Tulisan ini terinspirasi setelah saya membaca tulisan Mas Bayu yang isinya “3 Tempat di Magelang yang Jarang Didatangi Orang Magelang Asli”, lalu saya pun inisiatif bikin tulisan tersebut dalam versi kota tempat tinggal saya, yakni Kota Bandung.
Kota Bandung adalah salah satu kota destinasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara sebelum pandemi Covid-19 menyerang planet ini. Udaranya yang sejuk, keanekaragaman kuliner yang semakin menjamur, serta banyaknya tempat bersejarah yang dibangun saat masa Kolonial Belanda adalah faktor utama yang membuat wisatawan tertarik untuk berwisata di kota ini.
Sama seperti Jogja, Kota Bandung banyak diromantisasi oleh para penguasa, yang tentu saja kalah dari romantisasi Jogja. Sebagai orang Bandung, saya justru jarang sekali mengunjungi berbagai tempat wisata populer yang sering dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Berikut ini tempat-tempat yang saya maksud.
#1 Gedung Sate
Gedung Sate adalah salah satu bangunan di Kota Bandung yang dibangun saat masa Kolonial Belanda. Saat masih balita, saya pernah mengira bahwa Gedung Sate adalah salah satu tempat jajanan Kota Bandung yang menjual berbagai jenis sate lezat. Tapi saya salah, bangunan yang saat ini jadi tempat ngantor Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil disebut Gedung Sate karena gedung ini memiliki ornamen tusuk sate pada menara sentralnya.
Gedung Sate adalah salah satu tempat yang wajib dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun wisawatan mancanegara untuk berfoto ria dengan latar belakang Gedung Sate yang indah. Tidak saja indah pada siang hari. Pada malam hari, Gedung Sate turut memanjakan wisatawan dengan menyalakan berbagai lampu warna-warni yang bisa bikin feed Instagram kalian tambah ciamik. Kamu juga tidak usah khawatir bakalan susah buat foto-foto. Pasalnya, ada satpam Gedung Sate yang dengan senang hati bisa dimintai tolong untuk mengambil foto kamu dengan latar belakang Gedung Sate.
Namun, seperti sebagian besar warga Kota Bandung lainnya, seumur hidup saya tidak pernah berwisata di Gedung Sate sama sekali meskipun hampir setiap hari saya melewatinya. Paling mentok saya hanya jogging di Lapangan Gasibu yang letaknya persis di seberang Gedung Sate.
#2 Jalan Braga
Setelah Gedung Sate, salah satu kawasan yang wajib dikunjungi oleh wisawatan domestik maupun wisatawan mancanegara adalah Jalan Braga. Kawasan Braga dan sekitarnya barangkali mirip dengan Kota Tua di Jakarta yang mengandalkan arsitektur masa Kolonial Belanda yang iconic banget buat nongkrong dan foto-foto. Sejak zaman kolonial Belanda sampai tulisan ini saya tulis, ada begitu banyak wisawatan mancanegara yang hobinya nongkrong di Braga. Pasalnya, suasana di sana yang enakeun pisan, apalagi sore menjelang malam hari. Ditemani makan lezat, pemandangan yang indah, dan live music.
Namun, sebagai warga Kota Bandung, saya malah sama sekali tidak tertarik buat nongkrong di kawasan Jalan Braga dan sekitarnya. Lantaran saat ini Braga telah berubah menjadi kawasan yang semerawut. Kemacetan lalu lintas, bangunan heritage yang terlalu gegabah buat dikomersialisasi, serta kehadiran gelandangan dan pengemis merupakan salah satu faktor yang bikin saya ogah buat nongkrong di Jalan Braga. Braga saat ini betul-betul berbeda dengan Braga 20 tahun lalu yang saya kenal. Pada akhirnya, saya hanya bisa prihatin dengan keadaan Braga saat ini ketika melewatinya yang semakin hari semakin semerawut.
#3 Gunung Tangkuban Parahu
Saya tahu Gunung Tangkuban Parahu tidak terletak di Kota Bandung, tapi di Lembang yang masuk dalam Kabupaten Bandung Barat. Gunung yang ketinggiannya 2.084 meter di atas permukaan laut ini memang menarik banyak wisatawan. Ini karena keindahan alamnya berupa kawah-kawah yang dibuka untuk wisatawan, kebun teh indah di kaki gunungnya, hingga pemandian air panasnya.
Gunung Tangkuban Parahu pun cocok banget buat wisata keluarga. Pasalnya, orang tua bisa sekalian memperkenalkan pelajaran geologi pada anak-anak, dengan memperlihatkan dampak letusan dan erupsi gunung ini. Para orang tua pun bisa memperkenalkan kekayaan budaya Jawa Barat dengan menceritakan cerita rakyat Sangkuriang yang melatarbelakangi terbentuknya Gunung Tangkuban Parahu.
Namun, saat ini berwisata ke Gunung Tangkuban Parahu tidak seindah 20 tahun lalu ketika Lembang masih unyu-unyunya saat dipakai syuting Petualangan Sherina. Perjuangan banget buat sampai ke Gunung Tangkuban Parahu karena kamu perlu melewati antrean kemacetan sejauh puluhan kilometer dari Kota Bandung, apalagi di musim liburan. Selain itu, banyak kawasan perkebunan teh yang keindahannya berkurang karena dibikin kafe Instagram-able yang nggak ada indah-indahnya sama sekali.
Itulah tiga tempat di Bandung yang jarang didatangi oleh orang Bandung asli. Saya pun hanya mengunjungi tiga tempat tersebut jika ada kenalan saya yang berasal dari luar Bandung yang minta diantarkan ke sana. Selain itu, apalagi kalau bukan masalah duit. Wisata di Bandung itu hitungannya mahal buat orang Bandung. Pasalnya, sejak adanya Tol Cipularang dan banyak warga Ibu kota yang wisata ke sini, harga otomatis jadi naik. Jadi, mendingan saya berdiam diri di rumah saja daripada buang-buang uang. Mengingat, saya bukan anak sultan.
Penulis: Raden Muhammad Wisnu
Editor: Audian Laili