3 Kuliner Solo yang Kurang Cocok di Lidah Wisatawan

3 Kuliner Solo yang Kurang Cocok di Lidah Wisatawan

3 Kuliner Solo yang Kurang Cocok di Lidah Wisatawan (unsplash.com)

Ngomongin soal makanan, Solo menjadi salah satu kota budaya yang sangat kaya akan tradisi dan kuliner. Kota ini memiliki berbagai makanan khas yang tentunya membuat banyak orang tertarik untuk mencobanya.

Tapi tak bisa dimungkiri bahwa setiap orang memiliki selera yang berbeda-beda, terutama bagi wisatawan yang berasal dari luar Solo. Mereka yang datang ke Solo memang tidak atau belum terbiasa dengan kuliner di sini. Kali ini saya akan membagikan 3 kuliner Solo yang rasanya kurang cocok di lidah wisatawan.

#1 Beberapa wisatawan dan pendatang merasa kurang cocok dengan cita rasa tengkleng

Kuliner pertama adalah tengkleng. Tengkleng adalah salah satu dari sekian banyak makanan yang terkenal di Kota Solo. Rasanya tidak afdal jika kita jalan-jalan ke Solo tanpa mencoba kuliner satu ini. Tengkleng adalah hidangan berkuah dengan kombinasi tulang belulang dan daging kambing atau sapi. Tapi beberapa warung makan di sini juga menyediakan tengkleng dengan jeroan.

Teman kuliah saya yang berasal dari luar Solo merasa kurang cocok dengan rasa kuliner satu ini. Sebab, tengkleng kadang bisa berbau prengus sedikit. Waktu saya pertama kali mencicipi makanan ini, saya merasa enak-enak saja, bahkan rasanya cenderung gurih dan berempah. Tapi beberapa kawan justru merasa kurang cocok dengan kuliner ini.

Baca halaman selanjutnya: Selat solo…

#2 Kuliner yang kurang cocok di lidah karena terlalu manis adalah selat solo

Kuliner lainnya yang terkenal di Solo adalah selat solo. Makanan satu ini juga wajib sekali dicicipi apabila berkunjung ke sini. Selat solo berbahan dasar daging sapi, kentang, dan sayuran seperti buncis, wortel, tomat, selada, mentimun, kembang kol atau brokoli yang kemudian disajikan dengan kuah manis encer khas Jawa.

Beberapa teman dan saya sendiri yang tidak pernah mencicipi selat solo sebelumnya merasa kuliner ini memang agak kurang cocok di lidah. Alasannya karena kuahnya yang terasa manis dan daging seperti galantin yang terasa unik dari makanan yang biasanya kami makan.

#3 Penampakannya yang sederhana dan aroma saus wijen yang kuat membuat cabuk rambak kurang diminati wisatawan

Cabuk rambak adalah kuliner unik dari Solo. Hidangan ini hanya terdiri dari beberapa elemen sederhana, yakni ketupat yang dipotong kecil-kecil lalu disajikan dengan saus atau sambal wijen khas dan kerupuk karak atau biasa disebut juga kerupuk nasi. Biasanya cabuk rambak disajikan dengan wadah yang terbuat dari daun pisang.

Kuliner satu ini biasanya bisa ditemukan di pasar-pasar tradisional di Kota Batik. Harganya terjangkau sehingga jadi salah satu menu sarapan atau camilan favorit warga Solo.

Akan tetapi para wisatawan atau pendatang yang baru pertama kali mencicipi hidangan ini biasanya kurang cocok dengan cabuk rambak. Sebab, porsinya kecil dan sederhana. Selain itu, aroma wijen dari sausnya cukup kuat sehingga banyak orang yang merasa kurang suka dengan makanan ini.

Itulah tiga kuliner Solo yang kurang cocok di lidah wisatawan. Tapi semua balik lagi ke selera masing-masing karena kecocokan lidah terhadap suatu makanan berbeda-beda. Tulisan ini merupakan pengalaman saya dan teman-teman pendatang dari luar Solo. Bukan berarti ketiga makanan di atas tidak enak, sebab ada juga yang menyukainya.

Bagi para wisatawan, saran saya, tidak ada salahnya jika kalian ingin mencicipi ketiga kuliner di atas sembari jalan-jalan di Kota Batik. Siapa tahu rasanya cocok di lidah kalian. Sebenarnya masih banyak juga kok makanan khas yang memiliki cita rasa enak.

Penulis: Abdullah Bulkhoir
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 5 Kuliner Khas Solo yang Terancam Punah.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version