4 Aturan Tidak Tertulis supaya Nyaman Tinggal di Semarang

4 Aturan Tidak Tertulis supaya Nyaman Tinggal di Semarang

4 Aturan Tidak Tertulis supaya Nyaman Tinggal di Semarang (unsplash.com)

Sebelum memutuskan tinggal di Semarang, baca dulu 4 aturan tidak tertulis ini biar nyaman tinggal di Kota Lumpia.

Kenyamanan merupakan salah satu pertimbangan krusial ketika memutuskan bertempat tinggal di sebuah kawasan. Ada yang memilih berdiam di desa dengan alasan udara bersih dan biaya hidup terjangkau. Di sisi lain, ada yang enggan meninggalkan kota karena terlena oleh fasilitasnya.

Sebagai kota besar yang tidak seriuh Jakarta atau Surabaya, Semarang kerap dijadikan tujuan menetap. Kelengkapan layanan publik, lezatnya kuliner, dan toleransi antar warga menjadi keunggulan Kota Lumpia. Tentu, tetap ada beberapa aturan tidak tertulis yang wajib dipenuhi sebelum memutuskan tinggal di sini. Mengabaikannya akan membuat hidup tak tenang di ibu kota Jawa Tengah tersebut.

#1 Mengenakan pakaian berbahan katun 100% di Semarang adalah harga mati yang tidak boleh ditawar

Melansir dari Ayobandung.com, Semarang menempati peringkat ke lima sebagai kota paling nyaman ditinggali dengan indeks penilaian layak huni sebesar 65,4%. Sialnya, di lain pihak, Kota Atlas juga memegang posisi dalam daftar kota terpanas di Nusantara. Apalagi letak geografis yang berada di pesisir membuat hawa gerah tak bisa dielakkan.

Makanya memilih bahan baju yang akan dikenakan harus dipikirkan. Katun murni dianggap sebagai opsi terbaik lantaran gampang ditemukan dengan harga relatif masuk akal. Soalnya bahan baju panas membuat kulit mudah gatal diserang teriknya matahari Kota Semarang. Kalau sudah demikian, dijamin suasana hati akan rusak seharian.

Baca halaman selanjutnya: Pengguna mobil wajib menyiapkan recehan… 

#2 Pengguna mobil wajib menyiapkan recehan

Sebagian besar minimarket di kota berlambang Lawang Sewu ini memang sudah bebas dari pungutan parkir liar. Namun, nasib berbeda ditemukan di hampir setiap pertigaan atau perempatan jalan besar. Pengatur jalan ilegal atau yang sering disebut pak ogah, nyaris selalu beroperasi sepanjang hari.

Terkadang, tidak jarang kehadiran mereka memang mengganggu kelancaran arus transportasi. Di lain waktu, jasa mereka malah sangat diperlukan mengingat ruwetnya lalu lintas kota Semarang. Maka tidak ada salahnya menyediakan pecahan uang kecil untuk mengapresiasi bantuan mereka ketika berkendara. Sekurang-kurangnya, layanan mereka jauh lebih bermanfaat ketimbang tukang parkir dadakan di halaman minimarket yang datang dan pergi bak jalangkung.

#3 Wisata kuliner di kota lama biasanya hanya ramah untuk mereka yang berdompet tebal

Kota Lama memang menjadi daya tarik Semarang. Kemegahan arsitektur kuno di Kawasan tersebut kerap dimanfaatkan orang untuk berfoto. Beberapa dari mereka juga menyewa sepeda listrik guna mengitari cagar budaya di sana.

Akan tetapi, pertimbangkan lagi jika mau mencicip kuliner di Kota Lama Semarang. Pasalnya, harga sederet menu restoran di sana kurang ramah rekening bagi kaum mendang-mending. Wajar saja, lokasi tersebut biasanya digunakan untuk acara fine dining atau pertemuan kasual para pebisnis. Lebih baik alokasikan anggaran makan untuk menjajal sejumlah panganan di tengah kota.

#4 Tanyakan harga dulu sebelum beli minuman pedagang asongan di Simpang Lima Semarang

Wajah Simpang Lima sekarang sungguh jauh berbeda dibandingkan beberapa dekade lalu. Citra suram dan lekat dengan prostitusi perempuan di bawah umur bertransformasi menjadi ruang terbuka publik yang ramah anak. Lapangan basket, arena bermain anak, dan sewa kereta gowes berlampu menjadi daya tarik masyarakat menghabiskan sore dan petang hari di sana.

Adalah hal bijak untuk mencangking perbekalan sendiri kala ingin berkunjung ke alun-alun ikonik tersebut. Sebab, penjual minuman kemasan yang kerap menghampiri calon pembeli suka mematok harga dagangannya di luar nalar. Sebotol air mineral saja bisa dihargai Rp20 ribu. Jelas, nominal ini melebihi harga pasaran produk yang sama di pusat perbelanjaan.

Setidaknya, empat poin di atas dapat dijadikan kompas supaya bertahan hidup di Semarang. Bagaimanapun di setiap tempat selalu ada baik buruknya. Kemampuan beradaptasilah yang menjadi kunci utama.

Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 9 Hal Menarik yang Bisa Dilakukan di Klaten Timur Minimal Sekali Seumur Hidup.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version