gaaas, liburan akhir tahun ke Ternate, Rek. Apalagi sekarang penerbangan sudah buka di semua rute domestik dan liburan di saat nataru nggak jadi dilarang pemerintah.

Sumber Gambar: Unsplash

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version