4 Hal tentang Perpustakaan Sekolah yang Patut Diragukan Kebenarannya

4 Hal tentang Perpustakaan Sekolah yang Patut Diragukan Kebenarannya

4 Hal tentang Perpustakaan Sekolah yang Patut Diragukan Kebenarannya (Unsplash.com)

Seperti fasilitas lainnya di sekolah, perpustakaan menjadi sarana wajib yang dimiliki oleh sekolah. Karena sarana wajib, apa pun keadaannya ya harus ada. Selain itu, kehadiran perpustakaan juga dijadikan standar akreditasi yang sangat mempengaruhi nilai tambah untuk sekolah.

Meskipun plot anggaran untuk pengadaan inventaris perpustakaan di berbagai sekolah seringnya tidak masuk dalam prioritas anggaran dana BOS, perpustakaan tetap menjadi sarana utama yang harus dimiliki selain ruang pembelajaran. Bayangkan aja sih kalau ada sekolah yang sampai nggak punya perpustakaan. Jika masih ada sekolah—yang saya yakini pasti ada—tanpa perpustakaan, bisa dipastikan sekolah itu ngenes banget.

Banyak perpustakaan yang berdiri apa adanya konsekuensi dari minimnya anggaran. Meskipun di beberapa sekolah dengan fasilitas yang baik keberadaan perpustakaan juga sudah lebih baik, tapi ya nggak baik-baik amat. Yang penting ada dan layak. Lantaran kondisi yang seperti itu, setidaknya ada empat hal tentang perpustakan yang patut diragukan kebenarannya.

#1 Perpustakaan sekolah adalah tempat untuk membaca dan meminjam buku

Perpustakaan memang tempat untuk membaca atau meminjam buku, namun hal ini tentu saja tidak selalu benar. Kenyataannya, perpustakaan bisa jadi tempat apa saja selain membaca.

Saat jam kosong misalnya, siswa bisa datang ke perpustakaan. Untuk membaca? Ya tidak selalu. Fasilitas internet gratis yang disediakan sekolah melalui jalur perpustakaan menjadi daya tarik bagi para siswa. Saya yakin, ketimbang baca buku, banyak siswa yang lebih suka scrolling media sosial dan bahkan main gim di perpustakaan.

Selain bisa berselancar bebas di dunia maya dengan koneksi internet lebih cepat—karena kalau di kelas kemungkinan koneksi internet tidak selalu mulus—, siswa bisa selonjoran bebas. Perpustakaan biasanya difasilitasi karpet bawah dan meja pendek agar siswa bisa duduk bersila. Nyatanya ya para siswa tidak duduk bersila juga, mereka lebih memilih selonjoran di lantai berkarpet yang mana hal itu tidak mungkin bisa mereka lakukan di dalam kelas.

Kegiatan lainnya, siswa biasanya juga datang ke perpustakaan untuk ngobrol, kencan, sampai mbribik gebetan. Di sana, tentu saja mereka bisa saling curhat, ngobrol, sampai pedekate. Mbribik di perpustakaan ini akan lebih elegan dan terdengar sangat akademis ketimbang di kantin.

Kegiatan organisasi juga bisa dilakukan di pepustakaan. Misalnya, organisasi ekstra yang membahas konsep kegiatan.

Bagaimana dengan guru? Selain membaca, para guru juga boleh kok datang ke perpustakaan dengan kegiatan yang hampir tak ada bedanya dengan para murid. Berselancar menggunakan koneksi internet gratis, bergosip, atau ya sekadar ingin istirahat bisa dilakukan di sini.

#2 Tidak boleh berisik di dalam perpustakaan sekolah

Aturan bahwa di perpustakaan tidak boleh berisik sepertinya akan tetap menjadi aturan tertulis. Kebenaran penerapannya ya tidak juga. Lantaran perpustakaan sekolah bisa menjadi tempat apa saja selain membaca, mengharapkan perpustakaan menjadi sunyi tanpa ada suara itu sama dengan berharap siswa tidak ngantuk saat mendengar guru ceramah satu jam penuh. Makanya menganggap perpustakaan adalah tempat yang sunyi merupakan anggapan yang perlu dikoreksi lagi.

#3 Pusatnya berbagai macam buku

Perpustakaan memang seharusnya menjadi pusat berbagai macam buku. Di sekolah, perpustakaan menjadi pusat sirkulasi peminjaman buku paket pembelajaran. Jadi, sebenarnya kalau berharap kita bisa menemukan banyak sekali buku, sebaiknya harapan itu direvisi.

Perpustakaan sekolah itu kelihatan rak bukunya saja yang banyak, tapi saat masuk ke dalamnya isi raknya ya hanya buku paket pelajaran. Padahal buku paket pelajaran juga sudah dibaca siswa dan dipelajari saat pembelajaran di kelas. Bayangan dapat menemukan buku-buku atau referensi lengkap yang bagus tentu saja buyar seketika. Jangan kira perpustakaan sekolah kayak toko buku Gramedia, ya.

#4 Tempat yang nyaman untuk baca buku

Tampaknya pernyataan ini tidak layak ditujukan ke perpustakaan sekolah. Sebagain besar perpustakaan sekolah menggunakan ruang yang tidak luas. Bahkan tak sedikit yang memanfaatkan ruang bekas kelas yang sudah tidak terpakai atau ruang lainnya yang aslinya ya bukan untuk perpustakaan.

Jangankan nyaman, tidak sumuk aja sudah bagus banget. Syukur-syukur kalau perpustakaannya sudah ada AC-nya. Kalau belum, wah, makin menambah deretan alasan siswa malah berkunjung ke perpustakaan.

Selama anggarannya kecil, tidak ada fasilitas yang memadai, perpustakaan sekadar berdiri untuk memenuhi syarat kelengkapan sarana saja. Duh.

Penulis: Hanifatul Hijriati
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Ironi Perpustakaan Sekolah, (Katanya) Gudang Ilmu tapi Nyaris Tak Tersentuh.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version