Sudah banyak tulisan tentang dosa Pertashop dan Pom Mini di Terminal Mojok. Saya menemukan satu hal menarik, yaitu hampir semua tulisan terkait itu selalu ramai. Saya sendiri hendak berbagi pengalaman, tentang “dosa” yang terjadi di SPBU Pertamina. Sangat mungkin terjadi pembaca sudah merasakan kejengkelan yang sama.
Sebagai catatan, tiga dosa di SPBU Pertamina ini saya rasakan secara langsung. Jujur, kejadian seperti tidak hanya terjadi di satu tempat. Beberapa kali saya merasakannya di tempat yang berbeda. Oleh sebab itu, bagi perwakilan Pertamina yang kebetulan membaca, anggap saja tulisan ini sebagai masukan dari pelanggan setia.
Daftar Isi
#1 Operator SPBU Pertamina yang tidak bijak
Pengalaman nggak asik ini terjadi di sebuah SPBU Pertamina di daerah Sleman, DIY. SPBU ini cukup luas dengan jalan raya yang sangat ramai. Apalagi di jam pulang kerja.
Sore itu mendung menggelayut di langit Sleman. Langit memang gelap, tapi hawa jadi gerah dan panas karena sinar matahari masih bisa menerobos awan. Saya merasakan sendiri betapa pengendara motor selalu jadi tergesa-gesa begitu langit makin mendung. Kalau saya sendiri lebih takut kehabisan bensin ketimbang kehujanan. Maka, ketika bar bensin tinggal satu, saya belokkan motor masuk ke SPBU Pertamina itu.
Antrean di bagian motor lumayan panjang. Manajemen SPBU Pertamina itu menyatukan penjualan Pertamax dan Pertalite di satu mesin. Sementara itu, mereka menggunakan mesin di sebelahnya untuk melayani mobil. Sebuah pemandangan membuat saya jengkel.
Iya, saya tahu, operator di sana pasti bekerja dengan SOP manajemen. Namun, kenapa terlalu saklek, sih? Kalau antrean motor sudah mengular, bagian belakang antrean sudah menyentuh aspal jalan raya, hendaknya jumlah operator ditambah untuk sementara. Jangan hanya satu.
Masalahnya, antrean di bagian mobil cuma ada dua saja. Operator yang melayani ada dua juga. Sementara itu, di bagian motor hanya satu.
Pengendara mobil pasti maklum kalau hanya ada satu operator SPBU Pertamina yang melayani. Apalagi kalau melihat antrean yang sudah mengular. Untungnya hujan tidak jadi turun. Bayangkan kalau harus hujan-hujanan mengantre bensin. Nggak asik banget.
#2 Sibuk dengan pemutar musik dan speaker
Masih di SPBU Pertamina yang sama, pemandangan lain membuat saya jengkel. Jadi, salah satu operator yang melayani di bagian mobil menghampiri temannya di bagian motor. Saya sudah lega karena mengira dia akan membantu melayani pelanggan. Namun, dugaan saya salah.
Dia berjalan dengan santai menuju sebelah mesin. Bukannya ikut menuangkan bensin, ternyata dia menuju ke sebuah kursi. Di atas kursi itu ada sebuah kardus, di mana ada sebuah pemutar musik dan speaker di sana. Ternyata, si operator ini mengganti lagu dan membetulkan letak speaker. Mantap jiwa!
Saya langsung mempertanyakan prioritasnya dalam bekerja. Iya, kalau antrean cuma dua atau tiga motor, kamu bisa santai. Namun, antrean panjang di depan mata dan mereka lebih khawatir soal lagu koplo mana yang sebaiknya didengarkan di sore yang mendung nan gerah. Gokil.
#3 Operator SPBU Pertamina yang (mungkin) pendiam
Hati saya sudah jengkel ketika sampai di depan operator yang akan melayani saya. Akhirnya bisa beli bensin.
Lantaran, mungkin, sudah jutaan kali mengisi bensin di SPBU Pertamina, telinga saya secara refleks menunggu operator untuk bilang, “Mulai dari nol, ya.” Namun, di sore yang gerah itu, yang masuk ke telinga saya hanya lagu koplo dari speaker sialan itu dan ramai deru kendaraan di jalan raya. Tidak ada sapaan yang terdengar akrab itu.
Oke, mungkin si operator yang mengenakan masker itu pendiam. Namun, kalau mereka tengah menjalankan SOP, dengan menempatkan dua operator di antrean mobil padahal sepi, kenapa si pendiam ini tidak taat SOP? Kalau begitu namanya nggak seimbang, dong. Kalau mau main SOP ya harus rata. Itu namanya adil.
Akhir kata, SOP kerja itu penting untuk ditaati. Namun, ada kalanya empati dan keluwesan dalam bekerja itu jauh lebih penting. Kalau antrean panjang, ya segera bikin keputusan yang menyenangkan untuk pelanggan. Jangan cuek dan asik sendiri ya, operator SPBU Pertamina.
Salam dari pelanggan setia karena di Jogja hanya ada mereka.
Penulis: Yamadipati Seno
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA 5 Dosa Operator Pertashop yang Membuat Lapak Mereka Sepi