Kampung Durian Runtuh, kampungnya Upin Ipin, merepresentasikan suasana tempat tinggal yang ideal. Di sana tinggal warga dengan beragam etnis mulai dari Melayu, Tionghoa, hingga India. Secara kemampuan ekonomi, di kampung ini ada juga kaya raya seperti keluarga Ehsan hingga keluarga kurang mampu. Uniknya, di tengah perbedaan itu warga tinggal dengan damai dan saling membantu.
Berbicara kemampuan ekonomi, di Kampung Durian Runtuh sebenarnya lebih banyak mereka yang berasal dari kelas menengah ke bawah, termasuk keluarga Upin Ipin. Kebanyakan penonton mungkin merasa iba dengan keluarga ini karena dianggap kurang mampu. Wajar saja penonton berpikir demikian, tulang punggung keluarga kecil ini adalah Opah yang sudah tidak lagi berada di usia produktif dan Kak Ros yang masih pelajar.
Akan tetapi, jangan salah, keluarga Upin Ipin sebenarnya tergolong mampu lho. Walau tidak berlimpah harta, kehidupan sehari-hari masih bisa tercukupi. Sumber penghasilan keluarga Upin Ipin yang lumayan itu pernah dibahas secara rinci di tulisan Terminal Mojok yang berjudul Jarang Kelihatan Susah, Ternyata dari Sini Sumber Pendapatan Keluarga Upin dan Ipin.
Selain duo kembar botak itu, ada beberapa karakter lain yang sebenarnya lebih melarat dan kasihan, tapi jarang disadari oleh penonton. Mungkin kalian sudah bisa menembak salah satunya. Benar, salah satunya adalah Fizi. Kawan baik Ehsan itu kerap secara terang-terangan mengaku tidak punya uang. Selain Fizi, ada 4 karakter lain yang hidupnya melarat, tapi jarang sambat hingga penonton tidak menyadarinya;
#1 Ijat, teman Upin Ipin yang berasal dari keluarga kurang mampu
Di serial Upin Ipin ada karakter pendukung bernama Ijat. Salah satu murid Tadika Mesra itu terkenal paling lambat dalam membaca dan berbicara. Itu mengapa dia lebih sering menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengan teman-temnya. Selain itu, Ijat terkenal sering pingsan terutama ketika dalam keadaan tertekan atau stres.
Kemampuan Ijat yang berada di bawah rata-rata dan kondisi kesehatannya yang mengkhawatirkan itu adalah bukti dia berasal dari keluarga kurang mampu. Dugaan saya, orang tua Ijat terlalu sibuk bekerja hingga tidak punya waktu untuk memperhatikan tumbuh kembang anaknya. Walau kedua orang tuanya bekerja, penghasilan mereka mungkin hanya cukup untuk menyambung hidup dari hari ke hari hingga tidak ada tabungan untuk memeriksakan kesehatan Ijat.
Itu mengapa setelah bertahun-tahun serial Upin Ipin menghiasi layar kaca, kondisi Ijat tampak tidak ada perkembangan. Dia masih saja tidak lancar membaca dan berbicara. Penyakitnya juga tidak tampak membaik.
#2 Abang Roy, pengangguran yang merepotkan banyak orang
Abang Roy adalah karakter paling meresahkan di kampungnya Upin Ipin. Setiap dia muncul di layar kaca, ada saja gebrakannya. Mulai dari membakar sampah seenak jidat, mencuri durian di kebun Tok Dalang, hingga minta makan gratis ke Uncle Muthu.
Setelah saya ingat-ingat lagi, tidak pernah ada episode Upin Ipin yang menceritakan Abang Roy ini sedang bekerja atau menggarap proyek tertentu. Boleh jadi ABang Roy ini memang tidak punya pekerjaan alias pengangguran. Itu menjelaskan tindakan kriminalnya selama ini.
Bukannya mau generalisasi semua pengangguran itu suka melakukan tindakan kriminal atau hal merugikan lain. Namun, tidak bisa dipungkiri, angka pengangguran selalu beriringan dengan angka kriminalitas. Itu mengapa, masalah lapangan kerja dan pengangguran selalu dianggap penting oleh banyak negara. Tidak melulu soal geliat ekonomi suatu negara, pengangguran bisa memicu banyak tindakan kriminalitas.
#3 Fathiah, teman Upin Ipin yang jarang muncul karena tidak bisa bayar SPP
Teman Upin Ipin di Tadika Mesra ini banyak dibicarakan karena jarang muncul. Kadang dia tampak duduk manis di kelas atau bermain bersama Mei mei. Namun, sosoknya lebih sering tidak muncul di layar kaca.
Salah satu tulisan di Terminal Mojok pernah membahas soal Fathiah yang sering ilang-ilangan. Katanya, dia kurang akrab dengan anak-anak Tadika Mesra karena rumahnya yang jauh hingga teori pindah sekolah. Tapi, kalau saya boleh berteori sendiri, alasan paling masuk akal Fathiah jarang muncul di sekolah karena ekonomi keluarganya yang sedang sulit.
Tadika Mesra atau taman kanak-kanak itu bukan jenjang pendidikan wajib. Itu mengapa, biaya sekolahnya tidak disubsidi oleh pemerintah. Padahal, biaya pendidikan di Tadika Mesra itu tidak murah, salah satu tulisan Terminal Mojok pernah membahasnya dalam judul Menebak Besar SPP Bulanan Upin Ipin di Tadika Mesra.
Angka itu belum termasuk keperluan lain. Apalagi, tugas-tugas di Tadika Mesra semakin ke sini semakin ada-ada saja dan merogoh kocek lumayan. Kalian masih ingat tugas Cikgu Melati yang meminta anak-anak membuat maket rumah? Selain rumit, tugas itu banyak dikritisi karena menelan biaya cukup besar. Bisa jadi Fathiah jarang masuk sekolah (bahkan mungkin pindah sekolah) karena biaya dan kurikulum Tadika Mesra yang ada-ada saja.
#4 Rajoo yang rajin ngangon sapi
Sejujurnya saya masih bingung dengan karakter yang satu ini. Rajoo adalah anak Uncle Muthu yang punya kedai paling laris di kampung, tapi kesehariannya sangat sederhana, cenderung memprihatinkan malah. Sehari-hari dia hanya menggunakan baju terusan tanpa kaus di dalamnya. Dia tampak tidak pernah sekolah dan kegiatannya hanya menggembalakan hewan kesayangannya Sapy.
Saya rasa Rajoo ini memang disuruh mandiri oleh Uncle Muthu. Entah apa alasannya, tapi saya yakin berkaitan dengan kondisi ekonomi. Mungkin kedai Uncle Muthu ramai, tapi kita tidak pernah tahu berapa besar tanggungan keluarganya. Kalau melihat gaya hidup Uncle Muthu dan Rajoo, saya yakin keluarga itu punya banyak tanggungan.
Di atas 4 karakter yang lebih melarat dari keluarga Upin Ipin. Di sini saya bukannya ingin mengeksploitasi kemiskinan mereka untuk jadi konten. Saya cuma ingin kita banyak belajar dari Kampung Durian Runtuh. Walau terdiri dari berbagai latar belakang ekonomi, mereka hidup berdampingan dan tidak membeda-bedakan perkawanan. Mereka yang kaya raya tidak memanfaatkan yang melarat. Sementara yang melarat tidak minder dan punya kesempatan yang sama untuk terus berkembang. Hal-hal yang semakin jarang kita jumpai di dunia nyata yang kian nggak jelas juntrungnya.
Penulis: Bella Yuninda Putri
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 4 Alasan Saya Mengidolakan Uncle Ah Tong Upin Ipin. Dia Tajir Melintir, tapi Tetap Membumi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
