3 Alasan untuk Mengikuti Resident Evil meski Bukan Penikmat Game

Resident evil mojok

Resident evil mojok

Di kalangan penggemar game zombie apocalypse, Resident Evil seharusnya bukan nama yang asing lagi. Di antara semua game bertema zombie-zombiean di PC, konsol maupun mobile, game yang juga dikenal dengan nama Biohazard ini bisa jadi adalah yang paling populer.

Sebagai game, Resident Evil bukan cuma game tembak-tembakan, tapi juga melibatkan pemecahan puzzle dan petualangan penuh teka-teki. Usianya terbilang tua. Kalau diibaratkan manusia, seharusnya Resident Evil (RE) saat ini sudah lulus kuliah dan sedang membangun karir di perusahaan start up terkemuka.

Game Resident Evil pertama kali di rilis oleh Capcom pada tahun 1996. Hingga kini, game tersebut sudah berkembang menjadi franchise besar dengan produk lain seperti mainan, action figure sampai film animasi.

Sejatinya saya memang bukan penikmat game secara umum. Waktu saya kecil, saya malah takut banget sama game ini. Saya ingat seri Resident Evil yang muncul di PlayStation 1 punya visual yang sangat menakutkan, mungkin paling mengerikan diantara serinya yang lain, yang tiap liat bikin saya tutup muka pakai bantal.

Meski begitu, saya tumbuh menonton kakak-kakak saya memainkannya. Lama kelamaan saya terbiasa melihat bagaimana kakak-kakak saya berpetualang menyelamatkan anak kecil dalam game Resident Evil 2. Saya bahkan tidak ingat apakah saya pernah memainkan gamenya atau tidak, tapi satu hal, saya tahu sejak kecil saya udah naksir game ini.

Menurut saya, RE adalah game yang unik dan kaya, yang akhirnya membuat saya, yang tidak begitu hobi main game, bisa jatuh cinta. Saya rasa saya bukan satu-satunya orang yang senang mengikuti cerita yang dibawa oleh game keluaran Capcom ini. Dan menurut saya ada beberapa alasan yang membuat orang, meskipun bukan pencinta game, bisa jatuh cinta dengan Resident Evil.

Bukan cuma game

Seperti yang sudah saya katakan di atas, sekarang game tersebut sudah berkembang menjadi sangat besar dan berubah menjadi franchise yang begitu terkenal. RE bisa jadi adalah salah satu legenda hidupnya di dunia per-zombie-an

Meski bukan penikmat game, kita tetap bisa ikut menikmati cerita game tersebut dalam bentuk yang lain, seperti film. Dua film animasi RE pun, Damnation dan Degeneration bisa dibilang cukup menarik dan cocok untuk dinikmati kalian, yang entah karena alasan apapun, nggak bisa main gamenya. Selain dua tadi pun masih banyak lagi adaptasi film RE yang bisa kamu tonton.

Kalau kamu seorang kolektor, mengoleksi action figure atau funkonya juga bisa jadi pilihan. Ada berbagai karakter zombie ikonik seperti Mr X, Nemesis serta Tyrant. Dan tentu saja kamu bisa membeli funko heronya, kalau kamu agak terganggu dengan kenampakan otak dan gigi taring yang berjajar rapih dalam satu wajah.

Cerita yang bagus

Alasan terbesar yang membuat saya suka dengan Resident Evil adalah jalan ceritanya yang unik dan kompleks. Sekali lagi game ini bukan cuma soal tembak-tembakan aja dan beneran punya cerita. Saat sedang bermain, atau bahkan cuma nontonin playthrough-nya di YouTube, kita bisa merasa masuk ke dalam dunia RE. Seiring game berjalan, satu persatu teka-teki tentang asal-usul zombie outbreak dan segala rahasia di dalamnya akan diungkap. Pokoknya kamu bakal berasa jadi detektif beneran.

Iya, iya, saya paham, kalian mungkin mengeruduk saya dengan pertanyaan, “Apanya yang keren? Masa misi penyelamatan anak presiden cuma ngirim satu orang?” Buat yang belum tahu, itu adalah plot utama dari game Resident Evil 4: Seorang mantan polisi disuruh nyelamatin anak presiden seorang diri di tempat antah berantah.

Oke, yang satu itu mungkin ngaco, tapi kalau kita kembali ke episode awal RE, bukannya tetap menarik? Dengan background cerita yang lumayan twisty, menurut saya, game tersebut jauh dari kata jelek.

Karakter yang ikonik

Menurut saya, developer game tersebut harus kita beri apresiasi yang banyak, mengingat bagaimana mereka berhasil menciptakan karakter-karakter yang begitu sulit dilupakan. Bukan cuma latar belakang karakter, watak dan visualnya saja, tapi juga bagaimana satu karakter bisa berkembang seiring ceritanya juga berkembang.

Saya ambil contoh. Tentu setelah ngikutin ceritanya baik-baik, kita akan bisa ngerasain perubahan karakter dari Leon, bagaimana awalnya hanyalah polisi anak bawang hingga dia mendapat peran sebagai agen papan atas. Jadi saking ikoniknya, kita merasa jadi kenal dekat dengan mereka. Rasanya tuh kayak ngeliat anak yang sudah gede, terus kita mengingat-ingat dulu kecilnya dia gimana.

Oke, oke, sebelum digeruduk lagi, saya paham, mungkin memang masih banyak yang sulit menerima perubahan karakter Leon S Kennedy. Polisi unyu-unyu kita sudah tumbuh dewasa menjadi sosok yang kasar dan judes. Tapi orang-orang di dunia nyata juga berubah, jadi ya mau bagaimana? Leon itu sudah ditolak cintanya berkali-kali tahu. Karakter dia yang sekarang bisa jadi merupakan mekanisme pertahanan dirinya karena terlalu sering patah hati.

Remuk, ndes.

Sebagai salah satu game legenda yang mendunia dan terbukti sukses, menjadi wajar kalau Resident Evil baik sebagai game maupun produk franchise lain memiliki banyak penggemar, baik pemain setia maupun kayak saya yang cuma suka ngikutin ceritanya aja. Nggak aneh kalau ceritanya yang bagus dan karakternya yang keren jadi poin yang membantu CapCom mendulang kesuksesan.

Setelah baca tulisan ini, mungkin ada yang berpikir kalau penulis adalah fangirlnya Leon. Haha, Anda tidak salah! Kalau kamu, karakter favoritnya siapa?

BACA JUGA 4 Kesalahan Skincare Routine Para Selebgram dan YouTuber yang Harus Segera Dihentikan dan tulisan Devia Anggraini lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version