3 Rekomendasi Film Perang Korea Selatan yang Greget Abis

3 Rekomendasi Film Perang Korea Selatan yang Greget Abis

3 Rekomendasi Film Perang Korea Selatan yang Greget Abis (Shutterstock.com)

Berita konflik antarnegara yang rame belakangan bikin kita bertanya-tanya: perang itu seperti apa sih? Efeknya kek apa sih buat negara yang lagi berperang?

Pertanyaan itu wajar saja ditanyakan. Tak semua tahu apa itu perang dan mengalami peperangan. Dan saya selalu berharap, tak ada orang yang mengalami perang. Bagi yang masih berkonflik, semoga cepat selesai. Perdamaian, adalah hal yang harus diperjuangkan dan dijaga.

Terlepas dari itu, yuk melipir sejenak ke Negeri Ginseng. Sebagai sebuah negara, Korea Selatan juga mengalami perjalanan panjang untuk tetap berdaulat. Dan Korea pun sempat mengalami masa peperangan.

Menonton film perang dari Korea Selatan cocok buat kamu yang doyan mendalami sejarah negara ini. Apalagi film-film perang berikut didasarkan pada kisah nyata di Korea Selatan sana. Duduk masalah, beragam strategi, negosiasi, nama besar para tokoh, hingga kerugian akibat perang dapat kita lihat dari film-film berikut.

#1 Battle of Jangsari

Battle of Jangsari adalah film garapan sutradara Kwak Kyung Taek dan Kim Tae Hoon, dirilis 2019 lalu. Dasar cerita dari film ini adalah kisah nyata perang saudara antara Korea Selatan dan Korea Utara pada 1950 di Jangsari, Gyeongsang Utara.

Menariknya, ratusan tentara yang dilibatkan dalam perang itu masih tergolong pelajar tanpa pelatihan militer mumpuni. Selain kemampuan bertempur mereka yang nggak proper, amunisi dan senjata juga terbatas. Bisa dikata lebih mirip misi bunuh diri. Namun, alih-alih menyerah, kapten Lee Myung Joon (Kim Myung Min) justru mampu membakar semangat dan menyatukan mereka.

Monumen Jangsari (Shutterstock.com)

Di film ini, kita akan disuguhi potongan cerita dari beberapa tentara. Meskipun termasuk misi ilegal, pertempuran Jangsari seolah menjadi tonggak nasionalisme para pemuda Korea Selatan.

#2 The Fortress

Sebelum melahirkan series fenomenal Squid Game, sutradara Hwang Dong Hyuk telah lebih dulu unjuk gigi dengan film bertema perang The Fortress. Dirilis pada 2017, film ini mengisahkan perjuangan dinasti Joseon pada masa kepemimpinan Raja Injo (Park Hae Il) bertahan dari invasi dinasti Qing.

Ketika pasukan dinasti Qing berhasil menginvasi Joseon dalam waktu lima hari, Raja Injo beserta segenap petinggi pemerintahan mengevakuasi diri ke daerah pegunungan yang dikelilingi benteng, Namhansanseong. Di pegunungan sepanjang 25 km yang membentang di tenggara Seoul inilah, Raja Injo mendirikan ibu kota darurat.

Persembunyian King Injo (Shutterstock.com)

Selain digambarkan sebagai raja yang lemah dan nggak tegas, keputusan raja Injo juga bersumber dari dua penasihat besarnya, Choi Myung Kil (Lee Byung Hun) dan Kim Sang Hun (Kim Yeon Seok). Dalam perang melawan Qing ini, Choi mengajukan negosiasi, sementara Kim bersikeras untuk mempertahankan Joseon melalui perang.

#3 The Admiral: Roaring Currents

The Admiral: Roaring Currents, adalah film perang Korea Selatan favorit saya. Film besutan sutradara Kim Han Min yang dirilis 2014 ini bercerita tentang Battle of Myeongnyang. Perang ini adalah pertempuran angkatan laut Joseon yang dipimpin oleh laksamana Yi Sun-sin (Choi Min Shik) menghadapi serbuan angkatan laut Jepang pada 1597.

Perangnya sendiri sering dikatakan mustahil dimenangkan. Sebab pada saat itu, kapal perang Joseon hanya tersisa 12, sedangkan Jepang mengirim lebih dari 100 kapal. Namun, Yi Sun-sin nggak kehilangan tekad sedikit pun, dan memutar otak mencari strategi terbaik menghadapi pertempuran.

Yi Sun-sin (Shutterstock.com)

Kita akan dibawa pada strategi antara dua pihak yang saling menyudutkan, propaganda ketakutan, hingga taktik perang yang diambil keduanya. Selain olah peran Choi Min Shik yang kharismatik, saya juga dibikin terkesima dengan acting Ryu Seung Ryong yang berperan sebagai Laksamana Gurujima dari Jepang dan Cho Jin Woong sebagai Wakizaka.

Melalui ketiga film di atas, kita dapat melihat gambaran Korea Selatan menghadapi perang dari masa ke masa. Mulai dari era Joseon saat melawan invasi Jepang dan Cina, hingga perang saudara yang pernah pecah di tahun 1950-an.

Dan semua film punya satu pesan implisit yang disampaikan: perang yang baik adalah perang yang tak pernah terjadi.

Penulis: Maria Monasias Nataliani

Editor: Rizky Prasetya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version