Jika sebagian besar mahasiswa baru yang diterima di perguruan tinggi di kota lain segera mencari rumah sewaan atau kamar kos, saya tidak demikian. Kebijakan kampus yang menerima saya membuat peraturan bahwa saya dan teman-teman seangkatan diharuskan tinggal setahun di asrama mahasiswa dan mengikuti kegiatan masa pengenalan kampus sampai semester dua usai.
Sebelum mulai masuk asrama mahasiswa, saya mendapat cerita dari beberapa alumni yang bikin saya menaikkan alis. Kata mereka, tiap kamar di asrama akan diisi empat mahasiswa dari empat orang daerah yang berbeda. Awalnya menurut saya ini sistem yang seram, tapi ternyata tidak. Pertama kali saya bertemu dengan tiga teman dari berbagai daerah dengan kepribadian dan bahasa yang berbeda, saya jadi bersyukur bisa mengenal Indonesia yang luas. Saya belajar banyak hal baru dan mempelajari kebudayaan baru.
Singkatnya, ada banyak hal yang mengasyikan saat tinggal di asrama mahasiswa bersama dengan teman-teman baru. Namun, tidak sedikit keluhan saya saat harus berbagi kamar dengan orang lain.
#1 Cara belajar yang berbeda
Saya termasuk tipe orang yang tidak bisa fokus belajar saat mendengar musik ataupun suara-suara lain yang mengganggu. Namun, salah satu teman saya yang harus belajar sambil diiringi musik klasik yang ia setel dari laptop. Hal itu membuat saya harus putar otak memikirkan cara membagi waktu belajar saya dengannya agar sama-sama menguntungkan. Akhirnya saya memutuskan belajar saat dia tidak ada di kamar atau jika mendesak, saya keluar dari kamar dan belajar di koridor hingga larut malam.
Tetapi ada kalanya saya kehilangan kesabaran hingga menegurnya pelan-pelan agar ia tidak tersinggung. Yang pada akhirnya justru dia yang keluar kamar karena merasa ngantuk saat berada di kamar yang tidak ada musiknya. Hahaha.
#2 Persoalan lampu dinyalakan atau dimatikan
Ini juga merupakan salah satu hal yang penting ketika ada empat orang dengan latar belakang kehidupan yang berbeda harus tinggal satu kamar. Dua orang teman kamar saya juga tidak bisa tidur jika lampu dimatikan. Sedangkan satu teman yang lain harus mematikan lampu karena menurutnya sinar lampu menyilaukan mata yang hendak tidur.
Alhasil, baru hari pertama kami berempat sudah kebingungan. Bahkan ada yang tidak bisa tidur sampai pagi karena tidak terbiasa dengan perubahan ini. Tapi untungnya untuk permasalahan ini, saya bisa tidur di kedua opsi, yaitu pada saat lampu menyala ataupun keadaan gelap.
Sepanjang minggu pertama kami sempat adu argumen. Belakangan, salah satu dari kami memberi ide jika kedua teman saya yang harus tidur dengan lampu menyala ini sebaiknya tidur duluan dan sisanya menyusul. Jadi mereka bisa tidur saat lampu menyala dan sisanya bisa mematikan lampu saat yang lain sudah tertidur.
#3 Masalah kebersihan
Masalah krusial satu ini sering kali menjadi penyebab utama pertengkaran teman sekamar. Ada orang yang sangat bersih dan rapi karena sudah kebiasaannya di rumah. Tetapi ada juga yang malas bersih-bersih bahkan untuk buang sampah pun tidak mau. Nah, biasanya teman saya yang sangat rajin ini menulis pesan di dinding kamar agar yang lain tidak lupa membuang sampah pribadinya sesegera mungkin. Jika ada yang lupa, biasanya si rajin ini akan menegur agar menjaga kebersihan.
Saya sih tidak masalah ditegur karena berkat teman yang bersih ini, kamar jadi terasa enak. Tidak ada bau sampah dan nyamuk yang berkeliaran. Mungkin karena kebiasaan ini juga, saya yang biasanya jarang membereskan tempat tidur jadi sering beres-beres. Soalnya saya malu melihat teman-teman yang lain kasurnya rapi-rapi dan bersih-bersih.
Itulah tiga kegelisahan yang sering saya alami selama tinggal di asrama mahasiswa. Sebenarnya masih banyak hal lain di luar itu, seperti adu argumen tentang piket gedung asrama, masalah pembayaran air mineral, bahkan hal-hal mistis yang terjadi di kamar. Namun, dari semua kegelisahan itu, saya lebih banyak mengalami hal yang menyenangkan selama satu tahun tinggal di asrama mahasiswa.
BACA JUGA Pengalaman Saya Menjadi Pegawai Pondok yang Upahnya Jauh di Bawah Penjaga Outlet Thai Tea dan tulisan Aisyah Nabilla lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.