Setelah jadi penikmat anime selama tiga tahun lamanya, jam terbang saya terbilang sudah cukup banyak dalam hal menonton anime. Setidaknya ada 150 lebih judul anime yang sudah saya tonton, dan beberapa judul yang saya baca novel serta manga-nya. Nyatanya, tidak semua karakter dalam anime digambarkan sebagai sosok yang overpower dan berguna, ada juga karakter yang cuma jadi beban.
Karakter beban, maksudnya gimana? Gini, coba kalian berselancar di medsos dan nyari meme tentang Sakura Haruno. Iya, saya tau kalau dia ninja medis nomor satu di Konoha dan mungkin seluruh negara ninja di Naruto. Tapi, sebelum dia meraih predikat itu, kebanyakan dia (katanya) hanya nongol buat bucin dan jadi beban. Bahkan ada yang bikin meme kalau Kuchiyose no jutsu milik Sakura ada dua jenis, yang satu keluar Katsuyu, yang satunya lagi keluarnya Naruto. Nah, karakter beban itu kira-kira kek gitu.
Kalau kebetulan bertemu karakter yang begini, saya harus menahan diri untuk tidak misuh–misuh saat menonton anime-nya. Lagi pula aneh juga kalau geregetan sendiri di hadapan layar.
Berikut ini beberapa karakter useless yang sukses membuat saya misuh-misuh di hadapan layar walaupun saya sudah mencoba menahan diri.
Kohaku, InuYasha
Bagi pecinta anime sejak zaman dahulu, pasti sudah tidak asing dengan anime bergenre reverse isekai yang satu ini. Bagi saya, InuYasha adalah serial terbaik yang pernah saya tonton. Kohaku sendiri adalah adik kandung dari Sango, salah satu anggota geng Inuyasha. Kohaku dibunuh, dihidupkan kembali, dimanipulasi kemudian dijadikan boneka oleh sang villain, Naraku.
Yang bikin saya gemas adalah Kohaku ini lemah mental. Padahal kan dia laki-laki. Saya mengerti dia merasa berdosa karena telah membunuh ayah serta pasukan pemburu siluman lainnya, tapi kan itu karena dia dimanipulasi. Selama dia dijadikan boneka, dia membuat Sango tidak berhenti mengkhawatirkannya, yang pada akhirnya membuat Sango lalai saat sedang bertarung.
Dan tak jarang Kohaku muncul di hadapannya sebagai seorang musuh yang membuat luka hati Sango melebar dan menjadikan hal tersebut sebagai titik lemah Sango dalam pertempuran. Dan lagi, Kohaku nggak bisa hidup tanpa pecahan bola suci Shikon. Kalau pecahannya terlepas, dia bakal mati. Kalau pecahannya ditempelin lagi di tengkuknya, dia bakal hidup lagi. Ah, sudah jadi beban untuk Sango, nyawanya bisa pulang-pergi pula, ribetnya.
Emilia, Re:zero kara Hajimeru Isekai Seikatsu
Serial bergenre dunia lain ini terkenal akan keunikannya. Di cerita bergenre yang sama, biasanya tokoh utama yang tertransfer ke dunia lain itu diberkati kemampuan yang berlebihan. Sedangkan di cerita ini, Subaru Natsuki, si tokoh utama hanya diberi kekuatan untuk bangkit dari kematian. Dan karakter beban yang ada di serial ini adalah Emilia, si heroine alias karakter utama perempuan yang berhasil membuat Subaru jatuh cinta.
Saya itu paling geregetan kalau melihat karakter perempuan yang hobinya ngerepotin. Nggak ada emansipasinya sama sekali gitu. Dan Emilia adalah perwujudan ideal dari hal tersebut. Bagaimana nggak beban, dia ini manja dan cuma bisa merengek. Saya jadi heran kenapa Subaru bisa jatuh cinta dengannya, padahal Rem lebih baik daripada Emilia.
Dari awal sampai akhir cerita, pengorbanan yang dilakukan Subaru semata-mata hanya untuk melindungi Emilia. Untung sekaligus sialnya, Subaru bisa bangkit dari kematian. Dari yang saya baca dan tonton dari novel dan anime-nya, sudah terlalu banyak Subaru depresi demi menyelamatkan Emilia. Subaru juga mengorbankan perasaan Rem, perempuan yang jatuh cinta padanya, demi fokus menyelamatkan Emilia. Selama menonton anime ini, saya gemas bukan main menghadapi kenyataan betapa useless-nya Emilia.
Eren Yeager, Shingeki no Kyojin
Tanpa perlu saya ceritakan latar ceritanya, para penikmat anime pasti sudah nggak asing lagi dengan anime yang satu ini. Saya yakin Eren itu beban. Setelah saya mengatakan begini, bisa-bisa saya dihujat sama para pendukung Faksi Yeager. Bagaimana nggak beban, Eren itu egois, kekanakan, hobi teriak, dan semua kemauannya harus dituruti.
Cuma karena kebetulan dia jadi pemeran utama, mau nggak mau ceritanya harus mengalir bersandingan dengan penokohannya. Eren juga keseringan diculik. Dan tiap kali dia diculik, Pasukan Survey Corps harus mengorbankan puluhan orang untuk menyelamatkannya. Bahkan setelah dia mampu mengendalikan kekuatan titan yang dimilikinya dengan sepenuhnya, dia tetap dan malah semakin menjadi beban pikiran untuk teman-temannya.
Dan di rencana Rumbling yang sudah setengah jalan, lagi-lagi Eren nggak mau mendengarkan pendapat teman-temannya. Bagi beberapa orang, keputusan Rumbling Eren adalah keputusan yang tepat. Tapi, di mata saya, keputusan itu cuma kepuasan dan keserakahan Eren semata. Makanya dia itu beban. Sayang banget, padahal dia karakter utama.
Sumber gambar: Twitter Simptodoroki.
BACA JUGA Plis deh, Stop Jadi Dokter dan Apoteker Dadakan! dan tulisan Vivi Wasriani lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.