4 Orang yang Nggak Cocok Jadi Penulis Freelance, Mending Cari Pekerjaan Lain daripada Mengeluh Setiap Hari

4 Tipe Orang yang Nggak Cocok Jadi Penulis Freelance, Mending Cari Pekerjaan Lain daripada Ngeluh Setiap Hari mencari tema tulisan

4 Tipe Orang yang Nggak Cocok Jadi Penulis Freelance, Mending Cari Pekerjaan Lain daripada Ngeluh Setiap Hari (unsplash.com)

Sejak tahun 2023, saya menggeluti pekerjaan sebagai seorang penulis lepas atau penulis freelance di berbagai platform. Selama itu juga saya sering ditanya oleh banyak orang mengenai caranya menjadi penulis freelance. Tentu semua pertanyaan itu saya jawab. Bahkan beberapa orang saya ajari tips dan trik menjadi penulis freelance.

Akan tetapi setelah saya perhatikan, cuma sedikit yang benar-benar niat menggeluti profesi satu ini. Kebanyakan hanya bertanya, mencoba sekali dua kali, dan akhirnya berhenti. Setelah saya cari tahu ternyata mereka yang berhenti memang nggak cocok menjadi penulis freelance. Setidaknya, ada empat tipe orang yang benar-benar nggak cocok dan nggak saya saranin jadi penulis freelance.

#1 Orang yang pengin gajian tiap awal bulan jangan jadi penulis freelance

Saat bekerja di toko retail, jadi PNS, kerja kantoran, atau jadi karyawan swasta, rata-rata dibayar dengan gaji bulanan. Ada juga yang mingguan, tapi kebanyakan ya dibayar bulanan sehingga orang terbiasa dengan sistem seperti itu. Sementara kalau menjadi penulis freelance, hal ini nggak bakal kita temukan.

Bekerja freelance itu ibaratnya kamu kerja serabutan. Bayarannya nggak menentu dan bukan pakai sistem gaji, melainkan sistem honor. Jadi, bayaran akan diterima sesuai pekerjaan yang sudah diselesaikan. Misalnya, kamu akan dibayar Rp200 ribu per satu tulisan, atau dibayar Rp300 ribu setelah menyelesaikan 4 tulisan. Jadi kalau kamu sama sekali nggak menulis, ya kamu nggak akan dibayar.

Alhasil kalau kamu nggak terbiasa sama sistem begitu, kayaknya kamu nggak cocok jadi penulis freelance, deh. Tapi kalau kamu bisa membiasakan diri kadang ada untungnya juga. Bisa saja di akhir bulan saat uang orang-orang mulai menipis, uang kamu malah lagi banyak-banyaknya gara-gara produktif.

#2 Orang yang nggak punya kreativitas tinggi

Sejatinya, seorang penulis freelance bekerja di industri kreatif. Posisi penulis freelance sama dengan posisi editor video, copywriter, atau desainer grafis. Karena itu seorang penulis freelance dituntut untuk memiliki kreativitas dan imajinasi yang tinggi. Apa gunanya? Banyak.

Kreativitas sangat penting untuk mencari topik tulisan, mengolah ide, sampai menulis. Tanpa adanya kreativitas dan imajinasi seorang penulis nggak akan bisa menumpahkan ide di otak menjadi sebuah tulisan. Tanpa kreativitas, ide dan gagasan di otak hanya akan menjadi ide semata. Hanya menjadi sesuatu yang abstrak tanpa bisa diungkapkan lewat diksi dan kalimat.

#3 Orang yang nggak mau bersaing dan nggak mau terus belajar jangan jadi penulis freelance

Tiap saat tren kepenulisan juga terus berkembang. Ada kalanya di awal tahun orang-orang sangat suka tulisan yang serius. Namun di akhir tahun bisa saja pembaca lebih suka bacaan yang santai. Nah, kalau penulis nggak belajar dan nggak mau ngikutin tren, tulisannya bisa-bisa nggak laku.

Belajar juga sangat penting. Dengan belajar penulis bisa terus mengasah kemampuannya. Mungkin awalnya penulis pemula hanya bisa menulis sekali dalam sehari. Kalau terus belajar lama-kelamaan penulis bisa menulis tiga tulisan dalam sehari.

Masalahnya nggak jarang teman-teman saya yang baru mulai menulis ogah belajar. Padahal mereka sadar kalau pengalaman mereka belum banyak. Mereka malas mencari referensi, malas mempelajari teknik penulisan, dan malas mencari tren penulisan. Alhasil, tanpa belajar siapa pun nggak akan bisa jadi penulis freelance.

#4 Orang yang nggak sabaran

Kesabaran juga menjadi poin utama sebagai penulis freelance. Intinya, kalau nggak sabaran jangan sekali-kali terjun ke dunia ini. Gimana ya, namanya juga seorang freelance. Kadang karya diterima, kadang disuruh revisi, bahkan kadang ditolak. Atau malah kadang nggak ada kabar, diterima nggak, direvisi nggak, ditolak editor pun nggak.

Tapi saat diterima dan mendapat bayaran tentunya penulis akan kegirangan. Sebaliknya, saat ditolak banyak penulis pemula yang langsung down. Seharusnya jangan begitu. Saat ditolak atau direvisi baiknya kita telaah di mana yang salah dan di mana yang kurang. Jangan malah berkecil hati dan menganggap karir sudah tamat.

Kita nggak boleh menganggap menulis itu hal yang enteng. Jangan kira dengan menulis di depan laptop uang akan mengguyurmu setiap hari. Itu anggapan aneh. Jika dibandingkan dengan pekerjaan yang lebih keras menjadi penulis memang terbilang lebih enteng. Namun bukan berarti kamu bisa meremehkan dan menjadikan pekerjaan ini sebagai mesin uang atau cash grab yang bisa dilakukan dengan mudah.

Buat banyak orang menjadi seorang penulis memang santai. Ibaratnya, cuma ngetik tapi dapat duit. Nggak perlu panas-panasan, hitung duit, dan sebagainya. Namun jangan seenaknya bicara. Nyatanya ada banyak pemula yang terjun jadi penulis freelance tapi berhenti di tengah jalan karena banyak hal. Pokoknya menjadi penulis freelance itu bukan pekerjaan yang cocok buat semua orang. Tetap ada duka dan hambatannya.

Penulis: Arzha Ali Rahmat
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Kerja Sampingan Jadi Penulis Boleh Saja, tapi Jangan Kerja Sembarangan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version