SK PNS katanya memang sakti mandraguna!
Lama-kelamaan, saya gedeg juga tiap kali dengar omongan orang-orang kalau PNS itu hobinya ngutang. Iya, sih, sebagian besar PNS memang punya utang. Tapi, kan, nggak cuma PNS saja. Karyawan swasta, ibu rumah tangga, para redaktur Mojok dan nggak lupa para penulisnya pun punya utang, kok. Jangan lupa, para pengusaha yang tajir melintir itu juga (((kayaknya))) punya utang. Jadi, tolong dicatat, ngutang itu bukan hobi PNS. Ngutang itu adalah budaya kita semua. Camkan itu, Kisanak.
Bedanya dengan profesi yang lain, para PNS itu memang diberi kemudahan dan difasilitasi oleh negara untuk berutang. Caranya, ya, apalagi selain surat sakti mandraguna yang bernama SK PNS? Perlu diketahui bahwa SK PNS itu bisa dijadikan jaminan para PNS untuk ngutang ke bank. Bahkan, konon, SK PNS ini justru lebih digandrungi pihak bank daripada surat tanah. Nggak ribet ngurusnya, katanya.
Nah, untuk para PNS yang dituduh hobi ngutang tadi, saya pikir mereka pasti punya alasan kuat kenapa mereka ngutang ke bank. Ini tak saya kasih tahu, ya, kenapa para PNS itu menggadaikan (atau bahasa sopannya, menyekolahkan) SK PNS-nya ke bank untuk ngutang.
#1 Tergiur tawaran bank
Dulu, salah satu bank BUMN pernah membuat spanduk dengan kata-kata bombastis. Isinya kurang lebih begini.
Dalam rangka memeriahkan kemerdekaan, kami luncurkan program kredit khusus PNS, 1 jam cair! Keterangan lebih lanjut, hubungi kantor cabang terdekat.
Dan, setelah saya cek di website bank tersebut, ternyata limit pinjamannya hingga 1 miliar! Iya, saya ulangi lagi, 1 miliar! Itu duit asli semua, tuh. Nggak campur duit monopoli. Syaratnya pun gampang, cuma fotokopi KTP, Kartu Keluarga, NPWP, slip gaji, dan surat rekomendasi atasan.
Coba, siapa yang nggak tergiur dengan tawaran bank macam ini? Dengan godaan mahahebat ini, para PNS dengan level jabatan apa pun, akan mengalami kegoyahan iman untuk segera menyekolahkan SK PNS-nya ke bank.
#2 Terdesak kebutuhan
Alasan lain para PNS menyekolahkan SK PNS-nya adalah karena terdesak kebutuhan. Maklum, zaman sekarang harga-harga kebutuhan pokok sudah meroket. Bayangkan, untuk jajan-jajan cantik ke Indomaret saja minimal harus bawa duit seratus ribuan, itu belum termasuk jajan Kinderjoy, Cadbury Lickables, dan Emco Pop Toy.
Kebutuhan lainnya macam rumah dan kendaraan pastinya butuh nominal yang lebih besar lagi. Makanya wajar saja kalau para PNS ini menyekolahkan SK PNS-nya ke bank untuk kebutuhan membeli rumah, renovasi rumah, atau membeli kendaraan. Menurut riset, lebih dari separuh PNS menyekolahkan SK-nya ke bank untuk kebutuhan seperti itu tadi.
#3 Keperluan darurat
Dalam hidup, kadang ada kejadian-kejadian yang nggak diduga dan nggak direncanakan sebelumnya. Musibah, misalnya. Entah itu kecelakaan, sakit keras, operasi cesar, dan sebagainya. Ini pasti membutuhkan uang yang nggak sedikit.
Kalau kejadian-kejadian macam itu menimpa horang kayah macam Putra Siregar atau Doni Salmanan, mungkin nggak masalah. Duitnya buanyak. Lah, wong beli angin satu plastik seharga ratusan juta saja enteng macam beli gorengan. Nah, kalau PNS, piye? Sepertinya nggak ada jalan lain selain menyekolahkan SK-nya tercinta. Iya, kan?
#4 Bayar utang
Terakhir, dan ternyata ada beberapa PNS yang begini. Alasan para PNS menyekolahkan SK PNS-nya adalah untuk menutupi utang. Iya, macam gali lobang-tutup lobang, begitulah kira-kira. Jadi, ngutang ke bank untuk bayar utang sebelumnya.
Menyekolahkan SK adalah cara yang paling aman buat PNS untuk bayar utang. Ya, daripada pinjam sama pinjaman online yang nggak berperikemanusiaan itu, malah bikin rusuh ujung-ujungnya.
Itulah alasan-alasan kenapa PNS menyekolahkan SK-nya ke bank. Ada berbagai pertimbangan yang mau nggak mau mereka harus memutuskan itu. Jadi, jangan langsung nyinyir kalau PNS itu hobi ngutang, ya.
Masih banyak, kok, PNS yang SK-nya nggak disekolahkan ke bank. Mereka juga pasti punya alasan kenapa mereka nggak menyekolahkan SK-nya ke bank. Tapi, ini saya bahas di artikel selanjutnya, ya. Biar nggak kepanjangan bacanya. Dan biar saya nambah poin artikel juga, sih. Wqwqwq.