4 Kebohongan Film Hollywood yang Sering Kita Terima sebagai Kebenaran

hollywood mojok

hollywood mojok

Di tengah pandemi seperti sekarang ini, menonton film-film Hollywood sepertinya menjadi pilihan bagi banyak orang untuk membunuh jenuh dan penat. Seperti biasa, Hollywood dengan segala ingar-bingarnya selalu sukses membuat kita terperangah sampai kemudian memuja-muji para sineas-nya. Padahal, nggak semua film Hollywood yang bagus-bagus itu relevan dengan kehidupan nyata.

Mau nggak mau, karena sineas-sineas-nya “niat” sekali menggarap film-film Hollywood, kita jadi nggak objektif lagi. Sehingga, selama ini ternyata kita terperangkap dalam kebohongan-kebohongan masif yang melulu tampil di film Hollywood. Sampai-sampai kemudian membuat kita menerimanya sebagai fakta mutlak.

Berikut kebohongan-kebohongan dalam film Hollywood yang sering kita percayai sebagai sebuah kebenaran:

Polisi selamanya baik

Anggapan ini pasti muncul sehabis kita menonton film bertema kriminalitas, dengan karakter utama seorang “polisi baik” yang tak gentar membela kebenaran dan menumpas kejahatan. Tak payah, kita jadi beranggapan semua “polisi baik” dalam film pastilah merupakan suatu keniscayaan yang sama dengan apa yang ada dan terjadi dalam kehidupan nyata. Bahwa setiap kejahatan pasti mudah sekali ditumpas selama ada “polisi baik”.

Kalau kita sudah beranggapan seperti itu, berarti para sineas sudah berhasil membohongi kita. Karena di dunia nyata, justru polisi jarang sekali dipercaya sebagai seseorang yang “baik” yang berpihak kepada masyarakat. Ditambah dengan merebaknya konflik rasial, citra polisi di kehidupan nyata menjadi semakin “tidak baik”.

Ponsel pintar dan media sosial pun tak luput dimanfaatkan masyarakat sebagai senjata untuk menyerang segala apa yang dilakukan oleh oknum polisi yang “tidak baik”. Sehingga, kita jarang sekali dapat percaya bahwa masih ada “polisi baik” di dunia ini.

Piranha memakan manusia

Anggapan ini pasti muncul setelah kita menonton film-film yang bercerita tentang ikan penghuni sungai Amazon ini. Dalam film-film tersebut, piranha praktis digambarkan sebagai ikan yang agresif dan haus darah. Pokoknya, setiap ada manusia yang berenang di dekatnya pasti langsung disikatnya.

Padahal, realitasnya nggak begitu. Sebagian spesies piranha ternyata bukanlah karnivora, mereka memakan gulma sungai atau buah-buahan yang jatuh ke sungai. Sebagian lainnya memang karnivora, namun piranha adalah pemakan bangkai yang biasanya memburu serangga, udang-udangan, atau ikan-ikan lainnya. Mereka juga dikenal kanibal apabila mereka sedang kekurangan makanan. Dan manusia biasanya tidak masuk hitungan dalam menu makanan mereka.

Reputasi mengerikan ikan piranha rupanya berasal dari buku yang ditulis oleh mantan Presiden Amerika Serikat Theodore Roosevelt yang berjudul Through the Brazilian Wilderness. Dalam bukunya, Roosevelt menyebut bahwa ikan piranha lebih mengerikan daripada ikan hiu dan ikan barakuda. Ikan piranha juga disebut bisa memutilasi orang yang berenang di sungai dan memakan orang atau binatang besar seperti sapi yang sedang terluka. Namun para ahli berspekulasi bahwa serangan tersebut dilakukan karena orang atau hewan tersebut memang sudah tewas, bukan pada saat hidup.

Namun, terlepas dari minimnya risiko piranha untuk menyerang atau memakan manusia. Kita mesti berhati-hati ketika berenang satu kolam dengan piranha. Bukan karena piranha akan memakan manusia, namun gerakan-gerakan manusia di dalam air dapat disalahartikan sebagai buah-buahan yang jatuh ke dalam air.

Psikopat susah dikalahin

Kalau yang ini otomatis menjadikan kita sebagai penakut tulen. Ketika selesai menonton film-film Hollywood yang berkisah seputar psikopat. Bagi Kamu si penakut, pasti sangatlah sulit untuk bisa tidur sehabis menonton film yang memacu adrenalin karena visualnya yang berdarah-darah. Sulit tidur juga disebabkan karena karakter psikopat-nya yang tidak mati dalam film tersebut. Otomatis kamu mewanti-wanti diri sendiri agar selalu waspada, padahal karakter tersebut cuma ada di film. Hadeuh.

Inilah kehebatan psikopat-nya sineas Hollywood. Meski sudah dibunuh beberapa kali oleh karakter protagonis utama, psikopat-psikopat itu selalu menjadi karakter tangguh yang nggak terkalahkan. Kayaknya, bakal kalah hanya jika produsernya tidak mau menggarap sekuel film berikutnya.

Jelas hal ini juga merupakan satu kebohongan lagi. Karena, mana ada sih manusia yang abadi, sekalipun itu psikopat sekaliber Michael Myers. Fakta di kehidupan nyata juga menolak kebohongan film tersebut. Buktinya, psikopat tampan manipulatif Ted Bundy juga tewas terduduk di kursi listrik, hehe.

Tembak-menembak dalam film laga itu mudah

Ketika menonton film-film yang menghadirkan banyak adegan tembak-menembak, pasti kita beranggapan bahwa sangat mudah sekali melakukan adegan tembak-menembak tersebut, seru, dan merupakan suatu pengalaman yang menyenangkan.

Namun, faktanya nggak begitu. Karena selain menembak itu bukan perkara mudah, beban moral setelah melakukan tembakan pun tidaklah bisa disebut ringan. Sebagian besar polisi yang saya baca kisah-kisahnya di dalam buku, pun menuturkan bahwa mereka tidak akan sanggup untuk menembak kecuali benar-benar dalam keadaan mendesak. Perkara teknis macam recoil senjata pun semacam tidak eksis di film.

Film-film Hollywood yang memesonakan itu nggak selamanya berisikan kebenaran yang harus kita telan mentah-mentah. Banyak kebohongan yang selama mampu menarik penonton dan profit turut diselipkan dalam setiap alur film Hollywood.

Karenanya, nggak ada salahnya buat kita jadi objektif menilai suatu kualitas film nggak cuma dari aktor atau aktrisnya, tapi juga dari bobot cerita yang mereka tawarkan.

BACA JUGA Percayalah, Kami Para Introvert Juga Ingin Berteman atau tulisan Delia Anjali lainnya di Terminal Mojok.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version