Jika kita mendengar kos syariah, kita pasti akan langsung mikir bahwa kos-kosan yang nggak asyik, kos-kosan yang terlalu banyak aturan, kos-kosan yang sebaiknya dihindari. Bahkan kos-kosan syariah juga kerap dianggap sebagai kos-kosan yang nggak toleran, kos-kosan yang pilih-pilih, yang mau nerima golongan-golongan tertentu saja.
Anggapan di atas sah-sah saja. Toh, kenyataannya kadang memang begitu. Kos syariah memang bukan kos-kosan yang asyik, apalagi kalau dibandingkan dengan kos LV. Kos ini juga bukan kos-kosan yang toleransinya rendah, seperti kos campur pada umumnya. Dan, kos ini juga nggak menerima sembarang orang. Ada kualifikasi tertentu untuk bisa menempati kos ini. Sepasang kekasih yang belum menikah jelas nggak bisa sewa kamar di kos jenis ini.
Kepikiran aja sebaiknya nggak. Aneh.
Masalahnya, orang-orang terlalu fokus dengan hal-hal “negatif” atau dengan hal-hal yang “nggak enak” dari kos syariah. Padahal yang nggak mereka sadari, kos ini punya hal-hal positif. Sayang, hal-hal positif ini kayak ketutupan oleh semua skeptisme dan pandangan sebelah mata. Maka dari itu, saya akan beri tahu lagi apa-apa saja hal-hal atau sisi positif dari kos ini.
Kos syariah itu cukup menjunjung tinggi kedisiplinan
Salah satu hal pertama yang kelihatan dari kos syariah adalah adanya aturan yang ketat. Aturan yang ketat inilah yang kadang bikin banyak orang merasa bahwa kos ini adalah kos-kosan yang nggak asyik. “Orang ngekos itu penginnya lebih bebas, bukan malah diatur-atur lagi”, mungkin begitu kata mereka.
But, somehow, aturan-aturan di kos syariah ini sebenarnya baik. Aturan-aturan yang dianggap ketat ini justru melatih kedisiplinan kita sebagai anak muda. Misalnya, kita sudah harus bangun/tidur di jam tertentu, kita nggak boleh pulang lebih dari jam sekian, nggak boleh bawa teman lawan jenis, dsb, dsb. Itu semua sebenarnya untuk melatih kedisiplinan kita.
Ada yang bilang ini pengekangan. Ya nggak, dong! Kan kalau merasa terkekang tinggal cabut dan cari kos lain. Iya, kan?
Cenderung lebih aman ketimbang kos-kosan lain
Dari aturan-aturan yang dianggap ketat tersebut, nggak heran jika kos syariah itu cenderung lebih aman dari kos-kosan yang lain. Ini aman dari berbagai hal. Dari ancaman maling misalnya, kos ini cenderung lebih aman karena selain nggak sembarang orang bisa keluar-masuk, akses dan lingkungannya lebih tertutup dari kos-kosan lain. Maling biasanya akan lebih susah untuk beraksi.
Selain itu, kos ini juga aman untuk para orang tua yang khawatir dengan anaknya yang merantau. Carikan saja kos syariah, suruh ngekos di sana. Meskipun nggak bisa mengontrol 24/7, tapi setidaknya kekhawatirannya agak menurun, lah. Sebagai orang tua jadi nggak terlalu khawatir dengan banyak hal.
Ya meskipun harus diakui, bahwa terkadang ancaman itu ada saja pintu masuknya. Tempat yang dikira paling aman juga kadang kebobolan juga. Itulah mengapa saya pakai kata “cenderung”, bukan “pasti”.
Biasanya lebih ramah anak, apalagi jika dibandingkan kos pasutri non syariah
Di level kos-kosan untuk pasutri, kos pasutri yang syariah itu biasanya cenderung lebih ramah anak ketimbang kos pasutri yang non syariah. Indikatornya sederhana. Kos syariah (pasutri) punya aturan yang ketat. Calon penghuninya benar-benar diseleksi. Lingkungannya juga benar-benar dijaga.
Selain itu, ada aturan-aturan semacam kawasan bebas asap rokok dan bebas dari minuman beralkohol. Kawasan bebas asap rokok dan alkohol ini jelas jadi nilai plus, apalagi buat mereka yang punya atau bawa anak. Sementara kita tahu sendiri, kos pasutri yang non syariah ini bukan hanya nggak punya aturan soal asap rokok dan alkohol, kadang lingkungannya juga agak kurang bagus.
Punya kegiatan-kegiatan positif tertentu untuk penghuni kos
Saya pernah cukup terkejut ketika mendengar bahwa beberapa kos syariah itu punya agenda atau kegiatan khusus untuk para penghuninya. Salah satu teman sekelas saya di kampus pernah cerita, bahwa di kosnya, sebuah kos-kosan syariah (muslim only, kos cewek), punya agenda ngaji tiap selesai salat subuh dan salat maghrib. Saya terkejut, dan baru tahu bahwa ternyata kos-kosan bisa dimodel seperti ini.
Bagi sebagian orang, hal-hal begini tuh nilai plus banget. Kos-kosan yang mengadakan agenda positif seperti ngaji ini layak diapresiasi. Buat orang-orang perantau yang agamis, punya keimanan yang cukup kuat, ngekos di kos syariah kayak gini tuh emang paling bener. Kebutuhan jasmani-rohani dan dunia-akhirat bisa tercukupi dan seimbang gitu.
Maka dari itu, empat hal positif tentang kos syariah di atas itu sekaligus jadi bukti, bahwa kos ini nggak sejelek yang kita kira. Anggapan bahwa kos ini nggak asyik dan negatif itu nggak lain dan nggak bukan karena kitanya yang skeptis, kitanya yang nggak mau cari tahu lebih dalam dan memahami dengan lebih bijak. Iya, kan?
Penulis: Iqbal AR
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Pengalaman Setahun Lebih di Kos LV: Tempatnya Kumuh, dan Selalu Denger Suara Desahan di Malam Hari
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
