Film Korea dengan tema perjalanan cukup menarik untuk ditonton, loh.
Siapa bilang menonton film di mana karakter utamanya melakukan perjalanan sambil sesekali merenung auto bikin kita bosan? Memang pada faktanya, nggak semua orang bisa menikmati film jenis ini. Sebagian berpikir storyline-nya nggak padat, terkesan slow-paced, terasa hambar, dan nggak bombastis. Sebetulnya, itu nggak jadi masalah karena akhirnya kembali pada selera.
Meski begitu, jika dinikmati di waktu yang tepat, film bertema perjalanan yang tampaknya biasa-biasa saja itu bisa sangat menenangkan. Memang film jenis ini terkadang butuh konsentrasi dan kesabaran yang paripurna buat menamatkannya.
Dari deretan film Korea yang pernah saya tonton, ternyata ada beberapa film yang menawarkan cerita serupa. Kita akan diajak mengikuti perjalanan sang karakter mengunjungi tempat asing. Sambil kita terus diajak merefleksikan hidup sang karakter. Dalam film perjalanan ini, sineas juga terkadang memasukkan isu penting yang disematkan pada tokoh maupun lingkungan di sekitarnya. Selain berasa jalan-jalan bareng karakter filmnya, penonton juga mampu “membawa pulang” banyak hal.
Berikut 4 film Korea bertema perjalanan yang terasa begitu kontemplatif.
#1 Ode to the Goose
Film bergenre drama yang dirilis pada 2018 ini mengajak penonton mengikuti perjalanan Yun Yeong (Park Hae Il) dan Song Hyun (Moon So Ri) ke sebuah kota kecil Korea Selatan bernama Gunsan. Relasi di antara mereka bisa dibilang rumit.
Yun Yeong, seorang penulis puisi yang berhenti menulis ketika Song Hyun yang dicintainya menikah dengan lelaki lain. Hingga suatu waktu mereka nggak sengaja bertemu lagi. Song Hyun yang telah bercerai lalu menerima ajakan juniornya, Yun Yeong, buat jalan-jalan ke Gunsan.
Gunsan tampil sebagai kota kecil yang peaceful, tenang, dan cenderung sepi. Yun Yeong dan Song Hyun makan di kedai lokal lalu mencari B&B. B&B yang didapat juga merupakan rumah seorang warga. Relasi dua karakter utama ini jadi makin rumit ketika Song Hyun memperlihatkan ketertarikan pada pemilik penginapan (Jung Jin Young). Sementara, anak perempuan pemilik penginapan (Park So Dam) justru menaruh hati pada Yun Yeong.
Sang sutradara, Zhang Lu yang merupakan generasi etnis Korea-China (joseonjok) memasukkan pesan tentang diskriminasi yang diterima kaumnya. Meskipun isu ini ia selipkan di luar storyline utama, saya sebagai penonton justru penasaran mengapa isu joseonjok kerap ditunjukkan lewat beberapa adegan. Selain itu, Ode to the Goose juga bikin saya terkesima pada shot-shotnya yang cantik. Menangkap keindahan Gunsan, mulai dari kedai, toko, jalan, pantai, hingga rumah tinggal.
#2 Gyeongju
Empat tahun sebelum Ode to the Goose rilis, Zhang Lu membuahkan karya berjudul Gyeongju. Sesuai judulnya, film ini memiliki latar tempat sebuah kota di Korea Selatan yang punya nilai historis tinggi. Ya, Gyeongju dulunya adalah ibu kota Dinasti Silla (57 SM-935M).
Di sini kita disuguhi perjalanan Choi Hyun (Park Hae Il), seorang profesor kebudayaan yang mengajar di Universitas Peking. Suatu waktu, ia travelling dari China ke Gyeongju untuk melayat temannya. Usai melayat, Choi Hyun pun memutuskan berjalan-jalan sejenak. Hingga ia tiba di sebuah kedai teh, tempat yang dulu sering ia kunjungi bersama teman-temannya sewaktu di Gyeongju.
Cerita pun berkembang dengan adanya karakter lain, si pemilik baru kedai teh, Yoon Hee (Shin Min Ah). Awalnya, Choi Hyun cuma ingin melihat lagi lukisan aneh yang dulu pernah tergantung di kedai itu.
Melalui film ini, kita dibawa turut merasakan kegamangan Choi Hyun. Pun disuguhi Gyeongju sebagai setting yang sederhana, apa adanya, tapi punya banyak keunikan. Kedai teh dengan arsitektur tradisional, bukit-bukit hijau menyegarkan, hingga ruang tunggu stasiun yang sepi nan aesthetic.
Sebagai salah satu kota yang sering dikunjungi turis, film Gyeongju ini juga menghadirkan satu adegan memorable. Suatu waktu, beberapa wanita paruh baya dari Jepang datang mengunjungi kedai teh Yoon Hee. Tepat sebelum mereka pulang, salah satu di antaranya minta maaf atas apa yang negara mereka (Jepang) pernah lakukan ke rakyat Korea, yakni penjajahan. Dengan bijak, Yoon Hee menjawab, “Kita memang tidak boleh melupakan masa lalu, tetapi akan lebih baik bila kita memandang ke depan dan belajar bersama-sama”.
#3 Fukuoka
Fukuoka menjadi karya Zhang Lu yang gaya penceritaannya nggak jauh-jauh dari Gyeongju maupun Ode to the Goose. Film yang dirilis pada 2019 ini juga membawa karakternya melakukan perjalanan ke sebuah kota atau daerah.
Perjalanan dari Korea ke Fukuoka dilakukan oleh So Dam (Park So Dam) dan Je Moon (Yoon Je Moon). So Dam adalah pengunjung setia toko buku bekas milik Je Moon. Di Fukuoka, mereka singgah ke sebuah bar kecil milik sahabat lawas Je Moon, Hae Hyo (Kwon Hae Hyo). Cerita ini akan membawamu pada kisah masa lalu Je Moon dan Hae Hyo yang pernah menyukai perempuan yang sama.
Nggak seperti dua film di atas, Fukuoka punya lebih banyak percakapan antar karakter, tone film yang lebih ringan, dan beberapa lelucon. Kita akan mendapatkan percakapan panjang di bar, rekonsiliasi dua sahabat, perjalanan menyusuri jalanan kota, hingga adegan-adegan unik yang menyiratkan ada genre “magical realism” di film ini.
#4 Little Forest
Film yang diangkat dari manga karya Daisuke Igarashi ini merupakan salah satu healing movie favorit saya. Menceritakan kisah Hye Won (Kim Tae Ri) yang melakukan perjalanan dari Seoul ke kampung halamannya. Syuting filmnya sendiri dilakukan di sebuah desa di provinsi Gyeonsang.
Karya sutradara Yim Soon Rye ini akan membawa penonton pada keputusan monumental yang diambil Hye Won. Serta alasan Hye Won menghadapi begitu banyak kegagalan dan nasib kurang beruntung di Seoul. Ditambah dinamika hubungannya dengan sang ibu (Moon So Ri) dan dua sahabatnya, Eun Sook (Jin Ki Joo) dan Jae Ha (Ryu Jun Yeol).
Little Forest bakal mengajakmu mengambil jeda dari hiruk pikuk kota besar. Melihat kehidupan sederhana di pedesaan, petak-petak sawah, aktivitas mengolah tanah, dan masakan hasil alam. Sekali nonton langsung bikin rileks, hati pun tenang.
Nah, itu tadi 4 film Korea bertema perjalanan yang sekaligus punya efek kontemplasi. Beberapa film yang juga mengajak kamu merefleksikan hidupmu sendiri, lho. Selamat menonton, ya!
Penulis: Maria Monasias Nataliani
Editor: Audian Laili