Sebagai orang yang lama hidup di kota, pindah ke desa adalah keputusan yang besar. Sebab, Saya merasa harus belajar dari nol lagi soal kehidupan bertetangga. Hidup di desa begitu jauh berbeda dengan perkotaan. Bahkan, tidak berlebihan kalau dibilang terbalik 180 derajat.Â
Bagi saya, penyesuaian hidup di desa jadi perjalanan yang nggak mudah. Hingga detik ini, masih ada banyak hal yang membuat orang kota seperti saya kagok hidup di desa. Tulisan ini tidak bermaksud membandingkan kehidupan mana yang lebih baik ya. Saya cuma pengin sharing pengalaman saya sebagai orang kota yang pindah hidup di desa.
#1 Kebanyakan orang yang hidup di desa itu kepo parah
Saya kaget ketika tahu kalau orang desa itu ternyata sangat kepo. Rasa penasarannya luar biasa besar, terutama terhadap kehidupan rumah tangga orang lain. Mungkin orang-orang seperti ini juga bisa ditemui di perkotaan, tapi jumlahnya tidak banyak. Lha, di sini, hampir tidak mungkin kalian terhindar dari pertanyaan-pertanyaan.Â
Setiap berpapasan saya selalu ditanya mau ke mana, mau apa, sampai mau ngapain. Saya sih nggak masalah kalau ditanya mau ke mana atau sedang apa. Persoalannya, pertanyaan ini kerap merambat ke mana-mana, ke topik-topik personal khususnya. Mulai dari gaji, pekerjaan, sampai masalah internal keluarga. Keluarga saya saja ngga pengin tahu segitunya, kok ini orang asing pengin tahu banget.Â
Kalau sudah tahu, biasanya mereka memberi nasehat yang nggak diminta. Benar-benar hobi ngerecokin rumah tangga orang lain. Ujung-ujungnya kita yang repot sendiri.Â
#2 Melihat kehebatan hanya dari materi saja
Saya merasa, kehidupan di desa justru membuat saya banyak mengeluarkan uang yang semestinya tidak keluar. Sedikit-sedikit harus keluar uang buat kegiatan yang aslinya bersifat sukarela. Tapi, kalau kita nggak lakukan, dipandang sebelah mata dan diremehkan.Â
Asal tahu saja, asih banyak orang-orang di desa yang menganggap orang hebat itu, ya punya banyak duit dan bagi-bagi. Padahal kalau mau bagi-bagi itu sukarela, tapi di desa sudah seakan-akan kayak kewajiban.
#3 Orang desa suka membanding-bandingkan orang lain
Dibanding-bandingkan dengan orang lain itu rasanya nggak pernah enak. Padahal ya, orang satu dengan yang lain punya kehidupan masing-masing. Kalau semuanya sama, bukan manusia namanya.
Tapi, buat kebanyakan orang desa, orang itu harus sesuai dengan ekspektasi suksesnya dalam benak mereka. Kalau ada yang hebat, punya banyak duit dan pekerjaannya keren, semua orang harus seperti dia. Padahal tidak semua hal tentang apa yang terlihat di mata kan? Kadang hal-hal yang tersembunyi itu yang lebih penting.Â
#4 Selalu berpikir orang lain punya banyak waktu luang
Banyak orang desa bekerja di dekat tempat tinggalnya. Entah mengolah lahan, beternak, dagang, atau pekerjaan lain yang letaknya cuma sepelemparan batu. Sayangnya, kebanyakan dari mereka berpikir kalau semua orang bekerja seperti itu. Mereka berpikir kalai semua orang punya banyak waktu luang dan bisa dimintai tolong kapan saja. Mohon maaf banget, bukannya nggak mau bantu, tapi diminta tolongnya jangan saat waktu kerja. Kebanyakan orang sekarang kan bekerja kantoran dari Senin-Jumat ya. Kadang masih lembur di akhir pekan lagi.Â
Apa yang lebih mengesalkan? Mereka yang banyak komentar di desa adalah orang-orang yang sehari-hari menganggur. Mereka pengin tahu banget urusan orang lain, mereka juga yang suka memberi nasihat kosong, termasuk mengomentari para pekerja nine-to-five.Â
Itulah hal-hal yang membuat saya kagok hidup di desa. Hingga sekarang, kadang saya masih belum terbiasa. Tapi, untung saja ada istri yang sudah pelan-pelan menuntun dan mengarahkan. Tanpanya, mungkin saya sudah diusir karena nggak tau norma dan sopan santun.Â
Penulis: Nasrulloh Alif Suherman
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 3 Penderitaan Punya Rumah Dekat Sawah yang Nggak Disadari Kebanyakan Orang Kota.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















