3 Penderitaan Punya Rumah Dekat Sawah yang Nggak Disadari Kebanyakan Orang Kota

3 Penderitaan Punya Rumah Dekat Sawah yang Nggak Disadari Kebanyakan Orang Kota Mojok.co

3 Penderitaan Punya Rumah Dekat Sawah yang Nggak Disadari Kebanyakan Orang Kota (unsplash.com)

Semakin banyak orang, terutama orang-orang perkotaan, menginginkan rumah dekat sawah. Alasannya beragam, mulai dari terlihat estetik, suasana yang mendukung untuk healing, hingga ogah berdekatan dengan tetangga. Apapun alasannya, sah-sah saja berkeinginan punya rumah “mewah” alias mepet sawah. Hanya saja, sebagai orang yang pernah tinggal di dekat sawah, saya cuma mau mengingatkan satu hal: rumah “mewah” itu banyak tantangannya.

Dahulu saya pernah punya rumah yang berdiri di atas lahan bekas sawah. Kawasan sekitar rumah masih jadi persawahan aktif. Awalnya punya rumah “mewah” memang sesuai dengan bayangan kebanyakan orang, sehari-hari terasa seperti healing hingga berbagai penderitaan menghampiri.  

#1 Air sumur rumah dekat sawah sering bau lumpur

Salah satu tantangan memiliki rumah dekat sawah adalah air sumur yang sering bau lumpur. Selain bau lumpur, air sumur juga kerap berwarna keruh. Padahal, seperti yang kita tahu, air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk hidup. Itu mengapa sumber air kerap jadi pertimbangan penting ketika memilih hunian. 

Di rumah saya dahulu, air konsumsi dibedakan dengan air kebutuhan sehari-hari. Air untuk konsumsi seperti memasak dan minum menggunakan air minum dalam kemasan (AMDK) isi ulang. Sementara, air sumur digunakan hanya untuk mencuci dan mandi. Untung saja saya dan keluarga tidak punya persoalan kulit sensitif sehingga masih bisa menggunakan air sumur untuk kebutuhan sehari-hari. Ada tetangga saya yang gatal-gatal dan iritasi karena menggunakan air sumur. Akhirnya, tetangga saya ini memutuskan pindah rumah karena sudah tidak sanggup lagi dengan air sumur yang berbau dan keruh ini.

Sebenarnya, persoalan sumber air bersih itu bisa teratasi kalau rumah dialiri PDAM. Hanya saja, untuk kasus rumah “mewah” saya dahulu, PDAM sulit diakses.  

Baca halaman selanjutnya: #2 Banyak hewan …

#2 Banyak hewan “nyasar” ke rumah

Kekurangan dari rumah dekat sawah yang cukup meresahkan adalah kedatangan “tamu-tamu” dari sawah. Setiap hari ada saja hewan yang masuk rumah, entah itu berbagai jenis serangga hingga reptil. 

Itu mengapa punya hunian pinggir sawah harus selalu awas dan rajin bersih-bersih. Ceroboh sedikit saja, bukan tidak mungkin di bawah kasur ada kalajengking, kelabang, bahkan ular sawah. Ular sawah masih agak mending ya, gudang tetangga saya pernah jadi tempat beranak pinak ular kobra. Ngeri-ngeri sedap kalau sudah seperti ini. 

Kebanyakan orang yang punya rumah dekat sawah sebenarnya sudah menyadari risiko ini, hanya saja lama kelamaan lelah juga kalau harus selalu waspada dan mengusirnya. 

#3 Rumah kurang kokoh

Saya kurang paham dengan daerah lain, hanya saja, di kawasan sekitar rumah saya, banyak bangunan dekat sawah itu kurang kokoh. Mungkin karena tanahnya sekitar sawah rawan bergerak terkena air hujan atau faktor lainnya ya sehingga bangunannya sering miring, bahkan roboh. Kalaupun tidak roboh, rata-rata dindingnya mengalami keretakan parah.

Tetangga saya yang kebetulan rumahnya pinggir sawah yang ditanami padi, sudah tiga kali pondasi bangunanya roboh. Awalnya saya juga heran, kok pagar dan pondasinya bisa ambruk separah itu. Setelah saya amati rumah lain, bangunan dekat sawah kebanyakan nggak beres.  

Di atas beberapa penderitaan rumah dekat sawah yang saya dan banyak tetangga alami. Di saat tertentu, terutama saat musim panen ketika padi mulai menguning, penghuni rumah “mewah” memang dimanjakan dengan pemandangan indah. Namun, di balik itu banyak tantangan yang harus dihadapi. Itu mengapa, wahai kalian orang kota, pertimbangkan baik-baik sebelum memiliki rumah pinggir sawah ya. 

Penulis: Reni Soengkunie
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Seandainya Bau Badan Karakter di Serial Upin Ipin Bisa Tercium, Mungkin Akan seperti Ini

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version