3 Alur dalam Sitkom ‘So Not Worth It’ yang Mematahkan Stereotip Drama Korea

3 Alur dalam Sitkom ‘So Not Worth It’ yang Mematahkan Stereotip Drama Korea terminal mojok

Belakangan ini saya lagi menggandrungi serial Netflix So Not Worth It. Serial yang saya tonton atas dasar keisengan belaka tanpa lihat teaser, plot, maupun aktornya ini ternyata bener-bener bagus. Berisikan 12 episode dengan durasi sekitar 30 menitan per episode, sitkom ini bakal memperlihatkan kisah mahasiswa internasional dari berbagai belahan dunia yang lagi kuliah di Korea Selatan kepada para pemirsa.

Banyak penonton drakor yang mengirim menfess di base K-Drama mengenai sitkom ini. Kebanyakan dari mereka merasa ragu, pengin nonton tapi maju-mundur kayak setrikaan, sampai minta review dan rating dari K-Drama lovers lain yang sudah nonton. Ayo, Guys, nggak usah kelamaan mikir, langsung saja tonton. Sitkom ini nggak klise dan bisa dijadikan selingan buat kalian yang lagi ngikutin drama on going pemicu sakit kepala macam Penthouse 3 atau Voice 4. Justru sitkom yang menampilkan Park Se-wan, Shin Hyun-seung, Han Hyun-min, Youngjae GOT7, dan Minnie G-(idle) ini tampil beda dengan nggak ngikutin pakem alur drakor. Contohnya kayak gini.

#1 Konsep cowok ganteng nan sempurna ala drakor nggak ada di sini

Tahukah kalian apa kesamaan Kim Tan di The Heirs, Hwang Sun-oh di Love Alarm, dan Jin-woo di Memories of Alhambra? Mereka semua sama-sama ganteng, kaya, bisa diandalkan, pokoknya kesempurnaan ada pada mereka. Setiap kali pemeran perempuan memerlukan pertolongan, mereka selalu ada. Pembawaan diri mereka juga cool seperti sejuknya kulkas yang dibuka.

Di So Not Worth It, cowok semacam itu nggak ada. Eobseo. Tokoh utamanya, Jamie, memang ganteng dan kaya. Tapi dari awal episode, dia sudah melakukan hal yang nggak pernah dilakukan oleh cowok drakor. Dia sembelit sampai pingsan dan pernah buang air kecil di pojok ruangan. Si mahasiswa asal Amerika Serikat ini pun antara kelewat polos sama kurang memahami situasi. Ia selalu mengira kalau dirinya dalam bahaya setelah nonton berita Korea Utara menembakkan misil ke Korea Selatan. Alhasil ia keluar dari kamar mandi pakai handuk saja setelah denger sirene simulasi kebakaran yang ia kira sebagai tanda bahaya. Padahal orang Korsel malah biasa saja.

Sam juga nggak kalah ajaibnya. Tokoh yang diperankan oleh Youngjae GOT7 ini hobi banget berbohong. Kalau Vincenzo selalu menggunakan kepalanya buat menunjukkan kapasitas dan kapabilitas diri, Sam selalu bikin cerita fiktif biar temen-temennya nggumun. Sam juga hobi banget buang angin sembarangan. Kalau karakter dengan kebiasaan macam Sam ini ada dalam drakor, pasti sudah ilfeel lawan main sekaligus penontonnya.

#2 Korea (bukan) sebagai dream country

Hayo, siapa yang jadi pengin wisata ke Korea Selatan setelah liat drakor? Setelah nonton drakor yang menampilkan estetika Hanok Village, pemandangan Pulau Jeju, gemerlap Itaewon, sampai gembok cinta di Namsan, pasti kita jadi tergiur untuk main ke sana suatu saat.

Saya sempet kaget waktu menyaksikan So Not Worth It soalnya di salah satu episode-nya, sitkom ini malah menampilkan sisi gelap dari Korea Selatan. Bukan, bukan bagian dari Korsel yang belum kena pasokan listrik. Jadi, Hans, seorang mahasiswa asal Swedia, tiba-tiba didatangi oleh dua orang yang mengaku sebagai peneliti. Setelah diajak ngobrol fafifu wasweswos, Hans dibujuk untuk melakukan suatu ritual. Kedua peneliti tadi ternyata adalah anggota sebuah aliran sesat yang menyamar. Saya langsung merasa relate karena pernah hampir tertipu kayak Hans. Soal ini, saya ceritakan lain waktu, xixixi. Tapi inilah realita di Korsel, banyak aliran sesat yang melakukan perekrutan pada imigran.

Menurut para mahasiswa internasional yang ada di sitkom ini, Korsel adalah negara konservatif sekaligus berlebihan. Carson sempet mengeluhkan masyarakat Korsel yang menganggap kalau jelek itu dosa, makanya banyak yang melakukan operasi plastik untuk memenuhi ekspektasi standar kecantikan di sana. Bertahan hidup di Korea juga nggak mudah. Biaya hidup di sana cukup tinggi dan mengharuskan mahasiswa yang kesulitan secara ekonomi harus kerja paruh waktu untuk menambah uang saku. Kalau kata Se-wan, “Sebagian gila berpesta, sebagian lagi gila bekerja.” Hidup di Korsel nggak seindah MV “Spring Day”-nya BTS, Say.

#3 Say no to “cinta rumit”

Sebagian besar drakor, terutama yang memang bergenre romance, pasti punya alur kisah cinta para pemerannya yang panjang, ribet, dan memusingkan bak soal trigonometri. Tokoh laki-laki dan perempuan dibuat susah banget untuk bersatu. Mereka harus melewati berbagai macam rintangan kayak mendapatkan restu keluarga, mengalahkan tokoh antagonis, atau melawan takdir. Saat berpisah pun selalu melibatkan air mata.

Sementara itu dalam sitkom So Not Worth It, kisah cinta beberapa tokohnya keliatan gampang banget dan tanpa beban. Misalnya cerita cinta Kang Jun-yeong dan adik Han Hyun-min, Han Hyun-a. Jun-yeong dan Hyun-min punya hubungan yang nggak baik. Jun-yeong juga baru sekali saja ketemu dengan Hyun-a. Lha kok pas Hyun-a lagi nunggu bus, si Jun-yeong tiba-tiba nembak dia. Kocaknya, Hyun-a menerima Jun-yeong dalam waktu 3 detik. Padahal teman-temannya Hyun-min berusaha ngedapetin hati Hyun-a dengan berbagai cara. Tapi Hyun-a malah jatuh ke pelukan Jun-yeong.

Ada pula Carson, mahasiswa internasional yang pacaran sama orang Korea yang lagi wajib militer. Ketika tahu kalau dirinya diselingkuhi, Carson menyelesaikan semua dendamnya di saat itu juga. Dia nggak pernah nangis tersedu-sedu atau mengurung diri setelah putus cinta. Dia langsung move on dan nggak menyesali hubungannya karena beranggapan kalau selama masa-masa pacaran itu dia sudah mencintai mantannya dengan sepenuh hati. Kini sudah saatnya untuk melepaskannya.

Itulah beberapa alur dari So Not Worth It yang menolak sama dengan jalan cerita yang umumnya ada dalam drakor. So Not Worth It ini memang nggak masuk dalam kategori drama Korea, sebab dia tergabung dalam sitkom. Jadi wajar kalau mbedani dhewe~

Sumber Gambar: YouTube The Swoon

BACA JUGA 4 Drama Korea dengan Episode Kurang dari 16 yang Wajib Kalian Nonton dan tulisan Noor Annisa Falachul Firdausi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version