Sebenarnya saya masih nggak ngerti dari mana asal mulanya membuka obrolan chat menggunakan “P”. Dan hingga sekarang saya masih bertanya-tanya, P itu apa, sih? “Punten?” “Permisi?” Kalau begitu, kenapa nggak langsung saja sebut permisi, ketimbang pakai “P”, kan.
Di tengah kekesalan saya ketika menerima chat dengan huruf “P”, saya mempertanyakan alasan di balik orang-orang menggunakan sapaan tersebut untuk membuka chat. Dan berdasarkan beberapa survei kecil-kecilan yang saya lakukan yang sebenarnya nggak perlu saya lakukan tapi tetap saya lakukan, saya menyimpulkan beberapa alasan kenapa orang-orang menggunakan “P” sebagai pembuka obrolan melalui chat.
Kebiasaan
Alasan ini adalah alasan paling banyak yang saya dapat ketika sedang survei. Bagi mereka, “P” sama kedudukannya seperti mengucap OK. Di mata mereka, membuka chat dengan “P” adalah hal lumrah dan nggak ada yang salah dari hal tersebut. Dan jujur saja, saya pernah ada di titik ini beberapa bulan lalu. Waktu awal booming-nya huruf “P” ini, saya sempat ikut-ikutan menggunakannya juga.
Tapi karena saya merasa tidak nyaman dan bukan saya banget, akhirnya saya berhenti. Dan setelah saya berhenti, saya baru mengerti betapa menyebalkannya mendapat chat berisi “P”. Tapi, kekesalan saya nggak memiliki pengaruh apa pun juga pada pengguna “P” lainnya.
Terburu-buru
Alasan lainnya adalah buru-buru atau ingin cepat mendapat balasan. Biasanya pengguna “P” jenis ini tidak menggunakan “P”, tapi karena dia buru-buru akan suatu keperluan, dia bakal spam chat menggunakan “P” yang nggak jarang spamnya sampai bikin HP kentang jadi hang.
Menyebalkan, tentu saja. Bagaimanapun juga, meski terburu-buru, bakal lebih baik kalau spam memanggil nama ketimbang cuma “P”. Dan bakal lebih baik lagi kalau telepon langsung ketimbang spam. Tapi, lagi-lagi, kekesalan saya nggak bakal berpengaruh ke pengguna setia maupun pengguna musiman huruf “P”.
Nggak tahu arti “P”, tapi ikut-ikutan karena nyaman
Pengguna tipe ini adalah yang paling menyebalkan di antara yang lainnya menurut saya. Gimana nggak jengkelin banget, seseorang bisa nggak tahu apa arti di balik sesuatu yang dia pakai. Kalau nggak ngerti, seharusnya nggak perlu pakai, dong. Tapi, kalau diingat lagi, saya pernah di fase ini.
Menggunakan “P” karena ikut-ikutan adalah salah satu penyesalan saya dalam hidup karena menunjukkan betapa alaynya saya dulu, heuheu. Tapi, ada lagi orang yang nggak tahu arti “P” dan nggak mencoba untuk mencari tahu, tapi tetap memakai, dengan alasan “nyaman aja”. Ketika bertemu orang yang begini, saya merasa lagi berbicara dengan bucin akut yang memakai alasan “memang kalau nyaman harus pakai alasan?” dan sangkalan cetek lainnya.
Tiga alasan tersebut adalah alasan yang saya kumpulkan dari hasil survei. Mayoritas orang di sekeliling saya menganggap “P” sebagai pesan pembuka adalah suatu ketidaksopanan. Walaupun dari apa yang saya perhatikan, pengguna “P” hanya menggunakan “P” untuk ngobrol dengan teman sebayanya saja. Tapi, orang-orang yang kontra dengan hal tersebut tetap menganggap “P” sebagai ketidaksopanan.
Saya pernah berada di posisi keduanya. Saya pernah alay dengan menggunakan “P”, dan saya juga pernah kesal karena orang-orang menggunakan “P”. Tapi, bagaimana kalau kita pertimbangkan dari sisi lain. Kalau misal kita menyebut “P” sebagai sebuah ketidaksopanan, bagian mananya yang tidak sopan? Pengguna “P” tidak menggunakan kalimat kasar atau memaki ketika membuka obrolan, kan.
Tentu saja itu benar. Mereka tidak menggunakan kata kasar, tapi kalau dilihat dari sisi kontra, tentu saja ada salam atau pesan pembuka lain yang lebih baik ketimbang cuma “P”. Kenapa nggak mengeluarkan sedikit saja tenaga untuk sekedar mengucap halo atau selamat pagi, ketimbang “P” yang hingga sekarang saya masih nggak ngerti artinya apa.
Tapi, ya sudahlah. Perdebatan sepele yang bagi beberapa orang nggak sepele karena menyangkut attitude begini seharusnya kita minimalisir saja. Lebih baik kita berdebat soal sesuatu yang lebih berbobot, siapa yang lebih populer di Attack on Titan Season 4 nanti, Eren atau Levi, misalnya.
Tetap saja, chat “P” doang itu nyebelin.
BACA JUGA Saya Memainkan Game Dinosaurus Google Chrome selama Dua Jam, Inilah yang Terjadi dan tulisan Vivi Wasriani lainnya.