Tidak ada yang memungkiri bahwa pembangunan di Madura saat ini masih memprihatinkan. Bukan hanya masalah infrastruktur fisiknya, tapi juga kondisi pembangunan manusianya. Indeks Pembangunan Manusia di Madura masih cukup jauh dibandingkan kabupaten/kota lain di Jawa Timur. Bahkan kalau ditarik lagi, kondisi ini berujung pada sikap rasisme yang ditujukan pada orang Madura.
Sebetulnya problem tersebut adalah hal yang sudah kita ketahui bersama. Tapi di balik itu, ada hal lain yang jarang kita sadari, yakni pejabat pemerintah kita yang pura-pura buta dan tuli. Mereka tak paham prioritas, sibuk bikin proyek pembangunan yang nggak jelas. Padahal manusianya belum siap.
Kalian tak percaya? Berikut saya jelaskan satu per satu.
#1 Rencana Provinsi Madura hanya akan jadi ruang korupsi bersama
Masyarakat Madura saat ini terpecah dari dua kubu, yakni kubu yang mendukung ide pembentukan provinsi Madura dan kubu yang menolak. Kubu yang mendukung kebanyakan adalah kumpulan oligarki, yakni mulai dari akademisi, politisi, hingga beberapa kiai. Makanya maklum jika kubu ini gampang menarik masa.
Nah, di sisi pinggiran, ada kelompok lain yang menolak. Alasannya pun jelas, yakni besar kemungkinan hanya akan membuat para koruptor beraksi semakin ganas!
Saya pun berpikir demikian. Bukan berarti saya tidak setuju dengan ide ini. Apa pun saya setuju, asal bertujuan untuk membangun Madura, termasuk ide membentuk provinsi ini. Akan tetapi melihat kelakuan pejabat di pulau ini yang kerap mencuri uang rakyat, siapa yang tidak khawatir. Bisa-bisa ide pembentukan provinsi hanyalah ide untuk memperlebar ruang agar bisa korupsi.
Coba deh, satu periode saja pemerintah di Madura itu nggak korupsi. Saya siap jadi yang paling depan dukung pembentukan provinsi di Pulau Garam ini!
#2 Selain kereta api, ada cara lain menghubungkan 4 kabupaten di Madura
Selain ide pembentukan provinsi, ide reaktivasi kereta api di Madura juga kerap muncul dalam diskusi publik. Entah siapa yang begitu menggebu dengan ide ini. Bagi saya, ini hanyalah ide ngasal yang disimpulkan secara serampangan. Sebab saat ini Madura belum siap dan belum begitu butuh transportasi kereta api.
Lagian jika betul akan direaktivasi, maka konflik perebutan lahan adalah hal yang tidak bisa dihindari. Belum lagi pemerintah harus memastikan proyek ini tidak rugi, dan terutama tidak terbengkalai. Bayangkan, sepadat apa sih pulau Madura sampai-sampai harus mengaktifkan kembali kereta api sebagai sarana transportasi. Yang ada nanti malah jadi proyek gagal.
Lebih baik, pemerintah di 4 kabupaten di Madura bikin saja transportasi umum seperti Trans Jatim. Murah dan bermanfaat sampai sekarang. Bahkan, Trans Jatim sudah menghubungkan 7 kabupaten/kota di Jawa Timur, termasuk Bangkalan. Masyarakat Madura juga pasti lebih mudah beradaptasi. Jangan malah langsung bikin kereta api!
#3 IISP Jawa Timur cuma akan jadi proyek terbengkalai
Pernah denger IISP Jawa Timur? IISP adalah kependekan dari Indonesia Islamic Science Park yang akan dibangun di gerbang masuk masuk Suramadu bagian Madura. Ya, terdengar keren bukan. Tapi saya ramal, itu hanya keren namanya doang. Hasilnya sudah bisa ditebak, pasti jauh dari yang direncanakan.
IISP merupakan proyek besar yang akan dijadikan sebagai pusat wisata religi dan edukasi Islam di Madura, termasuk Indonesia. Bahkan Gubernur Jawa Timur menyebutnya sebagai tempat pembelajaran keilmuan Islam. Katanya, kalau ada OKI (organisasi kerja sama islam) mau berkunjung ke Indonesia, bisalah langsung ditempatkan ke IISP ini.
Konsep yang terdengar wah, tapi dalamnya sangat mentah. Menurut saya, ide proyek IISP ini terlalu panjang lebar dan buang-buang anggaran. Tidak perlu lah sok-sokan mau bikin pusat pendidikan dan keilmuan Islam di Madura. Coba renungkan dulu, Islam di Madura sudah seterbuka dan semaju apa.
Nyatanya, Islam di Madura masih sangat seragam. Jauh dari pembaharuan. Jika ada yang berbeda pandangan sedikit saja, langsung dibilang aliran sesat. Nah, kalian nggak mau kan kalau beneran di sini ada rapat OKI, terus tiba-tiba di luar ada yang demo wahabi.
Pada intinya, yang saya maksud di sini jika pemerintah ingin membangun Madura, jangan dulu fokus pada aspek fisiknya. Percuma kalau kondisi manusianya belum terbangun. Hasilnya, pasti hanya melahirkan konflik.
Cobalah anggaran sebanyak itu jadikan beasiswa pendidikan saja. Atau bantu pembiayaan kampus-kampus Islam di Madura agar benar-benar menjadi pusat studi Islam. Sekali lagi, intinya, bangun manusianya dulu. Kalau manusianya terbangun, jangankan pemerintah, investor pasti juga ikutan nimbrung!
Penulis: Abdur Rohman
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
