3 Alasan Tukang Cukur Kebanyakan Berasal dari Garut

3 Alasan Tukang Cukur Kebanyakan Berasal dari Garut terminal mojok.co

3 Alasan Tukang Cukur Kebanyakan Berasal dari Garut terminal mojok.co

Baru-baru ini Kabupaten Garut meluncurkan aplikasi online bernama Pang-Ling. Melalui aplikasi ini, konsumen bisa memanggil tukang cukur rambut ke rumah. Pang Ling, kepanjangan dari pangkas rambut keliling.

Setahu saya, Pang-Ling diluncurkan karena komunitas persatuan pencukur rambut Garut pengin ada inovasi baru. Sebab, kota kami memang sudah dikenal sebagai gudangnya tukang cukur rambut di Indonesia selain Madura.

Kalau Anda ke Garut, khususnya singgah di kecamatan Leles dan Banyuresmi, usaha pangkas rambut di sini sudah seperti Alfamart dan Indomaret. Maka dari itu, sebagian tukang cukur Asgar (asli Garut) merantau ke beberapa daerah di Jawa Barat, bahkan ke Jakarta. Sehingga, jangan heran kalau misalnya ada slogan Asgar di daerah tersebut.

Pertanyaannya, kenapa tukang cukur rambut, khususnya di Jawa Barat didominasi oleh orang Garut? Sebelum menjawab pertanyaan ini, saya mau bercerita dulu sedikit tentang kiprah tukang cukur di Indonesia. Sebab, bagi saya, ini menarik untuk ditelisik.

Nah, seperti yang saya sebutkan di awal, ada dua daerah di Indonesia yang dikenal sebagai penghasil tukang cukur, Garut dan Madura. Lantas, sejak kapan kota yang memiliki tradisi adu domba dan kota yang terkenal dengan sate maduranya menjadi tukang cukur rambut? Dan, mengapa mereka memilih profesi ini?

Hasil dari ngobrol-ngobrol saya dengan tukang cukur rambut di Garut, mereka menyatakan bahwa mulanya tukang cukur asal Garut dan Madura ini tidak terlepas dari adanya konflik di daerah masing-masing.

Di Garut misalnya, awal masyarakat kami mulai jadi tukang cukur pada saat adanya pemberontakan DI/TII. Dalam kurun waktu antara 1949 hingga 1950-an, banyak masyarakat yang mengungsi ke berbagai daerah untuk menyelamatkan diri. Cara untuk bertahan hidup, salah satunya memilih menjadi tukang cukur rambut.

Sedangkan orang Madura, diawali dengan adanya konflik antara Trunojoyo dan Amangkurat yang menyebabkan pengikut-pengikut Trunojoyo enggan kembali ke Madura. Mereka akhirnya menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Orang-orang ini kemudian memilih mencari nafkah di sektor informal, seperti tukang soto, tukang sate, dan tukang cukur. Kata tukang cukur di Garut, orang Madura lah yang lebih dulu menjadi tukang cukur.

Sekarang, masuk ke pertanyaan mengapa tukang cukur rambut di Jawa Barat didominasi oleh orang Garut. Setidaknya, saya punya tiga alasan untuk menjawab pertanyaan ini.

#1 Ada komunitasnya

Di Garut, saking banyaknya orang yang terjun menggeluti dunia pangkas rambut, didirikanlah komunitas Persaudaraan Pangkas Rambut Garut (PPRG). Komunitas ini didirikan untuk menggaet para tukang cukur rambut di pelosok Garut agar saling mengenal dan tahu asal mula adanya tradisi cukur rambut Garut. Hingga kini, anggota PPRG yang tercatat mencapai lebih dari 2.000 orang.

Selain PPRG, ada komunitas lain seperti si Asgar itu tadi yang pernah saya bilang di awal pembahasan. Si Asgar ini komunitas yang sangat terkenal di media sosial semacam Facebook. Nama Facebook mereka kompak di belakangnya ada kata “Asgar”. Misal, Asep Nurwahyudi Asgar, Jajang Surjajang Asgar, dan lain sebagainya. Bahkan, komunitas Asgar punya anggota yang dibanggakan yakni si Thor. Thor, kan, dari Asgar.

Nah, dengan adanya komunitas-komunitas inilah yang membikin tukang cukur di Jawa Barat didominasi oleh orang Garut. Orang selain Garut pun, masuk juga ke komunitas ini untuk sekadar pengin belajar cukuran. Komunitas ini juga terlibat dalam pembuatan aplikasi Pang-Ling tadi.

#2 Ada sekolahnya

Setiap kecamatan yang berada di daerah Kabupaten Garut memiliki ciri khas masing-masing. Misal, di Kecamatan Bungbulang terkenal dengan batu akiknya. Di Rancabango terkenal dengan tradisi adu dombanya. Sedangkan, kecamatan yang memiliki sekolah tukang cukur di Garut adalah Banyuresmi.

Pemilik sekolah tukang cukur di Banyuresmi yaitu Abah Atroxs. Abah mengajar siswa selama 30 kali pertemuan. Mereka akan diberi ilmu, mulai dari mengenal alat, pewarna, sopan santun, sampai akhlak di lapangan. Untuk menambah pengalaman siswa didiknya, Abah kerap menjalin kerja sama dengan sekolah yang mengizinkan para siswanya dipangkas rambut secara gratis.

Bagi siswa yang telah lulus pelatihan, lapangan kerja kemudian siap menampung. Bahkan, beberapa barbershop dan rumah cukur rambut di wilayah Bandung dan Jabodetabek siap menampung lulusan sekolah Abah.

#3 Warisan yang terjaga

Punya keahlian sebagai tukang cukur bagi warga Garut tidak pernah disia-siakan. Terlebih, tidak pelit ilmu. Mau siapa pun yang pengin belajar nyukuran, mereka welcome. Dalam satu keluarga, ditularkan keahliannya ke sanak keluarga lain. Keahlian ini warisan yang terus dijaga. Semacam gen yang turun-menurun. Bagi mereka, ini sebuah keahlian khusus dalam industri fesyen.

Luar biasanya adalah dari maraknya tukang cukur di Garut, yang kalau buka usaha pangkas rambut, tidak ada semacam saingan. Kayak Alfamart dan Indomaret tadi, berdekatan. Saya pernah iseng bertanya, kenapa totalitas jadi tukang cukur, penghasilan bagaimana? Jawaban mereka meyakinkan bahwa setiap orang, katanya, pasti rambutnya tumbuh. Maka dari itu, pasti butuh tukang cukur.

Selain warisan, kualitas orang Garut juga dalam mencukur rambut seseorang terbilang rapi. Itu sebabnya dulu Pak Jokowi meminta kepada Mang Herman yang sempat viral itu minta dicukurin rambutnya. Sopan santun dalam mencukur, orang Garut dijaga banget. Pelayanannya juga oke.

Itulah tiga alasan tukang cukur di Jawa Barat didominasi oleh orang Asgar.

BACA JUGA Kisah Mistis Tanjakan Panganten di Garut yang Melegenda dan tulisan Muhammad Ridwansyah lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version