3 Alasan Mengapa Manchester United Perlu Kontrak Jesse Lingard Seumur Hidup

ole pemain underrated fans bola fans Manchester United MU jesse lingard manchester united liverpool Real Madrid #GlazersOut Gini doang nih grup neraka? MOJOK.CO

MU jesse lingard manchester united liverpool Real Madrid #GlazersOut Gini doang nih grup neraka? MOJOK.CO

Aksi Jesse Lingard, pemain sayap paling sensasional di Manchester United abad ini, di pekan terakhir Liga Inggris menuai banyak pujian. Ia melakukan pressing ketat, mengejar Kasper Schmeichel yang sedang membawa bola, lalu merebutnya dengan cerdik. Sepakan datar terukurnya gunakan kaki kiri mampu mengirim Setan Merah ke Liga Champions musim depan. MU pecundangi Leicester City 2-0 di King Power Stadium, markas Leicester.

Komentator laga ini sampai berteriak meneriakan nama Lord Lingard. Satunya lagi tertawa bahagia karena melihat sang maestro kembali menjebol gawang lawan beberapa detik sebelum laga usai.

“Jesse Lingard sends United into the Champions League,” teriaknya.

Beberapa saat kemudian nama Lingard  jadi trending topic di Twitter. Baik fans MU atau pun klub lain membicarakan pemain langganan Tim Nasional Inggris itu. Fans MU kebanyakan ragu, sementara fans klub lian senangnya bukan main.

Saya salah satu fans yang sempat mempertanyakan strategi Ole. Sesaat setelah Lingard masuk gantikan Mason Greenwood, si bocil yang sudah cetak 17 gol, saya sangat ketar-ketir. Kenapa pemain yang tengah turun performanya justru dipasang di saat genting? Kekhawatiran itu beralasan. Sebagai pemain depan, catatan kontribusi Jesse Lingard di Liga Premier cukup mencengangkan: 0 gol dan 0 assist.

Situasinya MU baru unggul 1-0, lho!

Impresifnya angka kontribusi Lingard sampai membuat ada yang berani memasang taruhan besar bahwa pemain 27 tahun ini tidak akan berkontribusi apapun. Terbukti, hingga menit ke-97, pemain yang jago joged ini masih nil kontribusi.

Hingga tibalah satu momentum yang bisa membuat Lingard sejajar dengan Leonel Messi dan Mohammed Salah untuk urusan cetak gol gunakan kaki kiri. Tendangannya pelan dan mendatar, namun semua pemain belakang tidak mampu membendung karena memang tidak di tempatnya. Bagi saya, gol Lingard di menit ke-98 ini menjadi momen paling membahagiakan sepanjang musim 2019-2020.

Nah, berikut tiga hal yang menurut saya jadi alasan mengapa MU harus perpanjang kontrak atau bahkan dengan opsi seumur hidup untuk pemain kelahiran 15 Desember 1992 tersebut.

DNA United: Fergie Time

Ole Gunnar Solskjaer memiliki tugas yang cukup berat saat pertama kali mendapat tugas sebagai pelatih caretaker untuk gantikan Jose Mourinho. Apa pasal? Dia dituntut untuk membawa kembali DNA MU yang hilang pasca Sir Alex Ferguson pensiun.

Moyes, Van Gaal, dan Mourinho dianggap membawa MU ke arah yang salah. Padahal ketiga pelatih tersebut merupakan pelatih yang sudah sangat berpengalaman. Gaya permainan ketiganya tidak memuaskan para fans MU yang sudah kadung sangat ‘Fergie’ banget.

Nah, masalahnya Ole datang dengan catatan buruk. Meski membawa Molde juara di Norwegia, dia berperan atas terdegradasinya Cardiff City dari Liga Premier Inggris. Ia menukangi Cardiff sebanyak 30 pertandingan dengan sembilan kemenangan, lima hasil imbang, dan menelan 16 kekalahan! Bandingkan dengan Moyes yang bisa bikin Everton jadi tim papan tengah. Atau Mourinho yang bawa Chelsea juara tiga kali. Van Gaal? Pelatih gaek itu baru saja membawa Belanda maju ke semifinal Piala Dunia Brazil.

Apa yang hilang? Salah satunya adalah gol kemenangan di menit-menit akhir alias ‘Fergie Time’. Permainan terus menyerang tiada akhir untuk kejar kemenangan adalah salah satu karakter MU. Saking kzl-nya, fans MU sering berteriak attack! attack! attack! ketika MU semakin malas-malas di menit-menit akhir.

Pemilihan Ole langsung membuahkan hasil. Di laga pertamanya, ia membawa MU unggul 5-1 atas mantan klubnya, Cardiff City yang berhasil merangkak ke Liga Premier lagi. Tahukah kamu siapa pemain paling bersinar? Ya, Jesse Lingard. Dia cetak dua gol dan salah satunya di menit ke-90. Fergie time!

Pemain ini seolah menegaskan DNA United membuncah dalam dirinya. Di era Van Gaal dan Mourinho, pemain ini bisa bikin fans bersorak karena berperan sebagai juru selamat.

Ingat final piala FA 2016 saat MU bertemu Crystal Palace? Saat itu MU sedang di posisi sulit karena Chris Smalling diganjar kartu merah. Skornya masih 1-1. Namun melalui serangan sederhana, Jesse Lingard mencetak gol kemenangan dengan tendangan roketnya yang aduhai di menit ke-110 alias extra time.

Di era Mourinho pemain ini kembali bikin gol yang membuhun laga versus Watford. Berlari dari area pertahanan MU, Lingard melewati beberapa pemain untuk ceploskan gol indah ke gawang The Hornets. Orang-orang menyamakannya dengan Ronaldinho sehingga dijuluki Lingardinho.

Nah, gol di pekan terakhir liga Inggris kemarin malam hanya menegaskan betapa pentingnya Lingard bagi skuad MU di segala zaman.

Pemain komplit serba bisa

Kedalaman skuad menjadi ciri khas MU lainnya. Sejak Sir Alex Ferguson menukangi MU tahun 1986, ia selalu membangun MU menjadi tim yang tidak kedodoran kalau ada pemain yang absen. Makanya, MU selalu punya pemain-pemain yang wani gelut karena tidak khawatir dengan ketidakhadirannya. Selalu ada pelapis yang nyaris sepadan.

Roy Keane adalah contoh tipikal pemain yang bras bres tanpa ampun. Mantan kapten Setan Merah ini berkali-kali dapat kartu merah langsung. Namun ia mendapat partner yang sangat oke seperti Blomqvist, Butt, Greening, Scholes, Beckham, dan Giggs yang mampu menambal lubang yang ditinggalkannya.

Saat ini kondisi MU hampir sama dengan skuad Treble 1999. Kekuatannya merata di segala lini. Hanya saja MU masih butuh menambah beberapa pemain guna menambah kedalaman skuad. Lini tengah dan lini serang, meski musim ini sangat tajam, tetapi masih sangat terbatas. Lingard berhasil jadi puzzle penyelamat karena mampu berperan sebagai ban serep di berbagai posisi. Lingard bisa bermain dengan kualitas yang sama jeleknya efektifnya di mana pun ia dimainkan.

Satu-satunya gol yang dicetak di Liga Inggris musim ini terjadi ketika dia menjadi penyerang sayap kanan. Hebatnya, ia ciptakan gocekan menggunakan kaki kiri yang bukan merupakan kaki kuatnya. Lalu, mengapa ada banyak fans yang begitu meragukan kapasitas seorang Lingard?

Maksudnya, pemain mana di dunia ini yang umurnya 27 tahun tapi masih dipanggil wonderkid? Ya Lingard doang, Ges-gesku.

Setia

Pada akhir musim lalu, ketika MU sedang carut marut akibat finish di posisi kelima, Ole blak-blakan tentang beberapa pemain yang tidak bermain sepenuh hati buat MU. Tak lama kemudian Romelu Lukaku minggat, begitu juga dengan Alexis Sanchez.

Ternyata keluarnya dua penyerang itu menyisakan lubang menganga di skuad MU. Tidak banyak pilihan bagi Solskjaer sekali pun dia berhasil mendaratkan Daniel James dari Swansea City. Di lini depan praktis hanya ada Rashford dan Martial yang paling senior. Greenwood? Pemain ini masih sangat belia dan belum teruji ketajamannya sekali pun di tim junior pemuda ini sangat ganas.

Di situasi compang-camping seperti ini Lingard memiliki komitmen kuat untuk bertahan. Produk akademi itu seperti ingin menantang badai cibiran. Padahal lidahnya pasti tergigit berkali-kali karena sering jadi bahan rasan-rasan para fans yang jengkel.

Bayangkan saja, sebagai penyerang, ia bisa berpuasa berbulan-bulan. Seperti puasa ndalil saja (puasa setiap hari). Padahal di tahun 2018 ia jadi bintang karena pernah sejajar dengan Harry Kane di awal tahun dengan enam gol dari tujuh laga.

Namun ia melihat skuad MU butuh bantuannya. Ia memilih melalui masa-masa menyakitkan dihujat. Ia juga ikhlas apabila menit bermainnya berkurang karena ternyata Greenwood tampil cemerlang. Apalagi setelah MU mendatangkan Odion Ighalo. Wes, bubar. Nyeseknya lagi, dia masuk daftar jual bersama Lord MU yang lain seperti Phil ‘The King’ Jones.

Namun 26 Juli 2020 jadi hari besarnya. Bukan Rashford, Martial, Greenwood atau pun Ighalo yang berhasil amankan tiket MU ke Liga Champions dan finish di posisi ketiga. Ya, Jesse Lingardlah orangnya.

Sejak dia masuk gantikan Greenwood, permainan MU semakin sulit ditebak. Ia seringkali mondar-mandir tak tentu arah. Tapi justru itulah poin pentingnya. Strategi ini membuat banyak kejadian penting, seperti Johnny Evans yang dikartu merah karena melakukan pelanggaran keras pada McTomminay.

Lingard seolah jadi jimat yang sempat hilang. Terakhir kali MU juara ketika klub ini memiliki sosok bernama Marouane Fellaini. Fellaini, si raksasa ini sering diolok-olok oleh fans. Tapi karyanya bagi MU sungguh nyata. Terbukti, hilangnya Fellaini membuat MU semakin terpuruk.

Jangan sampai kita kehilangan sosok sekaliber Fellaini lagi. Untuk banyak alasan, Jesse Lingard harus dipertahankan secara permanen.

Bagi saya, hanya fans karbitan yang nyuruh orang se-lord itu untuk pindah klub. Maju terus, Lingardinho!

BACA JUGA Manchester United Layak Dibenci Karena Fans Mereka Seperti Anak Kecil atau tulisan lainnya di Terminal Mojok.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version