10 Drama Korea Melodrama Terbaik Sepanjang Masa

10 Drama Korea Melodrama Terbaik Sepanjang Masa Terminal Mojok

10 Drama Korea Melodrama Terbaik Sepanjang Masa (Narongsak Nagadhana/Shutterstock.com)

Melodrama sering menjadi label untuk drama Korea, bahkan hingga kini. Orang-orang awam sering menghindari drama Korea karena mereka menganggap drama Korea terlalu cengeng. Padahal ada banyak sekali genre dalam drama Korea. Meskipun tidak dapat dimungkiri, genre melodrama lah yang mengenalkan drama Korea pada dunia.

Kalau masih ingat, dulu Dae Jang Geum, Winter Sonata, dan Autumn in My Heart populer sekali di Indonesia. Semua genre drama tersebut adalah melodrama. Meski sering dicap terlalu lebay dan tidak realistis, kita harus mengakui bahwa kita pernah diam-diam menangis saat teman kita nonton, tapi gengsi mau ikut nimbrung. Ya, kan? 

Sebenarnya melodrama ini bukan soal drama mana yang bisa bikin kita menangis kencang-kencang, melainkan mana yang paling berkesan. Kalau cuma bikin nangis, drama Mouse juga bisa—saking njelimetnya. 

Saya membuat daftar 10 drama Korea melodrama terbaik sepanjang masa untuk mengingat masa-masa “kejayaan” drama ini. Simak baik-baik daftar berikut ini, siapa tahu bisa jadi teman nonton kamu weekend ini.

#1 Youth of May

Youth of May adalah drama Korea terakhir yang saya tonton, yang bisa bikin saya uring-uringan selama kurang lebih dua minggu. Setiap melihat twit orang soal drama ini, rasanya hati yang sudah dilem ini kembali remuk. Gitu, deh.

Lantas, apa yang membuat Youth of May menjadi salah satu melodrama terbaik? Naskah.

Youth of May, seperti judulnya, kita tahu diangkat dari kisah apa. Iya, salah satu peristiwa demokrasi terbesar di Korea Selatan yang terjadi pada bulan Mei 1980 di Gwangju. Kita mengenalnya dengan Gwangju Uprising. Youth of May merupakan karya fiksi yang diilhami oleh peristiwa tersebut.

Drama ini ditulis dengan sangat baik. Penulis mampu menempatkan “momen” dengan tepat. Dia tahu kapan harus romantis, kapan harus komikal, dan kapan harus dramatis. Naskah yang baik ini dieksekusi dengan sangat baik. Pacing penuturannya pas, nangisnya jadi nggak nanggung. Pokoknya Youth of May tahu cara memanfaatkan bahan utama (kisah nyata) menjadi cerita fiksi dengan amat baik. 

#2 49 Days

Dulu, sekitar tahun 2011 saat drama ini tayang untuk pertama kali, masih belum banyak drama Korea fantasi seperti ini. 49 Days memadukan unsur fantasi dan drama secara mulus. Memang sih tali penyambungnya klise: kecelakaan, twist orang asing ternyata punya hubungan personal, dan keklisean lainnya. Namun, harus saya akui, formula ini masih ampuh sampai sekarang—cukup untuk bikin kamu nangis sendirian di kamar. Kekuatan lain yang dimiliki drama ini adalah delivery para aktor yang totalitas banget. 

#3 The Hymn of Death

The Hymn of Death adalah miniseri yang dibintangi oleh Shin Hye Sun dan Lee Jong Suk. Ceritanya diangkat dari kisah penyanyi soprano pertama Korea Selatan. Seperti judulnya, drama ini melibatkan kematian di dalamnya. Kematian seperti apa? Sebaiknya kamu tonton sendiri.

Yang jelas, drama ini sangat kuat elemen dramatisnya. Kamu bisa ikut merasakan pedihnya. Mungkin karena saking suramnya cerita ini, tim produksi memutuskan untuk membuatnya lebih singkat menjadi 6 episode saja. Mungkin. Satu jaminan saya buat kamu yang belum nonton The Hymn of Death: pasti bagus. 

#4 Mr. Sunshine

Tidak usah diragukan, Mr. Sunshine adalah drama dengan skala produksi besar. Dengan bujet sebesar itu, akan sangat disayangkan kalau tidak memberi kesan yang baik. Drama period-piece macam ini memang selalu membutuhkan anggaran yang lebih besar untuk membuat set dan efek visual. Namun, jelas sekali bahwa tim produksi Mr. Sunshine tidak ingin menghabiskan anggaran itu untuk gaya-gayaan saja.

Secara cerita, Mr. Sunshine sangat solid, dan bahkan jadi salah satu dari sedikit drama yang menambah jumlah episode karena “laris” dan diakui secara kritikal. Berbicara soal elemen dramanya, drama yang melibatkan aksi, kisah cinta, dan pengorbanan selalu punya daya yang kuat untuk menusuk-menusuk hati kita.

Melodrama yang baik bukan mana yang bisa membuat adegan paling sedih, melainkan mana yang mampu membangun cerita dengan sangat baik sehingga kita tenggelam di dalamnya. Dan begitulah Mr. Sunshine. Kita dibikin jatuh cinta dengan karakter-karakternya, lalu kita beneran dibikin jatuh sampai nangis. 

#5 Winter Sonata

Winter Sonata adalah drama Korea sejuta umat, baik buat orang Korea maupun Indonesia. Drama ini adalah salah satu yang pertama populer di Indonesia. Ibu saya saja tahu drama ini. Seingat saya, drama ini juga punya soundtrack yang bagus. Namun, di samping itu semua, Winter Sonata adalah melodrama yang kalau saya disuruh memilih drama yang mewakili era drakor awal 2000-an, saya akan memilih drama ini.

Formula yang ada di Winter Sonata sering sekali didaur ulang dalam drama modern dengan pendekatan yang berbeda. Salah satu yang sering digunakan adalah “penyakit”, misalnya amnesia sebagai kunci dari semua konflik yang ada. Mau dibilang klise atau apa pun itu, formula ini masih bekerja dengan baik. 

#6 My Mister

Park Hae Young adalah satu dari sedikit penulis realistic fiction yang sangat piawai mengolah rasa lewat adegan dan dialog. Kita bisa melihatnya dalam My Mister. Drama ini, seperti drama Park lainnya, sangat sederhana. Kesederhanaan dan kesan “realistis” itu justru membuat drama ini lebih ngena.

Beberapa dari kamu mungkin tidak memperhitungkan My Mister sebagai melodrama karena pendekatannya cukup realistis. Akan tetapi, treatment penuturannya dibuat lebih dramatis. Berbeda dengan My Liberation Notes, drama terbaru Park Hae Young, My Mister lebih suram dan dramatis. 

#7 Stairway to Heaven

Mirip-mirip dengan Winter Sonata, Stairway to Heaven juga menggunakan kecelakaan dan amnesia sebagai kemudi utama. Dulu, formula ini memang sering digunakan dan minimal bisa bikin hati kamu terenyuh hanya dari membaca sinopsisnya.

Drama yang judulnya diambil dari lagu Led Zeppelin ini sangat ikonik dan diingat sampai sekarang sebagai romansa yang “kok-tega-sih-penulisnya”. Akting Kwon Sang Woo, Choi Ji Woo, dan Kim Tae Hee pun sangat bagus di drama ini. 

#8 Sandglass

Sandglass ini kalau diibaratkan sinetron Indonesia adalah sinetron Tersanjung yang digemari emak-emak. Drama yang rilis pada tahun 1995 ini bahkan juga kembali dibicarakan setelah Jennie Blackpink menceritakan sebucin apa dulu ibunya pada Lee Jung Jae. Jujur, saya tahu drama ini pun dari orang tua, walau mereka mengira ini drama Tiongkok. 

Sejak dari premis Sandglass sudah berpotensi jadi sebuah tontonan melodrama klasik yang menyayat hati. Tentang persahabatan dan cinta segitiga, tapi bukan roman picisan remaja. Drama mampu mengelola konflik romansa dan persahabatan dengan baik, membuat klimaks ceritanya pun duar duar duar! Nangis, deh. 

Selain Lee Jung Jae, ada Go Hyun Jung, Choi Min Soo, dan Park Sang Won dalam drama ini. Dijamin mantap. 

#9 Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo

Di antara kamu pasti masih ada yang belum move on dari drama ini, kan? Ya, Scarlet Heart Ryeo, selain punya jajaran pemeran yang punya basis fans banyak, juga punya cerita yang ngeri-ngeri sedap. Paduan sageuk dan fantasi adalah kemudi utama drama ini. Penonton tahu akan ada konflik dramatis yang tercipta, romansa beda zaman, dan tipikal konflik sageuk lainnya. Cukup mudah untuk memprediksi trope ini.

Lantas, kenapa Scarlet Heart Ryeo ada dalam daftar ini? Buat saya, drama yang dibintangi IU ini membangun ceritanya sampai klimaks dengan sangat rapi. Membuat karakter-karakternya lovable, lalu membunuhnya/menghilangkannya di akhir cerita. Formula ini memang kejam, tapi berhasil bikin kamu nagih season 2 walau nggak ditanggepin, kan? 

#10 Uncontrollably Fond

Uncontrollably Fond adalah salah satu drama Korea “modern” yang secara keseluruhan mendekati drama Korea melodrama akhir tahun 90-an dan awal 2000-an. Formula yang digunakan sama, walaupun pendekatannya lebih modern. Adegan-adegan yang tampil tidak dibuat sedramatis drama lawas, tapi cerita yang dibangun bisa memeras air mata seember. Ditambah, akting Suzy dan Kim Woo Bin bagus banget. 

Nah, itulah deretan drama Korea melodrama terbaik sepanjang masa versi saya. Kalau versimu bagaimana?

Penulis: Rizal Nurhadiansyah
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Rekomendasi 5 Drama Korea Omnibus Kayak Our Blues.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

 

Exit mobile version