Real Madrid Pantas Kena Azab, Madridista: AS Roma Itu Tim Liga Kampina

AS Roma vs Real Madrid MOJOK.CO

MOJOK.CO – Sama-sama mengumpulkan sembilan poin dari empat pertandingan, laga AS Roma vs Real Madrid bakal keras. Posisi pertama taruhannya.

TEKEL edisi Liga Champions. Alief Maulana, Romanisti chapter Gresik, berhadapan dengan Joditya, Madridista cabang Godean, Sleman. Di mata Roma, Real Madrid sudah selayaknya kena azab jadi tim kalahan. Bagi Madridista, anak-anak Roma cocoknya main di Liga Kampina. Kalau kalah, mewek! TEKEL yang Keras, Lur!

Alief Maulana: Real Madrid, klub berlumur dosa.

Ada dua klub Eropa yang memiliki basis pendukung luar biasa di Indonesia: Barcelona dan Real Madrid. Sayangnya, mereka hanyalah sebatas klub kaya saja. Meskipun tak akur, mereka selalu memiliki mimpi yang sama: ingin el Clasico di Final Liga Champions. Mereka lupa kalau di Eropa ada klub lain macam AS Roma yang musim lalu mampu membumihanguskan Catalan lewat Sundulan Dewa dari Yunani.

Oke, fokus ke Real Madrid, klub yang katanya paling sukses di Eropa. Ungkapan itu mungkin masuk akal bila dibahas di akhir musim lalu, atau mentok ya awal musim ini. Musim ini, mereka kembali ke habitat asli: pecundang.

Pertama, mereka dengan njancuki ambil Julen Lopetegui yang sedang mengemban tugas mulia bersama timnas Spanyol. Sifat nggateli Los Blancos ini menjadi salah satu alasan kenapa La Furia Roja jeblok di Piala Dunia 2018.

Bung, Gusti Allah mboten sare. Gusti Allah menjatuhkan azab atas perlakuan durjana Real Madrid dengan membuat mereka terperosok ke jurang terdalam. Klub sebesar Real madrid dibikin tak pernah menang dalam lima pertandingan. Dan itu ulah siapa? Ya Madrid sendiri. Itu sakitnya masyaallah. Pedih sekali.

Lihat saja, azab masih akan datang atas mereka. Sampai-sampai nanti azab pun enggan meng-azab-i mereka. Sudah terlalu durjana, sampai-sampai solusi terbaik adalah bubar, seperti seharusnya yang dilakukan Manchester United!

Kesal sama pelatih yang mereka comot sendiri, mereka pindah ke lain hati dan meminang Santiago Solari. Di empat pertandingan awal sih doi cakep dan diganjar kontrak permanen sampai 2021. Setelah dapat kontrak permanen, eh malah kalah dari SD Eibar. Skornya telak, 3-0. Lawan “SD” saja kalah, apalagi lawan SMP, atau SMA Eibar. Cupu!

Solari itu bajingan betul. Dia terlihat ngeyel demi mendapatkan kontrak permanen, pas sudah dapat kontrak permanen jebul dia nyantai saja. Kalau toh dipecat, doi sudah dapat duit pesangon. Ya persis orang PDKT. Cowok kalau PDKT itu semua dijabanin. Pas udah pacaran, hambok sumpah, cowok-cowok itu akan bersikap biasa aja.

Lalu kita bahas pemain. Tak ada pemain yang layak dipuji selain Sergio Ramos. Ramos itu memegang prinsip “Berani Kotor itu Baik,” persis tagline salah satu produk. Ramos itu kotornya luar biasa. Dia menjadi salah satu bek yang paling sering mendapat kartu.

Kasus teranyar, konon kabarnya dia terindikasi doping. Tak cuma sekali, tapi dua kali. DUA KALI. Pertama setelah melawan Malaga, dia nyelonong kabur dan mandi demi tak dites doping pada April tahun ini. Dan yang kedua ketika final Liga Champions 2017 lalu. Bosok banget.

Klubnya kotor, suka curi pelatih dan terkena azab. Kapten mereka juga busuknya naudzubillah. Mending mereka bubar biar virus-virus jahat yang mereka miliki gak makin menyebar.

Joditya: Lawan AS Roma, main tanpa kiper pun Real Madrid masih menangan.

Saya sebetulnya heran, AS Roma sama Real Madrid itu sama-sama tim yang isinya pemain-pemain muda. Tapi, sulit, bahkan jangan dibandingkan. Ibarat kata, skuat Madrid itu seperti timnas U-19 zamannya Indra Sjafri. Roma? Disebut tim liga mahasiswa pun masih terlalu bagus. Cocoknya tim Liga Kampina!

Skuat dengan pemain muda bagus-bagus, dilawanin sama tim Liga Kampina. Jadi, Real Madrid main tanpa kiper pun masih menangan.

Suporter mereka pun seperti emak-emak yang nungguin anaknya main di Liga Kampina. Sorak-sorak, keplok, lalu nyinyir kalau anaknya enggak dimainkan. Atau marah-marah nggak jelas kalau tim anaknya kalah. Nyalahin pelatih, nyalahin siapa saja. Padahal mah, anaknya aja yang jelek saja belum.

Cengiz Under, bagus kalau cuma lawan tim plastik semacam Chelsea atau yang antah-berantah kayak Qarabag. Lalu menang sama Barcelona saja bangganya minta ampun. Real Madrid, tiap musim ketemu Barca. Menang udah biasa.

Roma kalah di semifinal dari Liverpool. Kalah dari mantan mereka sendiri, Mohamed Salah. Mental Liga Kampina ya begitu. Ribut setengah mati setelah ngalahin Barcelona. Lalu melempem di momen-momen penting. Romanisti kudu ingat, Liverpool yang mempecundangi kalian dikalahin Real Madrid dengan mudah di final.

Salah, pemain kesayangan kalian, nangis sebelum pertandingan berakhir. Lawan Sergio Ramos, Salah yang kalian puja aja dibikin mewek. Gimana dengan pemain-pemain seperti Stephan El Shaarawy, si kaki beling, yang kalau pemanasan saja sudah cedera. Saya curiga, bersin aja El Shaarawy bisa cedera ankel.

Apalagi nanti lawan Ramos. Saya sarankan, tim medis Roma bawa tenaga ahli dari Sangkalputung. Siapa tahu ada yang patah tulang dan butuh penanganan segera. Biar enggak mewek di tengah lapangan.

Terakhir, Romanisti perlu ingat. Di Liga Champions, yang betul-betul bisa mendekati Real Madrid mungkin cuma AC Milan. Ini kalau ngelihat dari perolehan piala. Ya kalau sekarang sulit dibandingkan. Milan bisa finish di papan tengah saja mungkin bakal bikin perayaan.

Yang mau saya bilang adalah: Liga Champions itu kayak main-main di halaman belakang rumah Madrid. Di La Liga boleh jelek, tapi begitu main di Liga Champions, Los Blancos jadi tim yang beda. Kalau ngeyel, cek saja perjalanan Madrid juara tiga kali berturut-turut.

Membandingkan tim yang sudah 13 kali mengangkat piala, dengan yang masuk semifinal saja sudah histeris itu betulnya nggak ada gunanya. Mending anak-anak Roma minum susu dulu biar tulangnya kuat. Gaprakan sama pemain profesional itu berat. Ini bukan Liga Kampina, bos!

 

Exit mobile version