Selain karena pandemi, kesedihan anak muda Bandung juga ada di tempat lain. Bukan karena kuliah berhenti atau kerja dari rumah, atau karena nggak bisa apel pacar, bukan, tapi karena nggak bisa cicipin kuliner Bandung yang statusnya udah legend.
Ketika new normal diberlakukan, toko-toko mulai buka, aktivitas kembali berjalan. Puji syukur, ekonomi berjalan lagi, UMKM bergairah lagi.
Ketika Kang Emil dan Mang Oded ketok palu Bandung boleh beraktivitas normal, saya dan teman senang bukan main. Belakangan, saya dan bersama satu orang teman mencicipi 4 tempat kuliner legendaris di Bandung. Daripada hanya tahu dan enak sendiri, lebih baik saya bagikan kepada sidang pembaca Terminal Mojok. Cekidoott.
Bakso cuanki dan batagor Serayu
Saya nggak jamin semua orang Bandung tahu cuanki Serayu, padahal legend. Orang luar Bandung yang punya niat kulineran dan riset kecil-kecilan pasti nemu Cuanki Serayu. Dijamin!
Selain cuanki, di Serayu ini ada juga batagor. Tapi yang lebih femes si cuankinya, sih. Untuk batagor legend, saya punya rekomendasi tempat lain.
Batagor H. Isan
Nah, karena tadi cuanki, sekarang langsung saja batagor–baso tahu goreng. Di Bandung, memang banyak batagor legend. Beberapa nama lain bakal muncul di pencarian teratas. Saya pribadi merekomendasikan batagor H. Isan. Batagornya tembem, gemesin.
Di Bandung, batagor H. Isan ini sudah lumayan banyak cabangnya. Karena the power of legend-nya itu yang buat H. Isan, foundernya, buka cabang cukup banyak. Ia ingin setiap titik daerah di Bandung bisa merasakan betapa nikmat batagor racikannya.
Susu murni Ijan
Setelah dua makanan asin diwakili cuanki dan batagor, sekarang masuk ke minuman manis. Susu murni di Bandung jelas banyak banget, yang wadahnya dikreasi ala minuman boba pun banyak. Tapi, kekuatan legendaris dari susu murni Ijan menurut saya masih belum tertandingi.
Di sana nggak cuma susu murni plain, tapi juga bisa pesan yang berasa. Stroberi, melon, cokelat, ada. Selain itu, mereka juga jual kue basah kayak pastel, kue lumpur, pisang molen, onde, dan lain sebagainya. Kalian bisa bayangin minum susu murni disela makan kue basah, beuh, nikmat!
Kue balok Kang Didi
Kue balok Kang Didi selalu penuh. Malam minggu atau hari biasa, pasti penuh. Padahal kue balok Kang Didi dibuat dengan cara klasik. Ya, pakai arang. Kenapa bisa kue klasik tapi yang menuhin malah anak muda?
Kang Didi, sang founder, menyulap kue balok jajanan yang klasik jadi jajanan kekinian dengan banyak topping. Ditunjang dengan menu dan tempatnya yang cozy lagi comfort sih. Dan, lebih dari itu semua, harganya bersahabat!
Anak muda Bandung yang nggak terlalu banyak isi dompetnya tapi tetap ingin nongkrong santai juga makan enak, bisa ke kue balok Kang Didi.
Nah, itu empat tempat kuliner legendaris di Bandung. Saya sengaja nggak cantumin nama tempatnya di jalan apa, biar kalian nyari tahu sendiri.
Dari sekian banyak tempat makan atau kuliner Bandung, keempat itu sudah paling oke menurut saya. Harganya nggak terlalu mahal, pas dan cocok dengan keadaan penulis yang masih seorang mahasiswa.
BACA JUGA Masa Depan Mahasiswa Sastra Indonesia yang He He He dan tulisan Akbar Malik Adi Nugraha lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.