Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

4 Hal yang Dianggap Orang sebagai Candaan, tapi Sangat Melukai Hati Masyarakat Tulungagung

Marselinus Eligius Kurniawan Dua oleh Marselinus Eligius Kurniawan Dua
7 Juli 2025
A A
4 Hal yang Dianggap Orang sebagai Candaan, tapi Sangat Melukai Hati Masyarakat Tulungagung

4 Hal yang Dianggap Orang sebagai Candaan, tapi Sangat Melukai Hati Masyarakat Tulungagung (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Ada banyak candaan terhadap orang Tulungagung. Candaan dengan penuh stigma yang tercermin dari penyebutan plat AG, wong marmer, cah cethe, rokok sepur, retjo penthung, dll. Meski begitu orang sini tetap santai aja. Soalnya pada dasarnya kami ini wong santai, kok.

Akan tetapi bukan berarti semua candaan tersebut bisa diterima oleh orang Tulungagung, lho. Ingat, bercanda tetap perlu memerhatikan konteksnya. Sebagai orang asli Tulungagung, kadang saya juga merasa jengkel sekali dengan guyonan atau candaan yang tak sesuai pada tempatnya.

Nah, maka dari itu, buat kalian yang punya teman dari Tulungagung, berikut saya bantu jelaskan beberapa hal biasa yang menurut kalian bercanda, tapi sebenarnya bikin hati orang Tulungagung terluka. 

#1 Soal cethe

Khusus poin pertama ini pernah saya rasakan saat di perantauan. Ada dua titik permasalahannya. Pertama adalah merusak motif cethe. Kedua minta rokok cethe tanpa izin. Gini ya, bercanda itu boleh, tapi nggak ngawur seperti itu.

Saya perlu memberi tahu kalian kalau nyethe itu susah. Butuh ketelatenan dan ketelitian. Kalau ada teman kalian yang orang Tulungagung sedang nyethe, jangan dirusak dan diganggu. Pada saat saya mengalaminya, saya cuma bisa mengelus dada sambil menahan sabar. Oh ya, buat yang belum tahu, cethe adalah tradisi mengoleskan endapan kopi ke permukaan rokok. 

Sekarang coba bayangkan. Saya sudah hati-hati nyethe, tujuannya biar rokok nggak patah dan motifnya bisa masuk. Eh, teman saya malah sengaja meneteskan air di rokok yang saya gunakan.

Ampas kopi nyethe saya pun dikasih air banyak. Kadang es teh, air putih, Nutrisari, dll. Malah kadang juga dicampur pasir meski itu jarang. Jelas saja hal-hals eperti itu bikin saya jengkel dan marah meski katanya bercanda. 

Terus soal minta rokok cethe juga nggak sembarangan. Jangan mentang-mentang temenan, eh, seenaknya saja mengambil rokok cethe. Apalagi kalau tanpa izin. Kalau mau coba rokok cethe ya buat sendiri. Kalau nggak bisa ya belajar dan minta diajarin. Kami nggak akan segan memberi rokok polosan dan mengajari nyethe, kok.

Baca Juga:

5 Kuliner Tulungagung yang Sulit Dijumpai di Daerah Lain, sekalipun Ada Rasanya Beda

Gelar Sarjana Tak Ada Harganya di Tulungagung, Gajinya Bikin Geleng Kepala

Seandainya minta dan diberi pun harus tahu batasan. Tentu kami akan memberi asalkan nggak terus-terusan. Oh ya, jangan sampai ngerokoknya juga “nyepur” alias kencang. Cethe itu bentuk penghargaan diri bagi warga Tulungagung. Nyethe adalah cara menghargai hidup ala kami.

#2 Lebih mengingat sound horeg daripada reog kendang atau jaranan sentherewe

Sound horeg memang dikenal berasal dari Jawa Timur. Namun asal-usulnya masih dipertanyakan. Karena hal inilah banyak orang mengatakan kalau Tulungagung adalah tempat lahirnya sound horeg. Padahal nggak sama sekali.

Warga sini memang suka bernyanyi dan karaokean, tetapi kami masih punya adat dan adab yang terus kami junjung. Tiap kali ada berita kerusakan akibat sound horeg, teman-teman saya langsung berkata, “Kae lho kesenian seko panggonmu ngerugikan maneh.”

Meskipun dibawa bercanda, sebenarnya tudingan tersebut amat menyakitkan. Secara tak langsung, hal itu menilai sekaligus menghina masyarakat Tulungagung tak tahu aturan.

Teman-teman saya bahkan lebih mengingat sound horeg sebagai kesenian Tulungagung daripada reog kendang atau jaranan sentherewe. Ini aneh, soalnya sekali lagi saya tegaskan, sound horeg bukan berasal budaya dan kesenian dari Tulungagung.

#3 Menyamakan Tulungagung dengan Temanggung

Ketiga adalah mengungkapkan komentar, “Oh, ternyata ada toh daerah yang namanya Tulungagung,” entah buat candaan atau memang serius nggak tahu. Tak sedikit juga orang menyamakan antara Tulungagung dan Temanggung.

Sebentar, memangnya kedua daerah ini semirip itu kah sampai banyak yang nggak tahu? Sewaktu saya jelaskan, justru kebanyakan makin nggak paham. Bahkan banyak yang merasa kaget karena baru mengetahui kalau Tulungagung beneran ada. 

Maksud saya begini. Selama ini masyarakat Tulungagung dianggap apa? Apakah orang-orang nggak pada belajar sejarah dan pembagian wilayah di Jawa Timur? Padahal Tulungagung adalah daerah penghasil marmer berkualitas ekspor terbesar di Indonesia, lho.

Saya nggak tahu apakah maksudnya bercanda atau beneran nggak tahu, tetapi celetukan-celetukan soal Tulungaung ini mengisyaratkan seolah daerah ini adalah daerah primitif. Tentu saja saya kesal. Gila banget dan tak masuk logika kalau nggak tahu Tulungagung.

#4 “Tulungagung tanpa marmer nggak berdaya”

Candaan terakhir yang menyakiti hati orang Tulungagung adalah kata-kata seperti, “Tulungagung nggak ada apa-apanya tanpa marmer.” Kita tahu bahwa marmer memang dikenal sebagai penyumbang utama pendapatan daerah ini. Tetapi mengatakan daerah ini tak berdaya tanpa marmer juga keliru. Mungkin maksudnya candaan, tetapi itu sangat menyakitkan.

Meski saat ini mulai merangkak keluar dari jurang kemiskinan, banyak hal potensial lain yang mulai dikembangkan di tanah kelahiran saya. Artinya, tanpa marmer pun daerah ini masih punya daya saing.

Jadi, itulah beberapa candaan dan celetukan orang mengenai Tulungagung yang ternyata menyakiti hati masyarakat Tulungagung sendiri. Saya harap setelah membaca artikel ini kalian akan semakin berhati-hati dalam berinteraksi, terutama saat berinteraksi dengan orang yang memiliki latar belakang berbeda. Bercanda boleh, tapi jangan sampai kelewatan.

Penulis: Marselinus Eligius Kurniawan Dua
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 4 Tipe Orang yang Dipastikan Akan Merana kalau Tinggal di Tulungagung.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 7 Juli 2025 oleh

Tags: kabupaten tulungagungtulungagung
Marselinus Eligius Kurniawan Dua

Marselinus Eligius Kurniawan Dua

Guru yang baru terjun di dunia menulis. Gemar main game, jalan-jalan, dan kulineran. Suka membahas tentang daerah, sosial, ekonomi, pendidikan, otomotif, seni, budaya, kuliner, pariwisata, dan hiburan.

ArtikelTerkait

Bukit JLS Pantai Sine Tulungagung, Tempat Berkumpulnya Manusia Taruhan Nyawa demi Konten Media Sosial

Bukit JLS Pantai Sine Tulungagung, Tempat Berkumpulnya Manusia Taruhan Nyawa demi Konten Media Sosial

10 Januari 2024
Trenggalek Kabupaten yang Krisis Identitas, Pantas Saja Ditinggalkan Warganya Mojok.co

Trenggalek Kabupaten yang Krisis Identitas, Pantas Saja Ditinggalkan Warganya

19 Mei 2025
Sudah Betul Trenggalek Nggak Dilewati Kereta Api, Warga Belum Butuh Mojok.co

Trenggalek Nggak Butuh Stasiun dan Jalur Kereta Api, Bus Aja Cukup

2 Februari 2024
4 Tipe Orang yang Dipastikan Akan Merana kalau Tinggal di Tulungagung Mojok.co

4 Tipe Orang yang Dipastikan Akan Merana kalau Tinggal di Tulungagung

10 Mei 2025
Gelar Sarjana Tak Ada Harganya di Tulungagung, Gajinya Bikin Geleng Kepala

Gelar Sarjana Tak Ada Harganya di Tulungagung, Gajinya Bikin Geleng Kepala

23 September 2025
Wisuda UIN SATU Tulungagung yang Bener-bener Nggak Masuk Akal: Wisuda kok Sekali Sebulan. Itu Wisuda atau Jadwal Ganti Oli?

Wisuda UIN SATU Tulungagung yang Bener-bener Nggak Masuk Akal: Wisuda kok Sebulan Sekali. Itu Wisuda atau Jadwal Ganti Oli?

29 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.