Saat ini, sepeda motor sudah menjadi kendaraan yang paling banyak digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Dari segi kepraktisan, sepeda motor memang tidak perlu diragukan lagi. Terlebih di kota-kota besar, sepeda motor menjadi alternatif pilihan yang tepat untuk menerobos kemacetan sehingga lebih efektif dan efisien. Tak heran jika setiap tahun, permintaan akan kendaraan roda dua ini selalu meningkat.
Berdasarkan informasi dari laman resmi milik Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), penjualan kendaraan roda dua sepanjang tahun 2021 mencapai 5 juta unit atau mengalami peningkatan sekitar 38 persen dari tahun sebelumnya yang hanya sekitar 3,6 juta unit. Hal ini menunjukkan bahwa sekarang sepeda motor sudah bukan lagi menjadi barang mewah, melainkan kebutuhan pokok bagi sebagian orang.
Bagi saya sendiri, sepeda motor sudah seperti kaki yang menunjang mobilitas sehari-hari seperti berangkat kerja, sunmori tipis-tipis, atau untuk sekadar mengantar ibu belanja ke pasar. Sebut saja Supri, sepeda motor Honda Supra keluaran tahun 2007 yang menjadi kendaraan utama saya. Motor ini adalah hibahan dari saudara saya untuk mobilitas saya saat kuliah tahun 2017 silam. Meskipun termasuk kategori motor tua, mesin Supri masih tergolong prima.
Setiap tahun, produsen sepeda motor selalu berlomba-lomba membuat dan mengeluarkan produk baru. Mulai dari desain bentuk, kapasitas mesin, sampai fitur yang semakin canggih untuk menarik minat konsumen. Hal ini membuat Supri saya semakin ketinggalan zaman. Akan tetapi, ada beberapa hal yang membuat saya tetap teguh untuk bertahan menggunakan motor Supra tua di tahun 2022 ini.
#1 Murah meriah
Tidak bisa dimungkiri jika motor-motor keluaran baru saat ini dilengkapi dengan berbagai fitur canggih. Hal ini tentunya sangat menarik. Namun, harus diketahui juga bahwa biaya untuk servis/maintenance dan penggantian spare part-nya biasanya lebih tinggi daripada motor-motor keluaran lama.
Contohnya fitur smart key system pada motor keluaran baru. Smart key sytem merupakan inovasi dari kunci mekanis yang dikembangkan sehingga dapat menghidupkan motor dengan hanya menekan tombol pada remote. Jika remote ini hilang atau rusak, harga beli barunya bisa mencapai Rp1.000.000-Rp1.500.000, lho! Beda cerita kalau Supri kehilangan kunci. Cukup datang ke tukang kunci dan bayar Rp15.000-Rp30.000, masalah cepat teratasi.
Selain itu, pajak tahunan motor tua sangat terjangkau. FYI, pajak setiap kendaraan roda dua pada dasarnya berbeda-beda. Perbedaan ini bisa didasarkan pada dua hal: harga motor dan pajak progresif. Jadi, jangan kaget jika pajak motor kalian tinggi karena mungkin harga motornya yang mahal atau kalian terkena pajak progresif karena memiliki 2 kendaraan dengan satu nama. Sebagai seorang yang hanya memiliki Supri, saya cukup membayar pajak tahunan sekitar Rp140.000. Murah, kan?
#2 Bisa diajak susah
Dari segi konsumsi bahan bakar, Supri tergolong sangat irit. Bolehlah jika ia diadu dengan teknologi injeksi pada motor keluaran terbaru. Biasanya saya mengsi full tangki motor tua dengan Pertalite sekitar Rp25.000 untuk kebutuhan riwa-riwi kerja dan aktivitas harian selama satu minggu. Di samping itu, biaya maintenance-nya juga gampang dan tidak rewel. Asalkan rutin servis dan ganti oli setiap, sepertinya Supri masih bisa digunakan sampai 1000 tahun lagi~
#3 Kalau beli motor baru malas inden
Bukan suatu fenomena baru jika motor-motor keluaran terbaru unitnya selalu gaib alias susah didapatkan. Jika ditelisik lebih jauh, sebenarnya ada dua kemungkinan yang dapat menyebabkan unit keluaran baru ini gaib. Pertama, tingginya minat konsumen akan motor tersebut, namun jumlah unitnya yang memang terbatas. Kedua, unitnya tersedia banyak tapi ada permainan di dalamnya.
Keadaan ini memaksa konsumen memilih di antara dua pilihan jika ingin mendapatkan unit dengan cepat, membeli secara kredit atau membayar biaya tambahan (di luar harga OTR) untuk pembelian tunai. Jika tidak memilih di antara dua pilihan tersebut, maka konsumen akan dipersulit karena harus bersabar untuk inden dalam jangka waktu tak pasti.
#4 Kembali populernya style vintage di dunia permotoran
Tak hanya fashion, kendaraan roda dua juga turut terdampak tren style vintage di awal tahun 2022 ini. Entah siapa yang memulai, banyak anak muda yang kembali percaya diri menggunakan motor-motor tua seperti Honda Win, C70, Astrea, Supra, dan masih banyak lainnya. Salah satu tokoh yang mempopulerkan tren ini adalah sang maestro Mukti Entut. Komika asal Jogja ini menginisiasi gerakan PAPAMOKETJA yang merupakan akronim dari Paguyuban Paseduluran Motor Ketinggalan Jaman. Berkat ter–infulence dari blio lah, sampai sekarang saya masih sangat percaya diri menggunakan Supri jadul.
Saya sadar betul akan pola pikir setiap orang yang berbeda-beda. Ada yang mengutamakan fungsi ketimbang gengsi, ada pula yang mengedepankan gengsi untuk eksistensi. Motor-motor keluaran terbaru memang selalu menawarkan teknologi canggih dan bentuk yang semakin menarik, tetapi motor tua seperti Supri mengajarkan saya untuk hidup hemat dan sederhana.
Penulis: Muhammad Fajar Gusale
Editor: Intan Ekapratiwi