Franchise cilok adalah usaha yang lebih jelas potensi cuannya dan masuk akal ketimbang es teh jumbo, misalnya
Menggeluti sebuah usaha semakin banyak diminati. Apalagi, iming-iming fleksibilitas waktu dan kebebasan finansial kerap menjadi glorifikasi sejumlah penggiat bisnis. Sayangnya, tidak semua orang tahu harus berdagang apa dan melangkah dari mana.
Salah satu solusi pintasnya adalah menjalankan franchise. Sebab, sistem usaha demikian ibarat paket lengkap nan praktis. Mitra tinggal mengoperasikannya tanpa perlu memikirkan bahan baku maupun strategi branding.
Namun, tetap saja tidak semua produk waralaba sanggup menapaki puncak kesuksesan. Beberapa justru mengalami kebangkrutan. Untungnya, saat ini sudah ada franchise cilok yang terlihat menawarkan potensi lebih menguntungkan daripada bisnis es teh jumbo yang mulai menemui penurunan pasar.
Daftar Isi
- Kegilaan konsumen Indonesia terhadap olahan tepung adalah kunci utama
- Makanan asin dan gurih lebih menjadi adiksi dibandingkan camilan dan minuman manis
- Nggak seperti es teh jumbo yang bisa bikin sendiri di rumah, mengolah cilok itu merepotkan
- Terbukanya kesempatan menerapkan inovasi bikin wirausahawan cilok semakin terdepan
Kegilaan konsumen Indonesia terhadap olahan tepung adalah kunci utama
Selain gorengan, makanan berbahan dasar tepung adalah yang paling disukai oleh hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Mulai beragam roti, panganan tradisional, sampai jajanan kaki lima nyaris semuanya memakai tepung. Boleh dikata, tepung menjadi bagian tak terpisahkan dari kuliner nusantara.
Makanya, berkecimpung di usaha cilok turut menjanjikan ladang cuan. Tekstur kenyal dan lembut cilok mampu menjadi comfort food mayoritas orang dari segala latar belakang. Artinya, usaha waralaba cilok menjamin keberlanjutan. Prospek ini jelas berbeda dengan franchise es teh jumbo dan es kepal Milo yang lebih condong ke arah bisnis hit and run.
Makanan asin dan gurih lebih menjadi adiksi dibandingkan camilan dan minuman manis
Keunggulan berikutnya yang membuat franchise cilok memikat yaitu cita rasa gurih dan asinnya. Sebagaimana yang diketahui, konsumen Indonesia ketergantungan terhadap MSG sampai-sampai muncul istilah anak micin. Umumnya, pedagang cilok dalam skala komersial menggunakan bahan tambahan ini demi menggaet pembeli.
Jadi bayangkan, seberapa maut kombinasi tepung dan MSG dalam satu sajian cilok? Memanfaatkan kecintaan pelanggan terhadap preferensi cita rasa kuliner ini, pastinya franchise cilok akan selalu bertahan di tengah persaingan. Sementara, hidangan manis malah akan menimbulkan rasa mual bila dikonsumsi berlebihan.
Nggak seperti es teh jumbo yang bisa bikin sendiri di rumah, mengolah cilok itu merepotkan
Es teh jumbo bisa ditemukan di mana saja walau bukan di gerai waralaba. Buktinya, sederet warung makan kini menyediakan menu tersebut. Bahkan, kalau mau, orang sanggup membuatnya sendiri di rumah dalam waktu relatif singkat.
Dengan kata lain, produk es teh jumbo gampang sekali diduplikasi. Di lain pihak, memasak cilok tidak semudah meracik es teh. Butuh upaya, waktu, dan tenaga lebih demi menyajikan seporsi cilok. Belum lagi bila menghendaki ragam cocolan yang menyertai. Oleh sebab itu, pengusaha cilok tidak perlu ragu jika dagangannya terlampau sepele ditiru.
Terbukanya kesempatan menerapkan inovasi bikin wirausahawan cilok semakin terdepan
Berbicara mengenai es teh jumbo, inovasi yang bisa dilakukan paling sejauh varian rasa. Keterbatasan berkreasi ini pada gilirannya akan menemui jalan buntu yang menyulitkan pebisnis untuk ekspansi pasar. Meski sama-sama di bidang kuliner, potensi inovasi bisnis cilok jauh lebih terbuka lebar.
Soal isian, cilok bisa disisipi daging, telur, keju, abon, dan masih banyak lainnya. Belum lagi, variasi rasa saus dapat pula dijadikan gimik penggaet massa. Tak hanya itu, perluasan pangsa pasar turut bisa dicapai di bisnis ini melalui teknologi frozen food alias cilok yang dibekukan. Dibandingkan es teh jumbo, usaha cilok cenderung memungkinkan akuisisi pelanggan yang lebih masif.
Harga jual yang sebelas dua belas dengan es teh jumbo turut menguntungkan pebisnis waralaba cilok. Soalnya, ketimbang membeli minum, mengunyah cilok akan memberikan rasa kenyang. Secara psikologis, pembeli tidak akan merasa rugi meski bila dijual dengan harga sedikit lebih tinggi.
Pun, kreasi kemasan dan metode branding memungkinkan produk cilok naik kasta. Bukan lagi sebagai jajanan kaki lima, cilok dapat saja bertransformasi jadi kudapan premium. Rentetan potensi ini memberikan satu langkah lebih maju bagi mereka yang menekuni bisnis franchise cilok.
Seperti pepatah ‘Banyak jalan menuju Roma’, bermacam pula upaya guna membuka sebuah usaha. Namun, tetap saja melakukan analisis sebelum terjun langsung ke dalam bisnis wajib dilakukan. Pasalnya, bisnis yang tampak prospektif sekarang ini, belum tentu sanggup bertahan kemudian.
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Cilok, Makanan “Sepele” yang Menguasai Banyuwangi dan Penjuru Indonesia Lainnya