Sungguh bahagianya bangsa Indonesia bisa tinggal di negeri yang kaya akan rempah dan beragam kuliner yang melimpah. Salah satu kuliner yang populer adalah pempek atau empek-empek. Penganan yang terbuat dari olahan tepung sagu dan daging ikan tenggiri atau gabus ini punya cita rasa nikmat, gurih, dan segar. Apalagi jika makan pempek bersama kuah cuko yang khas. Hmmm, rasanya makin mantap!
Saking populernya, kita nggak perlu jauh-jauh pergi ke daerah asal pempek, Palembang, lantaran kita bisa menemukan pedagang pempek di penjuru Nusantara dengan mudah. Meski yang jualan belum tentu wong asli Palembang, tak jadi soal. Namun, di balik kenikmatan menyantap pempek, sesungguhnya ada empat kebiasaan makan pempek yang perlu diubah agar nikmatnya makin paripurna. Hal ini saya katakan setelah membandingkan cara makan pempek di beberapa kota besar di Indonesia dengan di kampung halaman pempek itu sendiri. Mari kita kupas pelan-pelan bak menghirup cuko pempek.
#1 Menghirup cuko pempek tak langsung dari bibir mangkuk
Poin pertama sekaligus paling utama dari kebiasaan makan pempek yang harus diubah adalah menghirup cuko pempek tak langsung dari bibir mangkuk. Maksud saya begini, kebiasaan wong asli Palembang, mereka menggunakan mangkuk seukuran kira-kira satu pempek sedang untuk wadah kuah cuko. Nah, tiap satu suap potongan pempek masuk ke mulut, cuko akan langsung diminum melewati bibir mangkuk. Hal ini berbeda dengan orang-orang di luar Palembang yang terbiasa menghirup cuko dari wadah piring misalnya. Akibatnya cuko malah tumpah mengingat cekungan piring tak seperti mangkuk.
Menghirup cuko pempek langsung dari bibir mangkok bukan sekadar kebiasaan, Mylov. Di balik itu ada kenikmatan yang terasa dari cita rasa kombinasi olahan daging ikan yang terkandung dalam pempek, pedasnya cabai rawit dan bawang putih, asam Jawa, serta manisnya gula batok hitam/merah dan gula pasir. Ketika itu semua melewati lidah, nikmatnya sungguh paripurna. Sluuurrrppp.
# 2 Memotong pempek sampai kecil
Ketika saya membeli pempek di daerah Cibinong, biasanya si penjual akan menawarkan pempeknya mau digoreng di tempat atau langsung dibawa pulang. Jika digoreng di tempat, si penjual akan memotong-motong pempek menjadi beberapa bagian kecil. Nah, ini adalah faktor yang kurang memuaskan dari segi perjuangan makan pempek.
Biasanya, pempek langsung digigit dan mendarat di dalam mulut. Tentunya cara makan seperti ini berlaku untuk golongan pempek lenjer kecil, pempek telor, pempek adaan, pempek kulit, pempek keriting, pempek tahu, pempek dos, dan pempek tunu. Nggak termasuk pempek kapal selam dan lenjer besar, yaaa, beda ukuran itu. Wqwqwq.
Perlu diketahui, salah satu kenikmatan makan pempek adalah perjuangan nikmatnya menggigit langsung pempek hingga terpotong oleh tajamnya gigi alih-alih sebilah pisau. Ketika potongan pempek sudah berada dalam mulut, maka kenikmatan akan semakin paripurna ketika menerima guyuran cuko yang masuk ke mulut. Hmmm, sungguh sebuah elaborasi kelezatan duniawi.
#3 Makan pempek pakai sendok dan garpu
Kebiasaan selanjutnya yang bikin wagu namun jamak kita lihat adalah makan pempek pakai sendok dan garpu sebagai alat bantu. Garpu berguna untuk mengambil potongan pempek yang sudah dipotong-potong sebelumnya, sementara sendok biasanya digunakan untuk menampung potongan kecil pempek yang dibalur dengan cuko.
Lantaran ukuran sendok yang terbatas, tentu saja cuko yang tertampung sedikit. Maka sendokan selanjutnya dilakukan kembali demi memuaskan batas maksimal hirupan cuko. Hal ini berbeda jika cuko dihirup langsung dari bibir mangkok, cukup sekali hirup tapi maksimal hingga cuko memenuhi mulut kita.
Jadi, sendok dan garpu hanya digunakan untuk makan pempek jenis lenggang, kapal selam, atau lenjer besar yang ukurannya memang lebih lebar dan panjang sehingga harus dipotong beberapa bagian agar cuko masuk mengaliri pori-pori dan daging potongan pempek.
#4 Menambahkan langsung ebi dan irisan timun ke dalam cuko sebelum dimakan
Kebiasaan terakhir yang perlu diubah adalah mencampur topping pempek berupa bubuk ebi/udang kering dan irisan timun dalam cuko sebelum pempek betul-betul siap dimakan. Akibatnya, jika ebi telah ditambahkan lebih dulu ke dalam cuko, takaran asinnya bisa-bisa nggak pas.
Sementara jika irisan timun yang dimasukkan lebih dulu dan pempek nggak langsung dimakan, irisan timun bakal cepat layu saat bercampur dengan kuah cuko. Kalau masih ditunda-tunda juga makan pempeknya, warna timun dalam cuko bakal berubah dan rasanya jadi agak pahit akibat kulit timun yang biasanya nggak dikupas. Kalau memang pengin menambahkan ebi atau irisan timun, lebih baik saat pempek memang sudah mau dimakan.
Demikianlah empat kebiasaan makan pempek yang sebaiknya diubah. Coba deh kebiasaan-kebiasaan tadi dihilangkan, rasakan sensasi makan pempek seperti wong asli Palembang. Nikmaaat~
Penulis: Suzan Lesmana
Editor: Intan Ekapratiwi