Di berbagai daerah tidak sulit menemukan kedai pecel lele Lamongan di malam hari. Keberadaan pedagang yang menjajakan menu pecel lele telah merajalela hingga ke pelosok Indonesia. Bersama nasi goreng, pecel lele seolah-olah merajai jajaran kuliner malam. Wajar saja, sebab pecel lele memang sangat selaras dengan selera lidah orang Indonesia yang suka sambal, harus makan nasi, dan cinta gorengan. Pecel lele pantas dikategorikan sebagai comfort food–nya orang Indonesia.
Bukan hanya orang Lamongan asli, masyarakat dari luar Lamongan pun tak ketinggalan menjajal bisnis pecel lele yang tergolong menjanjikan. Mereka melabeli dengan embel-embel “khas” atau “asli” Lamongan untuk menunjukkan originalitasnya. Padahal menu yang mereka hidangkan nggak sepenuhnya sesuai dengan pecel lele yang asli. Berikut 4 kesalahan yang kerap dijumpai di kedai pecel lele yang ngaku asli Lamongan
Daftar Isi
Sambal nggak dibuat di tempat
Sambal ibarat nyawa bagi seporsi hidangan pecel lele. Kunci kenikmatan pecel lele memang terletak pada sambalnya. Posisinya lebih utama ketimbang lauk pauk gorengnya itu. Oleh sebab itu, sambal pecel lele layak mendapatkan perlakuan yang istimewa. Ia harus dibuat di tempat untuk menjamin kesegarannya. Pelanggan pasti merasakan kepuasan tersendiri karena menyaksikan sambalnya baru dibuat, bukan produk lawas.
Sambal khas Lamongan juga harus diulek. Biasanya pedagang pecel asal Lamongan menggunakan cobek super besar dari bahan tanah liat yang kapasitas muatnya besar. Jadi nggak perlu repot mengulek sambal berkali-kali setiap ada pesanan. Membuat sambal khas Lamongan menggunakan blender adalah dosa besar yang harus dihindari. Pemblenderan bisa membuat konsistensi sambal terlalu encer, pokoknya nggak sedap deh.
Itu mengaa, sangat mengecewakan kalau kedai pecel lele yang ngaku asli Lamongan justru menggunakan sambal siap ambil yang sudah distok di dalam setoples atau bungkusan plastik besar. Pembeli jadi nggak tau sambalnya masih baru atau dari hari kemarin. Sambal semacam itu juga rawan dibuat dengan bantuan blender yang menurunkan kenikmatannya secara drastis.
Sambal tomatnya nggak pakai kacang-kacangan
Pecel lele Lamongan punya cita rasa sambal yang khas, yakni rasa pedas berpadu dengan asam manis tomat dan jeruk yang menyegarkan. Meskipun masih tergolong dalam satu keluarga, sambal Lamongan punya pembeda dari sambal tomat lainnya. Ia menggunakan kacang-kacangan dalam komposisinya di samping kemiri. Ada yang pakai kacang tanah, mede, almond (versi mewahnya), bahkan wijen. Masing-masing pedangan pasti punya racikan spesialnya masing-masing.
Penggunaan kacang-kacangan ini membuat sambal Lamongan menjadi lebih gurih dan konsistensinya lebih kental. Kalau kalian mendapati sambal tomat yang terlalu encer, bisa jadi kacang yang dipakai terlalu sedikit atau malah nggak pakai sama sekali. Orang asli Lamongan yang berjualan pecel lele pasti nggak akan menyajikan sambal seperti ini.
Pecel lele lamongan nggak pakai spanduk kain
Pecel lele Lamongan punya ciri khas yang bisa dikenali langsung dari luar. Umumnya, kedai pecel lele menggunakan spanduk yang seragam. Pakai gambar hewan-hewan yang merepresentasikan menu, corak warna ala stabilo yang khas, bahkan style hurufnya juga seragam.
Satu lagi yang bisa dijadikan patokan kedai pecel lele otentik adalah penggunaan spanduk kain. Spanduk kain dianggap lebih tahan lama ketimbang spanduk berbahan terpal. Tulisan dan gambar pada spanduk masih dilukis secara manual, lho. Di Lamongan sendiri terdapat Kecamatan Sekaran yang terkenal sebagai sentra produsen spanduk pecel lele. Di situlah spanduk pecel lele yang kha situ dipesan.
Kedai pecel lele yang asli sebenarnya hanya menyediakan menu gorengan saja. Sebab menggoreng dianggap lebih praktis ketimbang membakar, waktu tunggunya lebih cepat. Namun seiring berjalannya waktu, mulai bermunculan menu bakaran untuk membuat perbedaan dengan kedai pecel lele lain. Pedagang asli Lamongan ada juga yang mulai mencoba inovasi ini. Tentunya mereka tetap mempertahankan menu gorengan bumbu kuning yang menjadi ciri khas pecel lele Lamongan.
Sebenarnya penyimpangan yang satu ini bukanlah kesalahan yang buruk, malah termasuk inovasi kreatif yang bisa mengakomodasi selera lebih luas. Pembeli pun tidak cepat bosan karena banyaknya pilihan yang ada. Namun, tetap saja, jangan harap bisa menemukan menu bakaran ketika mampir ke pecel lele di daerah Jawa Timur. Di sana menu bakaran masih belum umum.
Itulah beberapa kesalahan paling umum dijumpai pada kedai pecel lele yang ngaku asal Lamongan. Kesalahan paling fatal adalah mengotak-atik sambal tomatnya yang khas sehingga melenceng dari pakem. Kalau masih melakukan kesalahan seperti itu mendingan nggak usah pakai embel-embel ”khas Lamongan”, cukup pakai nama pecel lele saja.
Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 4 Dosa Penjual Soto Ayam yang Memasang Spanduk Bertuliskan “Lamongan”
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.