4 Hal yang Sulit Dilakukan oleh Orang Palembang

4 Hal yang Sulit Dilakukan oleh Orang Palembang Terminal Mojok

4 Hal yang Sulit Dilakukan oleh Orang Palembang (Usamah Syaiful Haq/Shutterstock.com)

Beberapa waktu lalu, saya membaca artikel mengenai tiga hal yang tidak bisa dilakukan di Magelang di Terminal Mojok. Begitu tuntas membaca tulisan tersebut, hati saya langsung tergerak untuk menulis beberapa hal yang sulit dilakukan oleh orang Palembang.

Sebelumnya, perlu diketahui bahwa hal-hal yang saya tuliskan di bawah ini berdasarkan pengalaman pribadi saya yang sudah tinggal selama 19 tahun di Kota Pempek. Maka dari itu, tanpa banyak basa-basi seperti orang yang mau pinjam uang, berikut beberapa hal yang sulit dilakukan oleh orang Palembang.

#1 Hidup tanpa pempek

Tentu kita sudah tahu bahwa Kota Palembang punya beberapa julukan, sebut saja “Venesia dari Timur” hingga yang paling populer “Kota Pempek”. Khusus untuk julukan terakhir, tentu disebut demikian karena ada alasannya, apalagi kalau bukan karena pempek identik dengan orang Palembang.

Jika kalian berkesempatan mengunjungi Palembang, saya ingatkan untuk tidak terkejut melihat begitu banyak pedagang pempek di sini. Hampir tiap sudut di Kota Palembang ada pedagang pempek. Banyaknya jumlah pedagang pempek tentu disebabkan banyaknya peminat akan makanan yang terbuat dari olahan tepung dan ikan ini. Mayoritas orang Palembang memang menjadikan pempek sebagai menu sarapan pagi mereka. Begitu pula saat makan siang tiba, di mana pempek biasa dijadikan sebagai hidangan pencuci mulut. Lalu ketika tiba waktunya makan malam, orang Palembang kembali akan menyantap pempek setelah menikmati menu utama.

Singkatnya, orang Palembang dan pempek tidak bisa dipisahkan. Ibarat Manchester United dan Harry Maguire lah~

#2 Nongkrong tanpa kelakar betok

Kelakar betok adalah istilah yang digunakan orang Palembang untuk menyebut kegiatan bercanda bersama orang-orang terdekat. Orang terdekat yang dimaksud di sini tidak hanya merujuk pada pacar atau orang tua, tetapi juga kepada teman-teman satu tongkrongan. Biasanya ketika sedang asyik ngobrol, ada saja seseorang yang mengeluarkan celetukan-celetukan lucu yang disambut dengan tawa dari para pendengarnya. Kurang lebih sama seperti stand up comedy yang biasa dilihat di TV.

Namun, yang membedakan kelakar betok dengan jenis komedi tunggal tersebut adalah kelakar betok tidak hanya dilakukan secara searah, tetapi juga dilakukan dua arah. Artinya, lelucon tidak hanya dilontarkan oleh sang “komika”, tetapi juga dari para audiensi. Dengan begitu, komedi yang keluar pun akan semakin beragam karena dilihat dari perspektif setiap orang yang berbeda.

Topik yang bisa dijadikan lelucon bebas. Mau membahas kumis Pak RT yang tebal sebelah, mau menertawakan bentuk pempek lenjer yang kadang ambigu, atau apa pun lah bisa dijadikan bahan kelakar betok. Toh, tujuannya untuk memancing tawa dan melarikan diri sejenak dari kerasnya realitas kehidupan.

#3 Berbincang tanpa mengucapkan huruf ‘o’

Bahasa Palembang merupakan jenis bahasa di Indonesia yang frekuensi penyebutan huruf “o”-nya cukup sering. Misalnya, dalam bahasa Palembang, kata “siapa” akan berubah menjadi “siapo”, “di mana” menjadi “di mano”, “berapa” menjadi “berapo”, dsb. Bagi kalian yang ingin mempelajari bahasa tersebut, tentu hal ini akan mempermudah proses pembelajaran. Tak sulit untuk bisa fasih mengucapkan bahasa Palembang.

Berkat banyaknya kosakata dalam bahasa Palembang yang menggunakan huruf “o”, hampir tidak mungkin jika kalian melihat orang-orang di kota tersebut mengobrol tanpa mengucapkan huruf tersebut. Mau bagaimana lagi? “O” dan bahasa Palembang merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan, kurang lebih sama seperti kamu dan ayang. Bagi yang belum paham karena tidak punya ayang, silakan gunakan perbandingan MU dan Maguire tadi agar lebih mengerti.

#4 Tidak bilang “ado gawe”

Hal terakhir yang sulit dilakukan oleh orang Palembang adalah tidak mengatakan, “Ado gawe,” ketika diajak pergi ke suatu tempat atau melakukan sesuatu. Bagi yang belum tahu, dalam bahasa Palembang, “ado gawe” memiliki makna “ada kerjaan” (bisa memang benar begitu, bisa juga tidak). Itulah mengapa jumlah pengangguran di Kota Pempek sedikit. Sebab, mayoritas masyarakatnya selalu “ado gawe” ketika ditanya. Hehehe.

Itulah empat hal yang sulit dilakukan oleh orang Palembang. Semoga empat hal di atas bisa membantu kalian memahami kebiasaan orang Palembang sehari-hari, ya. Maaf ya kalau ada hal lain yang belum saya sebutkan. Maklum, saya lagi ado gawe~

Penulis: Bintang Ramadhana Andyanto
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Ngomong Bahasa Palembang Tak Sekadar Mengganti Huruf Vokal ‘a’ Jadi ‘o’.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version