Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

3 Hal yang Bikin Saya Nggak Malu Mengaku sebagai Warga Gunungkidul

Umi Hartati oleh Umi Hartati
13 Oktober 2024
A A
3 Hal yang Bikin Saya Nggak Malu Mengaku sebagai Warga Gunungkidul

3 Hal yang Bikin Saya Nggak Malu Mengaku sebagai Warga Gunungkidul (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Dulu saya sering malu kalau ditanya asalnya dari mana. Bukan tanpa alasan. Kalau mengaku dari Gunungkidul, pasti banyak yang mem-bully. Soalnya kata orang-orang Gunungkidul susah air, jalannya seperti mau ke kayangan, dan predikat “ndeso” sangat melekat pada kami sebagai warga asli Gunungkidul.

Akan tetapi kini saya bangga menjadi anak kampung sini alias akamsi Gunungkidul. Tak ada lagi yang membuat saya malu mengaku sebagai warga Gunungkidul karena 3 hal berikut ini.

#1 Gunungkidul nggak susah air lagi

Sebagai generasi 90-an, perihal susah air nggak asing lagi bagi saya. Dulu, waktu saya masih kecil, di rumah ada sumur. Tapi sumur itu hanya terisi air saat musim hujan. Di musim kemarau, sumurnya kering kerontang. Alhasil bapak saya harus berupaya ekstra agar kebutuhan air keluarga kami tercukupi. Kalau bapak sedang punya rezeki lebih, biasanya beliau akan membeli air lewat mobil tangki.

Akan tetapi kalau kebutuhan sedang banyak, bapak harus putar otak lagi. Dulu, bapak saya punya mobil pick-up dan beberapa jeriken air. Tiap sore bapak mengajak ibu dan kami anak-anaknya ke sumur bor. Kebetulan tak jauh dari tempat tinggal kami di Paliyan Gunungkidul, ada sumur bor yang airnya digunakan untuk mengaliri sawah.

Ibu akan sekalian membawa baju-baju kotor kami untuk dicuci di sana, sementara bapak akan mengisi jeriken-jeriken air yang nantinya akan kami gunakan untuk kebutuhan mandi dan lainnya selama 1-2 hari ke depan. Saya dan kakak-kakak biasanya mandi dan bermain air di sana. Tak jarang juga kami mencuci pakaian dan mandi di sungai. Pengalaman yang cukup seru sebenarnya, tapi saya tak ingin mewariskan hal itu pada anak cucu saya.

Waktu berlalu, masa susah itu pun telah lewat. Kini, mau mandi 10 kali sehari pun mudah saja. Mau menyiram tanaman sekebon hal yang kecil. Air melimpah di mana pun. Bukan tanpa sebab, PDAM kini sudah menjangkau hampir seluruh wilayah di Gunungkidul.

Tak hanya itu, di wilayah Paliyan tempat tinggal orang tua saya, ada warga yang membuat sumur bor pribadi, lalu airnya dialirkan ke lingkungan sekitar. Stigma bahwa Gunungkidul susah air rasanya sudah nggak pantas lagi disematkan.

#2 Predikat “ndeso” sudah lewat karena hidup di sini semakin mudah

Saya ingat betul, waktu SMP, hanya teman-teman saya dari kalangan atas yang mampu bimbel. Sedangkan anak yang terlahir dari orang tua pas-pasan seperti saya ini cukup mengandalkan pendalaman materi tambahan yang disediakan sekolah.

Baca Juga:

3 Tempat Wisata Gunungkidul yang Layak Dikunjungi Berkali-kali

Kasihan Solo, Selalu Dibandingkan dengan Jogja, padahal Perbandingannya Kerap Tidak Adil!

Namun kalau dilihat kini bimbel menjamur di mana-mana. Tak hanya kalangan elite, kaum ngirit pun dapat memasukkan anaknya ke berbagai bimbel. Tentu ini menjadi sinyal bahwa pendidikan bisa dinikmati dengan mudah di Gunungkidul.

Tak hanya itu, hal-hal yang dulu nggak pernah saya bayangkan bakal ada di Gunungkidul, ternyata biasa ada di sini. Pamela, misalnya. Supermarket ini masuk Bumi Handayani pada tahun 2018 silam. Pamela lalu disusul Alfamidi yang eksistensinya juga mulai naik.

Kafe-kafe yang dulu hanya bisa saya lihat di TV, kini sudah menjamur jadi tempat nongkrongnya orang Gunungkidul. Penginapan mulai dari yang sederhana sampai hotel berbintang pun tersedia. Jadi, label “ndeso” sepertinya sudah nggak cocok lagi disematkan untuk Gunungkidul.

#3 Berkembang mengikuti zaman tapi nggak lupa tradisi

Setuju dong kalau Gunungkidul itu sekarang berkembang banget? Meski begitu, warga sini nggak lupa sama tradisi. Buktinya, rasulan atau kegiatan bersih desa yang dilaksanakan setiap musim panen masih lestari. Tontonan wayang dan jathilan masih digemari, baik oleh orang tua hingga anak usia dini.

Hidup di Gunungkidul juga serasa work-social balance. Banyak tempat kerja mengizinkan karyawannya izin atau ganti shift jika ada tetangga dekat ewuh (hajatan) dan harus menjadi sinoman. Kalau desanya sedang rasulan, teman-teman kantor datang ke rumah untuk sekadar mencicipi peyek khas rasulan atau jangan lombok (sayur cabai). Jadi, meskipun berkembang seiring kemajuan zaman, kita tak akan pernah merasa asing hidup di Gunungkidul, karena kehidupan sosialnya juga ikut berkembang.

Nah, itulah tiga hal yang membuat saya nyaman dan bangga dengan Gunungkidul. Semoga perkembangan kabupaten ini semakin pesat, hidup warganya semakin nikmat, dan persaudaraannya semakin erat.

Penulis: Umi Hartati
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Seni Memahami Warga Gunungkidul bagi Pengusaha supaya Bisnisnya Nggak Gulung Tikar.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 13 Oktober 2024 oleh

Tags: Gunungkidul
Umi Hartati

Umi Hartati

Menulis adalah jejak hidup.

ArtikelTerkait

Pantai Gesing Gunungkidul, Tempat Terbaik buat Healing dan Berburu Ikan Segar yang Kini Tinggal Kenangan

Pantai Gesing Gunungkidul, Tempat Terbaik buat Healing dan Berburu Ikan Segar yang Kini Tinggal Kenangan

20 Oktober 2024
Gaduh Ikon Gunungkidul dan Pembangunan Tugu Tobong Gamping yang Ngadi-ngadi

Gaduh Ikon Gunungkidul dan Pembangunan Tugu Tobong Gamping yang Ngadi-ngadi

20 April 2022
5 Bakmi Jawa khas Gunungkidul yang Otentik dan Mantap Terminal Mojok

5 Bakmi Jawa khas Gunungkidul yang Autentik dan Mantap

9 April 2022
3 Alasan Orang Kota Jogja Lebih Suka Piknik ke Gunungkidul dibandingkan Kulon Progo

3 Alasan Orang Kota Jogja Lebih Suka Piknik ke Gunungkidul dibandingkan Kulon Progo

23 November 2024
Kawasan Bukit Patuk Gunungkidul: Jalur yang Memanjakan Mata sekaligus Sumber Derita Para Pengendara imogiri alun-alun gunungkidul

Membayangkan Wajah Alun-Alun Gunungkidul Tanpa PKL: Cuma Bakal Jadi “Kuburan” di Tengah Kota

15 Mei 2025
Rasulan Gunungkidul: Tradisi Baik yang Berubah Jadi Ajang Adu Gengsi

Rasulan Gunungkidul: Tradisi Baik yang Berubah Jadi Ajang Adu Gengsi

17 Maret 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.