Di antara medium karya, puisi menjadi alternatif di antara beragam novel, cerpen, prosa, maupun komik. Kesukaan saya pada puisi tumbuh semenjak kelas empat bangku sekolah dasar. Puisi pertama saya bertajuk ibu selesai di masa itu. Pun saya sempat mendatangi sebuah event pembacaan puisi oleh seorang sastrawan di kota Bengawan, yang saat itu benar-benar membuat saya terkagum-kagum.
Setelahnya, saya yang masih bocah itu meneruskan eksplorasi saya tentang puisi. Beberapa puisi yang nampak baik saya kirimkan ke koran lokal. Nothing to lose. Dan saya masih ingat betapa bahagianya ketika puisi pertama saya dimuat. Lalu begitulah perjalanan saya dengan puisi berlanjut.
Meskipun sekarang saya tidak terlalu mengakrabi penulisan puisi, tapi saya masih menikmati puisi sebagai bacaan di waktu luang. Bagi saya, puisi seperti oase sederhana yang punya banyak makna, bahkan kadang tak bermakna. Membaca puisi bagi saya tidak seperti membaca karya tulis lainnya. Kita hanya perlu duduk tenang (atau rebahan), membaca larik demi larik, dan meresapinya dalam hati. Tidak perlu bingung jika tidak mengerti. Puisi tidak selalu minta dipahami. Tidak perlu menerka-nerka maksud di balik puisi. Terkadang, membacanya dengan minim persangkaan justru akan menimbulkan kesan dan refleksi tersendiri.
Nah, di antara buku-buku puisi yang pernah saya baca, saya akan merekomendasikan 3 buku puisi yang bisa jadi teman baikmu di waktu senggang.
#1 Buku Latihan Tidur – Joko Pinurbo
Preferensi saya pada penyair Indonesia tidak berlabuh pada nama Eyang Sapardi atau Aan Mansyur, melainkan Joko Pinurbo. Lewat puisi-puisi blio, saya menemukan pemikiran yang lincah, kenakalan, dan kejenakaan. Puisi Jokpin dapat begitu sederhana, tapi mampu meninggalkan kesan yang begitu kuat seusai dibaca. Ia kerap memakai kata-kata yang sangat membumi, tapi juga menarik. Jarang berkonotatif samar yang mengharuskan kita berpikir keras. Mungkin karena diksi puisinya yang ringan dan sekaligus powerful itu, saya jadi mudah sekali mengakrabi hasil karya Jokpin.
Dari sekian banyak buku puisi yang telah diterbitkan, saya menempatkan Buku Latihan Tidur sebagai karya terfavorit. Dari sampulnya, orang bisa saja mengira isi buku ini adalah kiat supaya nggak insomnia. Tapi, sesungguhnya buku ini adalah kumpulan puisi yang sarat dengan permainan kata khas Joko Pinurbo.
Bagi kamu yang ingin menikmati puisi dan ingin merasa tertampar saat itu juga, Buku Latihan Tidur adalah pilihan yang tepat. Banyak satire terkristal dalam bait-bait puisinya. Cukup dengan kata-kata yang tidak muluk-muluk, Jokpin berhasil menyampaikan apa yang menjadi kegundahan dan pemikirannya.
Kalau masih ragu, berikut saya kutipkan satu puisi yang saya favoritkan dari buku ini. Puisi itu berjudul “Misal”.
Misal Aku datang ke rumahmu
dan kau sedang khusyuk berdoa,
akankah kau keluar dari doamu
dan membukakan pintu untukKu?
#2 I See You Like a Flower – Na Tae Joo
Tak banyak penyair luar negeri yang saya ikuti karya-karyanya. Saya hanya menyukai puisi-puisi Lang Leav yang saya baca beberapa kali dari instagram. Sampai beberapa waktu lalu saya menemukan buku puisi penyair kenamaan Korea Selatan, Na Tae Joo, dan memutuskan membelinya. Sampulnya minimalis namun cantik. Seekor burung bertengger di dahan pohon dengan judul I See You Like a Flower di bawahnya. Buku puisi ini dialihbahasakan dan disunting oleh penyair muda Indonesia, Adimas Immanuel.
Sejalan dengan judulnya, buku ini berisikan puisi-puisi seputar cinta, kerinduan, kasih tak sampai, hingga patah hati yang mengecewakan. Meskipun telah dialihbahasakan ke bahasa Indonesia, saya tidak menemukan kesulitan menangkap pesan dan kesan yang terkandung dalam puisi. Selain itu, buku ini juga dihiasi ilustrasi bunga-bungaan yang begitu cantik. Nampak cocok dengan judul dan isi buku ini.
Membaca buku ini membuat saya ikut merasakan jatuh cinta dan patah hati di saat yang sama. Sangat cocok buat kalian yang sedang kasmaran, yang sedang mengejar cinta, atau untuk menemani patah hati kalian.
Berikut saya kutipkan satu puisi dari buku ini yang cukup pendek tapi sarat makna, berjudul “Rindu”.
Kadang di mataku pun
keluar air garam
mungkin saja ada laut yang tinggal
di dalam mataku.
#3 A Poem with Your Name – Adi K
Pertama kali saya membaca karya Adi K bukanlah buku puisi. Saya membaca To Heal is To Accept, sebuah buku self-improvement yang mengambil bentuk kumpulan kata mutiara berbahasa Inggris. Barulah setelah terkesima dengan karyanya, saya memutuskan membaca buku puisinya yang berjudul A Poem with Your Name. Buku puisi yang juga menggunakan bahasa Inggris.
Buku puisi satu ini cukup unik dan aesthetic. Sampulnya berwarna biru dengan gambar astronaut. Blurb di sampul belakang bertuliskan “from the darkest heartbreaks our wound bleed poetry”. Tebakan pertama saya, buku ini menawarkan puisi yang sendu, kelam, dan penuh kesedihan. Dan benar saja, perasaan patah hati langsung menguar begitu saya membaca halaman demi halaman di buku ini.
Isi bukunya lebih seperti kisah yang dipenggal-penggal menjadi bait-bait puisi. Diselingi ilustrasi menarik yang didominasi warna putih, hitam, dan biru. Lewat buku ini, ada perasaan gamang, bittersweet reality, dan kegundahan yang begitu kental.
Misalnya pada sebait berikut,
The reality of
loving you is
often distorted
by the illusion of
trusting you.
Nah, demikian 3 rekomendasi buku puisi yang bisa kamu pertimbangkan untuk mengisi waktu luangmu. Siapa tahu kamu menemukan kisahmu atau sepenggal dirimu di sana. Selamat membaca~
BACA JUGA 3 Buku Nonfiksi 2021 yang Wajib untuk Dimiliki dan tulisan Maria Monasias Nataliani lainnya.