Profesi yang benar-benar mengawal orang penting seperti Paspampres yang melindungi presiden saja nggak sebarbar itu di jalan raya. Mengapa mereka heboh saat mengawal mobil jenazah?
Pengawal mobil jenazah adalah pekerjaan dadakan yang didapuk oleh pemuda-pemudi sebagai tetangga dari keluarga yang berduka. Lazimnya, pengawal sukarela ini memakai pakaian serba hitam, berboncengan menggunakan sepeda motor, dan yang membonceng membawa senjata berupa bendera dengan warna berbeda-beda, tergantung lokasi pengawalannya.
Sebenarnya, mobil jenazah termasuk satu dari sekian mobil yang memiliki prioritas di jalan raya. Ketentuannya, tercatat dalam Pasal 134 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam Pasal itu, iring-iringan mobil jenazah menjadi urutan prioritas nomor enam di jalan raya.
Keberadaannya lebih diprioritaskan daripada konvoi kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan Polri, tapi tidak lebih prioritas daripada 5 mobil lainnya. Yakni, pemadam kebakaran yang sedang bertugas, ambulans yang mengangkut orang sakit, kendaraan pemberi pertolongan pada kecelakaan, pimpinan Lembaga Negara RI, serta pimpinan dan pejabat asing dan tamu negara.
Meskipun termasuk dalam jajaran prioritas jalanan, namun saya kurang setuju dengan hak istimewa itu. Terutama kepada pengawal berdosa yang barbar bak mengawal orang penting. Padahal, urgensi mereka nggak penting-penting amat untuk disegerakan. Apa saja dosa mereka?
#1 Memakai setengah lajur yang berlawanan
Korban dari kebarbaran pengawal mobil jenazah biasanya adalah pengendara yang berlawanan arah dengan mereka. Mereka yang awalnya berkendara santai agar selamat sampai tujuan tiba-tiba dibuat panik oleh sekumpulan orang ber-dresscode hitam yang menghidupkan klakson secara barbar dan meresahkan.
Mau tak mau, pengendara motor yang berlawanan ini harus mepet ke tepian jalan agar tidak tertabrak oleh mereka. Semoga saja belum ada korban yang terjatuh imbas kesewenangan mereka di jalan raya. Kalau ada sih, perlu adanya ketentuan dan persyaratan tambahan untuk mengontrol kebarbaran mereka.
#2 Membawa senjata berupa bendera
Sepengalaman saya sebagai orang yang pernah dipalak hak berkendara di jalan raya, saya ada rasa kesal dan ingin nekat tetap berada di lajur kendaraan saya. Namun, keberadaan mereka dibekali dengan sebuah kayu yang diberi bendera berwarna. Saya jadi takut dan mengurungkan niat karena sebuah kejadian yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri.
Suatu ketika, saya melihat seseorang dipukul dengan gagang bendera itu karena beliau berkendara di depan iring-iringan itu dan nggak mengindahkan peringatan dari para pengawal barbar itu. Sepeda motor yang dikendarai oleh seorang lansia itu sampai terjatuh dibuatnya.
Alih-alih membantu, mereka malah kabur seolah nggak terjadi apa-apa. Beruntung di belakang kakek itu ada saya dan beberapa pengendara lain yang mau membantunya memberdirikan motor.
#3 Kebut-kebutan
Ini yang saya nggak tahu alasannya apa. Kenapa mereka buru-buru dalam memakamkan jenazah itu? Kalau prioritas jalan raya lain, saya tahu mereka dikejar sebuah tenggat waktu untuk menghadiri acara tertentu. Apalagi ambulans dan pemadam kebakaran, terlambat sedikit saja bisa menyebabkan korban nggak tertolong
Nah, kalau pengawal mobil jenazah itu mengejar atau dikejar apa? Rebutan galian kubur? Toh, setahu saya tanah kuburan itu sudah dipesan dan digali sebelum jenazah menuju lokasi. Lalu apa dong alasan kesewenangan mereka di jalan raya?
#4 Merasa lebih penting dari siapa pun
Setiap orang yang hidup di dunia pasti punya sebuah kepentingan, termasuk para pengendara motor yang berlalu lalang di jalanan. Kalau nggak ada kepentingan sama sekali, kenapa harus capek-capek berkendara di jalan raya? Kan sia-sia jadinya.
Ukuran prioritas kepentingan memang sudah dijabarkan oleh Pasal di atas. Namun, menurut saya pengawalan atau iring-iringan mobil jenazah nggak terlalu mendesak dan malah cenderung berlaku sewenang-wenang. Menurut saya, aturan itu perlu ditata ulang agar nggak lagi memakan korban.
Penulis: Muhammad Arif Prayoga
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Sopir Mobil Jenazah dan Sesuatu yang Mengikutinya