Sebagai orang yang berasal dari Magelang dan merantau, saya selalu menemukan kesenangan tersendiri ketika bertemu dengan orang baru. Menyenangkan, sekaligus menantang. Namun, asalkan bisa membantu saya untuk akrab dengan sekitar, tantangan tersebut akan saya gas pol sepenuh hati.
Salah satu tantangannya adalah, bagaimana menghadapi pertanyaan basa-basi. Pertanyaan basa-basi adalah salah satu starterpack wajib ketika bingung mau memulai interaksi dengan orang baru. Bermula dari basa-basi, biasanya pertanyaan akan jadi semakin berkembang dan membantu kita untuk lebih mengenali satu sama lain terutama di perantauan. Dengan spek yang sebenarnya nggak jago-jago amat basa-basi, saya cukup bersyukur ketika bertemu dengan orang baru yang banyak nanya. Ya, lumayan lah saya jadi nggak keki mikirin topik.
Namun, kerap kali saya menemukan satu dua pertanyaan yang menggelitik tentang Magelang dan membuat saya meringis, berikut saya rangkumkan untuk Anda
“Magelangan tuh dari Magelang ya?”
Pertanyaan ini adalah yang paling banyak saya dapatkan ketika orang-orang tahu saya berasal dari Magelang. Dengan berbekal keyakinan diri yang agak sok tau, tegas saya menjawab TIDAK. Memang betul di Magelang terdapat makanan bernama nasi mawut yang memiliki karakteristik hampir sama dengan Magelangan yaitu nasi dan mie digoreng jadi satu. Namun, bisa saya jamin bahwa nasi mawut dan magelangan adalah hal yang berbeda.
Magelangan yang dimaksud oleh orang-orang di sini sudah pasti merujuk pada kuliner burjo yang buka 24 jam. Kendati bahannya sama, tetapi ada sebuah esensi penting yang membedakan nasi mawut dan magelangan yaitu proses pembuatannya. Nasi mawut diracik dengan bumbu dan rempah alami yang ditakar sedemikian rupa oleh juru masaknya. Sedangkan magelangan mengandalkan bumbu micin dan aromatik dari mi instan yang tinggal cemplang-cemplung saja.
“Deket Jogja ya?
Nah untuk pertanyaan kali ini saya agak nano-nano ketika menjawabnya. Sebenarnya, Magelang itu adalah daerah yang besar dengan luas 1.085 KM2. Untuk batas sendiri dia berbatasan dengan Kabupaten Semarang, Boyolali, Purworejo, Temanggung, Wonosobo dan DIY. Jadi untuk menjawab pertanyaan tersebut, ya saya cuma bisa nyengir dan jawab relatif.
Bagi orang-orang yang nggak tahu, pasti di benak mereka Jogja dan Magelang itu dekat. Orang buktinya Rangga dan Cinta aja melancong ke Punthuk Setumbu usai dari Sellie Coffee. Nah, di sinilah tantangan yang harus saya hadapi ketika menjelaskan kondisi geografis Magelang. So far sih ketika dijelaskan, teman-teman yang nanya kedekatan Jogja dan Magelang cuma mangut-mangut aja haha.
“Magelang tuh Jawa Timur nggak sih?”
Dari semua pertanyaan yang pernah masuk di kuping saya, ini yang paling mengocok perut. Magelang tuh di Jawa Timur ga sih? Reaksi saya ketika mendengar pertanyaan ini jelas melongo dan spontan teriak “HAH?”.
Dari 907 Masehi semenjak Magelang didirikan hingga 79 tahun Indonesia Merdeka, perasaan daerah ini nggak pernah pindah tempat. Masih di situ-situ saja. Yah geser dikit palingan kalau ada gempa bumi dan geser banyak ketika ada megathrust.
Setelah saya renungkan dua sampai tiga detik pertanyaan aneh tersebut, baru saya sadar mungkin yang mereka maksud adalah Magetan. Walaupun mirip namanya, Magelang dan Magetan ini jelas beda jauh baik dari aspek geografis maupun astronomis. Dilihat dari aspek budayanya juga jelas berbeda, di Magelang ada gethuk kalau di Magetan ada warung bekicot yang lagi viral. Ada-ada saja hahaha.
Dari yang normal-normal saja hingga yang paling absurd sekalipun, saya selalu menikmati semua interaksi dan meladeni pertanyaan dari kawan-kawan baru saya. Walaupun agak bikin geleng-geleng kepala, interaksi kocak kita bisa membantu kita menemukan momen yang paling berkesan!
Penulis: Julia Nita Sifa Prabarani
Editor: Rizky Prasetya