Indomaret dan Alfamart adalah penyelamat banyak orang. Suka tidak suka kita harus mengakui, bahwa banyak sisi kehidupan kita terbantu dengan kehadiran dua jaringan minimarket ini. Kita bisa sewaktu-waktu berbelanja barang yang dibutuhkan. Di lain kesempatan kita bisa menumpang toilet hingga merenung di kursi besinya.
Sayangnya di tengah kehadirannya yang begitu membantu, Indomaret dan Alfamart melakukan “dosa-dosa” yang merugikan pelanggan. “Dosa-dosa” Indomaret dan Alfamart ini berdasar pengalaman saya ya. Bisa jadi kalian tidak pernah dan tidak akan mengalaminya. Sebab, mungkin saja saya baru zonk.
#1 Mendonasikan kembalian receh
“Kembaliannya mau didonasikan, Kak?” Mungkin jadi salah satu kalimat yang paling sering didengar selain ucapan selamat datang di Indomaret atau Alfamart. Jadi setiap ada kembalian receh, entah itu Rp100 atau Rp200, petugas kasir bakal menawarkan pelanggan untuk mendonasikannya. Bahkan, terkadang, kembalian Rp500 pun diminta untuk didonasikan.
Namanya juga penawaran, tentu saja saya bisa menolaknya. Hanya saja, rasanya tidak enak saja. Ada perasaan “takut berbeda” terlebih ketika ada antrean panjang di belakang ketika membayar. Saya yakin banyak pelanggan lain seperti saya, enggan menolaknya karena tidak enak atau malas repot. Bukan karena benar-benar ingin berdonasi.
Selain itu, saya merasa Indomaret dan Alfamart kurang transparan dalam melaporkan donasinya. Saat membayar donasi tersebut, saya tidak benar-benar tahu duitnya mengalir ke mana. Okelah tersedia informasi di masing-masing laman perusahaan, tapi info ini baru diketahui pelanggan ketika benar-benar mencarinya. Tidak pernah disebutkan ketika dimintai donasi.
Bukan bermaksud pelit atau bagaimana, tetapi uang “receh” pun sangat berarti buat saya. Kalau uang 100, 200 atau 500 Rupiah dikumpulkan, setidaknya hasilnya lumayan. Lagipula, program donasi yang dilakukan sepihak oleh Indomaret atau Alfamart kurang transparan dan tidak ditunjukkan pada pelanggan.
#2 Mesin kasir Indomaret dan Alfamat jarang dimaksimalkan
Mesin kasir yang kurang dimaksimalkan kerap saya temui di beberapa gerai Indomaret dan Alfamart, terutama gerai yang berukuran besar. Saya heran sendiri kenapa mereka jarang memaksimalkan jumlah kasir yang ada. Misal ada dua kasir, yang aktif melayani pembayaran hanya satu kasir saja. Padahal, seperti yang kita tahu, ukuran gerai yang besar biasanya punya lebih banyak pembeli.
Saya sering berdiri bingung di depan meja kasir, sebab dua karyawan yang mengoperasikan dua komputer berbeda terlihat sibuk sendiri saat saya mau membayar belanjaan. Kalau saya berdiri di meja sebelah kiri, saya diarahkan pada meja kasir sebelah kanan. Tetapi, saat saya ada di bagian kasir yang satu, seringkali saya harus menunggu “mbak” atau “mas” kasir mempersilakan saya untuk meletakkan barang belajaan. Menurut saya, pihak Indomaret dan Alfamart harus mengevaluasi hal ini agar tidak membuat para pelanggan kecewa dan terbuang waktunya.
#3 Promo Indomaret dan Alfamart hanyalah akal-akalan aja
Indomaret dan Alfamart sering mengadakan promo atau diskon. Salah satu yang selalu berhasil menarik perhatian saya adalah promo JSM (Jum’at Sabtu Minggu). Tetapi, setelah saya bandingkan, sebenarnya harga promo untuk beberapa produk di Indomaret atau Alfamart tidak ada selisih signifikan dengan harga di pasar atau toko sembako umumnya.
Terkadang, saya menemukan produk promo lebih murah selisihnya Rp2.000 sampai Rp3.500 Rupiah, tetapi harga promo yang ditawarkan adalah harga umum di pasaran. Seringkali, para karyawan mengakali produk yang kurang laku dan mendekati masa kadaluarsa dipromokan potongan harga yang menggiurkan. Padahal, kalau pelanggan tidak teliti, mereka akan tergiur konsumsi belanja impulsif yang merugikan diri sendiri.
#4 Kasir yang tidak jujur dan uang kembalian tidak sesuai
Dosa terbesar yang dilakukan oleh kasir Indomaret dan Alfamart, yang sangat tidak bisa dimaafkan adalah mereka tidak memberi uang kembalian sesuai nominal pada struk belanjaan. Para pelanggan sangat sering mengabaikan dan tidak meneliti uang kembalian mereka dan catatan struk belanjaan. Hal tersebut dimanfaatkan oleh kasir Indomaret dan Alfamart.
Saya beberapa kali menerima uang kembalian yang tidak sesuai. Contoh saja, saya pernah membeli produk minuman mineral botol harga Rp3.800, saya membayarkan uang Rp10.000 pada kasir, tetapi kasir hanya memberi kembalian Rp6.000. Uang “receh” sejumlah Rp200 Rupiah tidak saya terima. Saya mencoba paham dan tidak menegur, berpikir mereka lebih butuh. Tetapi, sepertinya “budaya” tersebut memang tidak bisa dihapus. Mungkin mereka menyumbangkankannya, tapi sayangnya, hal ini tidak diinformasikan ketika membayar.
Kejadian lebih buruk, kasir memasukkan item yang tidak dibeli ke dalam struk. Ini belum pernah saya alami, tapi sempat viral. Memang, harga item yang dimasukkan tidak besar atau mahal, misal plastik atau hal lain. Namun, tindakan ini mencoreng kepercayaan pembeli terhadap pegawai dan tempat belanja.
Di atas beberapa “dosa” Indomaret dan Alfamart yang bikin kesal. Sekali lagi, ini pengalaman saya pribadi di beberapa gerai saja ya, jadi tidak bisa dipukul rata. Hanya saja, semoga cerita pengalaman buruk ini bisa menjadi bahan evaluasi untuk Indomaret dan Alfamart dan bagi siapa saja yang hendak mengelola minimarket.
Penulis: Lady Azhura Kayoobi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 5 Jajanan Anak Indomaret yang Bikin Anak Merengek, Kinder Joy Bukan Satu-satunya!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
