4 Film Spanyol di Netflix yang Seru untuk Ditonton

Wibu di Indonesia yang Terlalu Nyaman Nonton Anime Bajakan kissanime jepang terminal mojok.co

Wibu di Indonesia yang Terlalu Nyaman Nonton Anime Bajakan kissanime jepang terminal mojok.co

Peminat film dari Spanyol di Indonesia nampaknya masih sangat kecil. Entah kapan terakhir kali film Spanyol tayang di jaringan bioskop Indonesia. Beruntung, sekarang ada Netflix, di mana di dalamnya ada beberapa film Spanyol yang sayang untuk dilewatkan.

Kebetulan beberapa minggu belakangan saya lagi rutin nonton film dari Spanyol. Setidaknya ada 4 film Spanyol di Netflix yang menurut saya cukup seru.

Verónica

Verónica adalah film horor yang rilis pada 2017, bercerita tentang anak bernama Verónica. Pada 1991, di Madrid, tepatnya saat gerhana matahari, Verónica dan kedua temannya bermain papan Ouija. Verónica ia ingin sekali berbicara dengan ayahnya yang telah meninggal.

Nahas, saat bermain Ouija, ada roh jahat yang terpanggil. Roh jahat tersebut tidak ingin kembali ke alamnya dan terus menghantui Verónica. Dari sisi horornya, film ini terlihat biasa saja. Karena memang yang menarik dari film ini buat saya ada sisi lain.

Yang menarik dari Verónica adalah capeknya Verónica, remaja berusia 15 tahun, yang harus mengurus ketiga adiknya. Ibunya Verónica yang harus berkerja hingga larut malam, memaksa Verónica menanggung beban berat tersebut.

Hal ini membuat Verónica kehilangan masa remajanya. Bahkan diceritakan juga Verónica harus kehilangan teman-temannya. Lelahnya Verónica mungkin berpengaruh ke “kekalahan” Veronica dari roh jahat tersebut.

Cerita mengenai latar belakang membuat penonton lebih bersimpati kepada tokoh utama. Hal menarik lainnya dari film yang disutradarai oleh Paco Plaza adalah film ini dibuat berdasarkan kisah nyata.

El Hoyo (The Platform)

“Hay tres clases de personas: los de ariba, los de abajo, los que caen.” Narasi itulah yang membuka film El Hoyo. Yang kalau diartikan menjadi “Ada tiga jenis orang: orang yang di atas, orang yang di bawah, orang yang jatuh.”

Film yang disutradarai Galder Gaztelu-Urrutia ini bercerita tentang penjara Centro Vertical de Autogestion. Penjara tersebut berbentuk vertikal dengan 333 level. Level teratas dimulai dari level 1, setiap level terdiri dari dua orang. Setiap bulannya, level para penghuni akan diubah. Tidak ada orang yang tetap di level atas atau bawah.

Pokok permasalahan dari film yang bisa kamu temukan di Netflix ini adalah, makanan diberikan dari level teratas, hingga level ke bawah, satu per satu. Jadi, para penghuni level teratas akan mendapatkan makanan yang banyak dan layak, sementara penghuni level terbawah, hanya mendapatkan makanan sisa, sampah, atau bahkan tidak mendapatkan makanan sama sekali. Bagaimana cara penghuni level bawah bertahan? Tentu saja menjadi kanibal.

El Hoyo benar-benar menontonkan keserakahan, kerakusan, dan ketamakan orang. Tidak perlu menafsirkan simbol atau berbagai hal rumit lainnya, film ini memang membahas kelas sosial secara jelas. El Hoyo mengandung banyak adegan kekerasan, kanibal, dan adegan menjijikan lainnya, jadi mohon berhati-hati saat menonton film ini.

Durante la Tormenta (Mirage)

Film yang disutradarai Oriol Paulo ini rilis pada 2018. Durante la Tormenta bercerita tentang Vera Roy yang tidak sengaja terhubung dengan anak kecil di masa lalu, tepatnya pada 1989 bernama, Nico Lasarte. Vera secara sengaja “merusak” takdir yang seharusnya diterima oleh Nico. Hal ini membuat perjalanan waktu menjadi kacau.

Suatu saat Vera terbangun, tetap sebagai Vera. Hanya saja Vera seperti mengalami kehidupan yang lain. Ini membuat Vera dituduh sedang berhalusinasi. Jika ingin kembali menjadi normal, Vera harus menemui Nico di masa itu.

Di sisi lain, Nico juga dianggap sedang berhalusinasi. Bagaimana tidak, ia diceritakan menemui perempuan dari masa depan. Ini juga membuat hidup Nico menjadi tidak mudah.

Durante La Tormenta memiliki cerita yang sangat rumit, jika lengah barang beberapa saat, mungkin penonton akan kehilangan detailnya. Tapi, walau begitu film di Netflix ini tidak membuat pusing di bagian akhir.

Hogar (The Occupant)

Hogar dirilis pada Maret 2020, disutradari David Pastor dan Àlex Pastor. Bagi saya, film ini memiliki gaya seperti Parasite, hanya saja tidak memiliki roh seperti film dari Korea Selatan itu.

Hogar bercerita tentang Javier Muñoz, seorang pekerja sukses di bidang periklanan. Javier diperlihatkan menjalani hidup dengan gaya orang kaya, menggunakan mobil BMW, tinggal di apartemen mewah, dan anaknya disekolahkan di sekolah swasta yang mahal.

Hanya saja, diceritakan Javier harus kehilangan pekerjaannya, Javier berkali-kali wawancara kerja, dan berkali-kali pula gagal. Javier sekeluarga harus mencoba hidup sederhana. Hal ini membuat Javier berencana melakukan hal ekstrem.

Javier mencoba mendekati Tomás, orang baru yang menghuni apartemen Javier sebelumnya. Tomás adalah seorang vice president perusahaan transportasi besar di Spanyol. Silakan disaksikan sendiri di Netflix trik apa saja yang dilakukan Javier untuk mengelabui Tomás sekeluarga. Hogar tidak menghadirkan komedi gelap atau semacamnya, tapi film ini benar-benar menegangkan.

BACA JUGA Mengenang Masa-masa tanpa Internet dan tulisan Muhammad Ikhsan Firdaus lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version