4 Jenis Manusia yang Bikin Hidup di Desa Serasa Neraka

Hidup di Desa Terkadang Tak Lebih Baik ketimbang Hidup di Kota, Bahkan Bisa Jadi Lebih Buruk

Hidup di Desa Terkadang Tak Lebih Baik ketimbang Hidup di Kota, Bahkan Bisa Jadi Lebih Buruk (Pixabay.com)

Hidup di desa itu indah, saya akui, kalau tetanggamu nggak rese.

Jangan pernah tergiur dengan pemandangan asri, sawah hijau, kunang-kunang yang menyala di malam hari, atau suara kodok bersautan setelah hujan. Hal-hal indah tadi tidak ada gunanya jika mentalmu tertekan tiap hari.

Memang, pada dasarnya, hidup di kota dan desa itu nggak berbeda jauh. Bayarannya pun sama, mental. Ya bedanya hidup di desa healing-nya lebih mudah, tapi bisa jadi sama-sama mengerikan kalau dijalani.

Maka, bagi kalian yang ingin mundur dari brengseknya kota dan memutuskan kembali ke desa, ada baiknya hindari beberapa tetangga seperti ini. Kalau nemu saat survei tempat tinggal, tak ada satu pun tips terbaik selain lari. Beneran, lari.

Si paling srawung, bikin hidup di desa kayak neraka

Hidup di desa itu memang harus kuat srawungnya. Tak bisa saya mungkiri, sebenarnya ini baik banget. Hidup itu menyenangkan rasanya ketika kita tahu kita punya kawan bicara, dan menghabiskan malam dengan gelak tawa. Enak lho, ronda sambil ngobrol, minum kopi, dan singkong rebus. Saya yang pada dasarnya malas bersosialisasi saja nggak pernah keberatan kalau diminta ronda.

Masalahnya, srawung itu enak kalau nggak dipaksa. Kalau jadi paksaan dan ancaman, beda cerita.

Hampir pasti di tiap daerah yang saya temui, selalu ada si paling srawung. Orang ini selalu bikin agenda agar warga berkumpul, tanpa lihat kondisi, dan agendanya pun tak penting. Kalau ada warga yang tidak ikut karena ada keperluan, nanti jadi bahan rasan-rasan.

Si paling srawung ini kerap bergesekan dengan warga yang kerjanya sibuk banget. Soalnya ya nggak relate, wong yang kerja ini bisa istirahat aja alhamdulillah, sedangkan si paling srawung ini kan jelas nggak sesibuk si pekerja.

Nah, kalau sudah nemu orang kayak gini, mending cabut. Atau siapkan mental dan alasan terbaik. Sebab kalau orang ini keinginannya dituruti, uripmu dadi nggilani.

Tukang slot

Wah kalau ini saya rasakan sendiri. Nggak tenang rasanya hidup di desa, tapi tetanggamu ada yang tukang main slot. Kalian akan ditembung utang tiap kali kalian terlihat punya duit. Memang solusinya tinggal tolak aja, tapi bagi kalian yang pernah bersinggungan dengan orang jenis ini, tahu bahwa kata tidak itu nggak ada artinya bagi mereka.

Lagian ngeri-ngeri sedap juga pas kumpul warga, terus ada yang ngeslot. Vibes-nya sering jadi nggak asing karena dia menggerutu gara-gara boncos. Menang juga nggak akan bagi-bagi.

Tetangga tukang hasut dan julid

Hidup di desa dan di kota nggak ada bedanya gara-gara orang jenis ini. Kadang lebih ngeri di desa malah, satu julid, sedesa tau semua.

Si A berantem sama istrinya? Sedesa tahu. Pak X naik jabatan? Sedesa tahu. Ibu B beli TV dan perabot baru, padahal kerja suaminya biasa saja? Sedesa ikut mengutuk.

Tapi tentu saja tidak semua desa seperti ini. Jika ada orang seperti ini, mereka sudah punya sirkelnya sendiri, dan meski sedesa tahu, mayoritas tidak peduli. Ini yang saya amati sih. Tapi ya, bagi kalian yang cabut dari kota, pasti akan merasa bete melihat kehidupan kalian jadi bahan omongan orang.

Hidup di desa mengerikan jika punya ketua RT yang ruwet

Waduh, ini adalah puncak dari turn off hidup di desa. Pokoknya, kalian harus gali informasi tentang ketua RT calon tempat tinggal kalian. Ketenangan hidup kalian soalnya ditentukan dari seberapa chill ketua RT kalian.

Kalau RT-nya orangnya enakan, nggak ribet, nggak gila hormat, dah, oke aja. Tapi kalau udah keliatan bawa-bawa jabatan, dan red flag lain yang jelas kalian sudah tahu, udah, cabut. Apalagi jika kalian pekerja yang kemungkinan melewati banyak pertemuan warga, neraka menanti kalian.

Hidup di desa sebetulnya enak. Tapi jika ada 4 orang jenis ini, pindah dari kota ke desa tak ada ubahnya pindah dari neraka ke neraka yang lain. Pemandangan seindah apa pun tak akan membantu kalian sama sekali.

Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Hidup di Desa Terkadang Tak Lebih Baik ketimbang Hidup di Kota, Bahkan Bisa Jadi Lebih Buruk

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version