Saya kira semua sego pecel di dunia ini sama. Berisi nasi yang ditumpangi kulupan (sayur rebus) dengan sambal kacang beraroma daun jeruk dan kencur serta peyek yang kemremes. Namun saya keliru, tiap daerah punya sego pecel dengan kearifan lokalnya masing-masing, misalnya saja sego pecel tumpang Kertosono.
Setelah menikah dengan orang Kertosono dan saben pagi sarapan sego pecel, saya merasakan sensasi unik yang dihasilkan oleh perpaduan sambal kacang dengan sambal tumpang berbahan tempe medem/semangit (tempe kemarin yang hampir busuk). Awalnya saya memang ragu untuk mencoba kuliner satu ini. Sebagai orang yang masuk dalam kategori sulit mencoba hal baru termasuk perkara makanan, tentu butuh keberanian bagi saya untuk mencoba makanan yang sepintas terlihat letrek-letrek ini. Setelah saya coba, eh, kok enak.
Jika suatu hari nanti kalian melintas di Kota Kertosono, kalian bakal melihat deretan penjual sego pecel tumpang. Sego pecel tumpang memang ikonik di Kertosono, seolah ini jadi menu wajib untuk sarapan, makan siang, makan malam, atau yasinan. Maka tak heran jika banyak warung yang menjual menu satu ini ramai dikunjungi pembeli. Selain rasanya yang lezat, sego pecel tumpang Kertosono punya keunggulan yang nggak dimiliki sego pecel dari daerah lain.
#1 Sambal tumpang yang khas
Pada umumnya, pecel adalah kulupan yang disiram dengan sambal berbahan kacang, cabe, daun jeruk, kencur, garam dan gula. Namun, sego pecel di Kertosono agak sedikit berbeda. Di sini selain disiram dengan kacang, pecel akan disiram juga dengan sambal tumpang.
Konon, sambal tumpang sudah ada sejak zaman kerajaan nusantara. Menurut sejarawan kuliner Jawa, Heri Priyatmoko, sambal tumpang merupakan salah satu panganan khas Indonesia yang bahkan tertuang dalam Serat Centhini 1814-1823.
Sambal berbahan dasar tempe medem dan santan ini rasanya unik. Ada sensasi rasa gurih dengan aroma khas perpaduan tempe bosok dan daun salam. Tentu saja rasa ini adalah rasa yang tak pernah hilang seperti kamu. Iya, kamu orang Kertosono.
Sambal pecel yang dominan pedas dan asin bercampur dengan sambal tumpang gurih memang merupakan perkawinan syahdu yang melahirkan cita rasa unik pada lidah. Sekali coba mungkin akan terasa asing. Dua kali coba mulai bisa memahaminya. Selanjutnya kalian akan menerima apa adanya dengan adanya apa. Bahkan rindu jika tak berjumpa. Eaaa.
#2 Toping yang melimpah
Percayalah, hanya sego pecel tumpang di Kertosono yang punya toping melimpah. Sak umbruk peyek akan menutupi sego pecel yang akan kalian santap. Penjual pecel di Kertosono memang tak pernah hitung-hitungan kalau soal ngasih peyek. Meski sekarang harga minyak goreng seperti tanjakan cinta di Semeru (naik, naik, dan naik ra umum), namun pemberian peyek masih saja sak umbruk.
Setelah saya menjelajahi seantero Jawa Timur dalam misi perpecelan, hanya penjual pecel di Kertosono yang akan memberi peyek begitu banyak. Beberapa daerah lain bahkan mengharuskan pembeli merogoh kocek lagi jika pengin tambahan peyek. Namun, itu nggak berlaku di Kertosono. Bahkan saat sego pecelmu sudah kandas, peyekmu masih akan tersisa.
Selain peyek yang melimpah, sego pecel tumpang Kertosono punya lauk tambahan seperti aneka gorengan (tahu, tempe, telur) dan sate-satean seperti sate telur puyuh, sate cecek, sate jeroan, sate ayam, dan sate kol yang jadi favorit saya. Lauk tambahan ini akan disusun dalam etalase atau nampan yang dijejer. Oh iya, aneka lauk tambahan ini hukumnya sunnah, jadi nggak ngambil pun nggak jadi soal.
#3 Penyajiannya unik
Keunggulan terakhir dari sego pecel tumpang Kertosono adalah penyajiannya yang unik. Jika makan di tempat, sego pecel bakal dipincuk dengan daun pisang. Jika dibawa pulang, sego pecel dibungkus koran atau kertas minyak yang diberi alas daun pisang. Selain itu, ada taburan sayuran mentah seperti mentimun, kemangi, lamtoro, dan daun beluntas muda di atas sambalnya. Sungguh perpaduan yang segar dan menggoyang lidah. Nggak semua daerah menyajikan pecelnya dengan cara serupa, lho.
Itulah 3 kelebihan sego pecel tumpang Kertosono dibanding dengan sego pecel lainnya. Dengan segala keunggulannya, kuliner satu ini sangat direkomendasikan untuk dicicipi. The real food, deh. Nggak percaya? Yuk, sini ke Kertosono.
Sumber Gambar: Malikpb via Wikimedia Commons
Editor: Intan Ekapratiwi